Mohon tunggu...
Inovasi

Tragedy of Commons

20 November 2017   09:05 Diperbarui: 20 November 2017   09:27 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring dengan berkembangnya jaman, tingkat populasi makhluk hidup di bumi ini juga semakin meningkat. Sehingga dengan banyaknya populasi makhluk hidup di bumi ini maka, juga akan menjadi semakin berkurang hak setiap individu dalam menggunakan atau menikmati kekayaan alam yang ada. Hal ini menjadikan masalah akan muncul. Salah satu masalah itu adalah Tragedy of Commons. Kata tragedy memiliki arti bencana, penderitaan, atau kemalangan.

Sedangkan commons itu sendiri memiliki arti sebagai kepemilikan bersama. Oleh karena itu, The Tragedy of Commons berarti penderitaan yang dialami bersama yang menyebabkan penderitaan. Dalam artikel yang berjudul "The Tragedy of The Commons", Garret Hardin mengatakan bahwa sumber daya alam di dunia akan mengalami kehancuran dikarenakan keserakahan manusia yang ingin mengutamakan kepentingannya sendiri. Masalah ini dapat digambarkan dengan sapi yang sedang mencari rumput diladang.

Perkembang biak sapi akan terus meningkat sehingga akan menyebabkan banyaknya jumlah sapi. Tetapi sebaliknya, jumlah ladang yang biasa menjadi ladang pangan untuk sapi tidak akan berkembang. Sehingga terjadi ketidaksetaraan antara perkembangan sapid dan lahan. Maka, ladang yang tadinya hanya dimakan untuk 10 ekor sapi akan tetapi, dengan seiring berjalannya waktu akan meningkat menjadi 20 ekor sapi yang makan dilahan tersebut.

Gambaran mengenai sapi yang mencari rumput di ladang tersebut juga sudah bisa menggambarkan manusia yang ada di bumi ini. Sama halnya dengan sapi yang mencari rumut di ladang, dengan seiring berkembangnya waktu, jumlah populasi manusia juga akan bertambah. Hal ini menyebabkan manusia di bumi ini akan berebut pangan untuk kepentingannya masing-masing. Padahal jumlah pangan yang ada di bumi pun juga tidak sebanyak jumlah manusia yang ada atau bisa dikatakan terbatas.

Permasalahan ini dapat digambarkan seperti deretan angka. Jika tingkat perkembangan makhluk hidup di bumi sama dengan deretan angka seperti 2,4,6,8. Tetapi, tentu berbeda dengan persediaan pangan yang ada di bumi ini. Persediaan pangan di bumi akan berkembang sama dengan dengan deretan angka seperti 1.2.3.4. Sehingga, perkembangan antara makhluk hidup dan persediaan pangan di bumi ini tidak akan sebanding karena perkembangan makhluk hidup akan lebih cepat dan pada setiap perkembangannya menghasilkan populasi yang lebih banyak dari jumlah pangan yang ada.

Ketidak seimbangan itu pun menjadi masalah bagi makhluk hidup di bumi ini. Hal ini dikarenakan persediaan pangan tidak akan mencukupi kebutuhan makhluk hidup yang semakin banyak di bumi ini. Keserakahan yang ada dari masing-masing individu hanya akan memberikan penderitaan bagi semua makhluk hidup di bumi ini. Mereka hanya ingin membahagiakan dirinya sendiri tetapi tidak mementingkan hak dari makhluk hidup yang lainnya. Dampak yang akan terjadi dari keserakahan individu itu pun juga tidak dipikirkan oleh mereka karena mereka hanya memikirkan kebahagiaannya sendiri.

Jika keserakahan itu terus terjadi maka, sumber pangan dibumi ini juga akan habis. Masalah seperti ini juga terjadi karena tidak adanya kepemilikian yang secara resmi. Dengan begitu, makhluk hidup bisa dapat menggunakan sumber alam yang ada di bumi dengan sebebas-bebasnya. Mereka bisa nmenggunakan sumber daya alam yang ada di bumi untuk menguntungkan dirinya sendiri. Hal ini juga dapat menyebabkan sumber daya alam akan habis dan tidak bisa dinikmati oleh makhluk hidup secara adil.

Seperti di Indonesia sendiri, tingkat perkembangan manusianya semakin berkembang pesat. Dalam Tempo.co (2016, Januari), sejak 2010 hingga 2015, tingkat kelahiran per ibu sebanyak 2,4 anak. Maka, dengan tingkat perkembangan manusia di Indonesia yang semakin banyak ini, tidak menuntup kemungkinan jika Indonesia akan mengalami Tragedy of Commons. Tidak hanya persoalan pangan saja, tetapi juga persoalan mengenai sandang dan papan yang juga menjadi kebutuhan manusia.

Sehingga dalam hal ini, manusia bisa dikatakan sebagai makhluk hidup yang serakah. Mereka akan menggunakan sumber alam bumi dengan semena-mena. Contohnya, mereka seenaknya membuat polusi udara yang seharusnya bisa dihirup bebas oleh para makhluk hidup lainnya. Selain itu, mereka juga seenaknya mengambil ikan di laut menggunakan bom dengan bebas tanpa memikirkan yang lainnya.

Hal ini menarik perhatian dari Presiden Indonesia sendiri, yaitu Jokowi Widodo. Dalam wawancaranya dengan Detik.com (2016, Januari) ia menekankan kepada penduduk di Indonesia bahwa pentingnya program keluarga berencana itu dilakukan, sehingga para ibu semakin bijak dan berdaya untuk menentukan kapan mereka akan mempunyai anak.

Juga kelahiran yang aman sehingga ibu dan bayi mempunyai kesempatan terbaik untuk hidup sehat. Perkembangan populasi manusia juga dapat menentukan tingkat ekonomi di Indonesia, sehingga manusia juga harus memikirkan hal tersebut. Sehingga bisa meminimalisir terjadinya Tragedy of Commons di Indonesia. Selain itu, tidak ada lagi masalah ketidak seimbangan antara sumber daya alam dan makhluk hidup.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun