Mohon tunggu...
Agribisnis Ipb
Agribisnis Ipb Mohon Tunggu... -

Agribisnis angkatan empat puluh tujuh fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Selanjutnya

Tutup

Politik

Galaunya Menjadi Negeri Agraris

20 Juni 2012   05:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:45 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia sejak lama dikenal sebagai negeri agraris. Predikat tersebut disematkan karena hampir sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani atau buruh tani. Ironisnya, justru sosok petani masih marginal di negeri ini. Frame yang tampak dari sosok petani selalu negetif mulai dari petani itu miskin, kurus, kotor, renta, dan kurang beradab. Perlu diketahui bahwa petani dinegeri ini masih saja terpanggang di dua kutub. Di satu sisi petani ditekan dengan berbagai kebijakan yang menyulitkan seperti political will yang minim, pembatasan subsidi pupuk dan benih, perdagangan bebas, pembebasan tarif impor pangan, dst. Di sisi yang lain, petani harus menyediakan pangan dengan harga yang murah. Padahal tanpa petani, tidak mungkin ada beras atau bahan pangan lainnya yang sehari-hari menjadi kebutuhan dasar manusia. Sebagai bangsa, kita perlu berterima kasih kepada petani karena ditengah berbagai himpitan masih bersedia menanam benih-benih untuk kehidupan manusia Indonesia.

Di tengah peradaban moderen, sektor pertanian selalu dianaktirikan. Posisi tawar selalu kalah ketika dihadapkan secara diametral dengan kepentingan ekonomi kaum kapitalis. Penguasa selalu mengatakan bahwa Pertanian hanya memberikan PDRB yang kecil bagi negera ini. Sehingga pertanian belum ditempatkan sebagai sektor prioritas dalam arah pembangunan bangsa. Konsekuensi logisnya adalah minimnya keberpihakan pemerintah terhadap pertanian Indonesia. Di tengah inflasi yang tinggi, petani tetap dipakas membeli saprotan dengan harga pasar. Subsidi pertanian dikurangi, namun petani disuruh menjual hasil panennya dengan harga murah. Tarif impor pangan dibebaskan, tetapi pemerintah tidak memberikan insentif produk dalam negeri untuk berdaya saing. Kue ekonomi yang kecil disektor pertanian, diperebutkan oleh hampir sebagian besar rakyat indonesia karena kegagalan pemerintah membuka lapangan kerja baru di sektor industri padat karya.

Dalam sejarah peradaban dunia, tidak ada satu pun negara maju di belahan bumi manapun tanpa di dahului dengan sektor pertanian yang maju. Sektor pertanian dapat berdaya karena didukung penuh oleh pemerintahnya. Sebagai contoh, Amerika, Perancis, Jepang, Brazil, Australia memberikan insentif yang besar bagi sektor pertaniannya. Sehingga wajar petani di negera-negara tersebut kesejahteraannya dapat terjamin sepenuhnya.

Pada konteks Indonesia, pertanian menghadapi tantangan yang tidak ringan, baik dari dalam maupun luar. Konversi lahan pertanian dan laju pertumbuhan yang terus meningkat, infrastruktur rendah, kelembagaan pertanian belum mapan, petani terpinggirkan, impor tinggi, investasi rendah,akses pasar lemah, dan lain sebaginya menyadarkan semua pihak untuk ikut serta dalam berkontribusi untuk memajukan pertanian Indonesia. Tentu masih lekat dalam ingatan kita bahwa Bung Karno pernah mengatakan “Pangan (Pertanian) adalah soal hidup mati sebuah bangsa”. Dari perspektif ini, pertanian menjadi titik krusial bagi eksistensi sebuah bangsa .

Sudah saatnya disoreintasi negeri agraris disudahi. Pertanian bukan sekedar jargon politik untuk komoditi penguasa. Kemajuan pertanian dimulai dari kebijakan yang pro kepada petani. Selanjutnya, pemerintah konsisten dengan arah pembangunan yang sesuai dengan amanat konstitusi untuk kemakmuran rakyat seutuhnya. Semoga “petani berdaya rakyat sejahtera” dapat segera diwujudkan di negeri ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun