Mohon tunggu...
Agrindo Zandro
Agrindo Zandro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana, Malang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bijak Menggunakan Internet

20 Oktober 2021   10:10 Diperbarui: 20 Oktober 2021   10:14 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bijak Menggunakan Media Sosial.

Bijak menggunakan media sosial merupakan gagasan sederhana namun sangat genting relevansinya dalam realitas manusia sekarang ini. Kemajuan teknologi komunikasi yang amat pesat mengisyaratkan kepada semua insan berbudi supaya mampu bersikap bijak dalam penggunaan teknologi media sosial. Bijak bukan berarti harus membuat norma-norma tertulis yang baku dan kaku, sebab dengan demikian akan mengaburkan hakikat dari sarana digital seperti media-media sosial  yang bersifat bebas, global, dan selalu dapat diperbarui sesuai tuntutan zaman. Bijak yang dimaksudkan ialah selalu cermat, teliti, dan arif dalam mengambil tindakan atau yang dalam hal ini cermat menggunakan media sosial.

Perlu diketahui bahwa sikap bijak ini bukan didapat dari sekolah formal seperti yang dilakukan oleh para calon imam, melainkan sikap bijak tersebut dapat diperoleh dari pengalaman hidup sehari-hari. Experience is the best teacher. Ungkapan ini secara tidak langsung menyadarkan kita bahwa pengalaman mampu membuat kita bersikap bijak dalam melakukan rutinitas hidup kita sehari-hari, termasuk di dalamnya penggunaan media sosial.

Penggunaan media sosial telah menjadi budaya seorang digital native generation. Karena telah menjadi budaya, maka kebiasaan menggunakan media sosial sukar diubah. Hal ini tampak nyata dari frekuensi penggunaan gadget yang begitu sentral dalam kehidupan setiap hari oleh semua jenis kalangan. Berita-berita baik yang bersifat regional atau nasional dan bahkan internasional dapat diketahui dengan cepat. Selain itu, hal-hal yang bersifat pribadi dari seseorang pun dengan mudah dapat diketahui khalayak ramai melalui unggahan status di media sosial.

Pengaruh yang muncul akibat penggunaan media sosial beraneka ragam. Namun yang menjadi perhatian utama ialah pengaruh yang bersifat negatif yang pada tulisan ini dijadikan sebagai bahan permenungan untuk mencetuskan kebijakan yang baik dan cermat dalam penggunaan media sosial pada waktu yang akan datang.

Perkembangan teknologi komunikasi yang terjadi di muka bumi memberi dampak yang tidak sederhana dalam kehidupan manusia. Begitu banyak kemudahan yang disajikan bagi masyarakat luas namun tak sedikit pula kekurangan yang ada dalam penggunaan media tersebut. Media komunikasi digital menghadirkan diri sebagai sarana pokok dalam keseharian hidup bermasyarakat dan dalam perannya yang sangat penting itu, media sosial turut membentuk karakter manusia, seperti yang dikatakan oleh P. Valentinus Saeng, CP dalam jurnal Seri Filsafat Teologi Widya Sasana bahwa teknologi telah melampaui hakekatnya sebagai instrumen dan menghadirkan diri sebagai quasi subyek, aktor, dan sistem nilai yang mempengaruhi dan membentuk pola berpikir, bersikap, dan bertindak dengan cara tertentu.

Kenyataan semacam ini dapat menjadi pedang bermata dua dari media sosial itu sendiri; ada nilai positif dan ada juga nilai negatif. Untuk itu, dibutuhkan dan juga dituntut  sikap yang teliti, cermat, dan arif, yang saya bahasakan dengan kata 'bijak' dalam penggunaan media sosial. Namun, anjuran demikian menyisakan sebuah pertanyaan yang berbunyi; "Bijak seperti apa yang dituntut dalam penggunaan media sosial?" Jawabannya tentu sangat sederhana. Bijak yang dimaksudkan ialah tahu mana yang diperlukan dan mana yang tidak diperlukan bagi kelangsungan hidup. Namun itu saja tidak cukup. Bijak yang saya maksudkan juga mengisyaratkan adanya etika dalam penggunaan media sosial. Sangat penting ditambahkan etika dalam bersosial media, mengingat zaman sekarang kebanyakan orang tidak lagi memiliki etika dalam bersosialisasi secara online dan lebih mengutamakan konten yang dibuat demi kepentingan tertentu.

Zaman sekarang, media sosial tidak hanya digunakan untuk bersosialisasi saja. Aspek kehidupan lain pun bisa 'dititipkan' dalam media ini. Aspek ekonomi dan bisnis dapat kita lihat dari jumlah iklan yang tak dapat dihitung dalam media sosial. Ketika membuka Facebook, muncul berbagai layanan iklan dari Shopee. Masalah politik di negara tertentu dapat kita ketahui dengan cepat, dan  keunikan dari budaya-budaya pelosok dapat kita pahami dengan pasti, serta ulasan-ulasan menarik tentang kesehatan dapat kita temukan dalam ranah penggunaan media sosial. Ulasan kesehatan pun dapat kita temukan dalam Facebook seperti, obat-obatan herbal.

Seperti halnya berkomunikasi dengan sesama secara tatap muka, media sosial juga membutuhkan semacam etika yang membatasi penggunaan kita sebab dalam hal penggunaan media sosial, tentu kita berhadapan dengan dunia luas, kita diberi kebebasan untuk melihat apa saja yang kita kehendaki. Tanpa etika bersosial media, pengguna akan ditimpa malapetaka kejahatan serta permasalahan sosial di tengah masyarakat. Maya Marselia, M.Kom, sangat menekankan adanya etika dalam bersosial media. Sehingga ia menawarkan empat etika dalam bersosial media.

Penggunaan kata-kata yang layak dan sopan.

Dalam melakukan komunikasi antarsesama dalam media sosial, sangat banyak kita temukan kata-kata kasar. Sebaiknya dalam berkomunikasi, hendaknya kita menggunakan kata-kata yang layak dan sopan dan bila perlu, pergunakan pola bahasa yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun