Mohon tunggu...
Agsel Ghozi
Agsel Ghozi Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang siswa di SMK Telkom Sidoarjo

Tulisan dimulai dari pikiran

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kejarlah dan Bagikan Kebahagiaanmu

27 Desember 2020   21:39 Diperbarui: 27 Desember 2020   21:53 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kebahagiaan, Apa saja kriteria kebahagiaan itu?. Dalam diri kita sendiri atau hampir semua manusia dalam mengartikan kebahagiaan yakni mempunyai uang banyak, badan yang sehat, keluarga yang harmonis,dsb.

Setiap harinya kita hidup di dunia ini, terus berusaha untuk mencapai kebahagiaan untuk versi diri kita sendiri. Kerja 8 jam, rela lembur, kerja dari pagi hingga malam,dst. Semua itu dilakukan agar diri dan keluarga kita bisa merasakan hidup yang layak sesuai standar pribadi masing-masing.

Terkadang saat kita sedang berusaha mengejar kebahagiaan, daftar-daftar keinginan yang membuat diri kita bahagia akan datang sehingga membuat diri kita merasa menjadi orang paling bahagia, hal yang wajar bagi setiap umat manusia.

Terkadang juga realita mempupuskan harapan-harapan kita, bukan kebahagiaan yang datang, tapi masalah-masalah yang menghampiri di kehidupan kita, yakni tertimpah suatu penyakit, uang habis, masalah dengan teman sekolah atau rekan kerja,dsb.

Begitulah hidup, kadang kita berada di posisi atas dan kadang di posisi yang paling rendah, hal tersebut yang dinamakan dengan roda kehidupan. Selalu berputar tanpa memandang harta dan jabatan seseorang.

Saat mengalami hal tersebut semangat dalam menjalani kehidupan tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Rasa lesu, lemas, dan kesal bercampur jadi satu di pikiran.

Langkah berikutnya ialah saat kita beranjak pulang, menjauhi tempat dan orang tersebut untuk menenangkan diri, melepaskan beban pikiran yang begitu berat.

Di tengah perjalanan pulang, suara klaksonn dan sesaknya jalanan membuat perasaan semakin buruk lagi. Tetapi saat kita terjebak di tengah kemacetan kota kita melihat ada bapak-bapak yang memakai kostum badut memainkan lagu dengan speaker yang selalu dia bawa kemana-mana setiap harinya.

Dia mendekati setiap mobil dengan harapan bisa mendapatkan sedikit uang receh untuk keberlangsungan hidup keluarganya. Selain itu ada ibu-ibu yang menggendong anaknya yang masih berusia balita dengan membawa kaleng kecil, menghampiri setiap mobil dengan tatapan iba, berharap pengemudi mobil memberi sedikit uang recehan yang dia punya, untuk melanjutkan hidup di kota metropolitan yang begitu keras ini.

 Mungkin hal tersebut adalah pemandangan yang normal, apalagi di kota besar seperti Jakarta, Surabaya,dsb. Tetapi bisa saja bagi yang hari ini mengalami banyak masalah, membuatnya menjadi bersyukur.

Karena dirinya merasa bahwa "Hidup saya masih lebih beruntung daripada orang tersebut maka saya harus lebih semangat lagi dalam menjalani hidup". Dengan semangat baru dan tekad baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun