Oleh:Â
Agsta Aris Afifudin
(Mahasiswa Universitas Peradaban, Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)
Pesta demokrasi Pemilu 2019 saat ini telah usai dilaksanakan, dimana perdana Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) saat ini menjadi momen yang bersejarah dan masyarakat sangat antusias menyalurkan pilihannya masing-masing di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Partisipasi pemilih di Pemilu 2019 KPU berharap angka partisipasi Pemilu tahun ini mampu melampaui target 77,5%. Pasalnya, berdasarkan pengamatan pada beberapa TPS terlihat antusiasme masyarakat yang cukup tinggi.
Namun, entah kenapa masyarakat terlihat khawatir dengan informasi hasil sementara yang ada dalam media massa apakah data tersebut benar-benar real atau hoax.Â
Bahwa Paslon 01 Jokowi-Ma'ruf mendominasi angka tertinggi dari Paslon 02 Prabowo-Sandiaga yaitu 54,18% dan 45,82%. Apakah Jokowi akan menang lagi dan menjadi Presiden di periode 2019-2021?Â
Tetapi, nampaknya pendukung pasangan Prabowo-Sandiaga Uno tidak peduli dengan hasil hitung cepat (quick count) yang dilakukan sejumlah lembaga survei yang memenangkan pasangan 01 Jokowi-Ma'ruf Amin.Â
Akan tetapi, seharusnya masyarakat ataupun relawan diminta tidak termakan hoax dan tetap menunggu hasil perhitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).Â
Agar tidak terprovokasi dengan hasil hitung cepat dari sejumlah lembaga survei dan menjadi masyarakat bertindak anarkis yang justru menganulir kemenangan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019-2021.