Mohon tunggu...
Inovasi

Pendekatan Instrumental dan Emansipatoris dalam Komunikasi Lingkungan

19 Mei 2017   06:19 Diperbarui: 19 Mei 2017   08:27 2297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Metode dan Metodologi

Metodologi studi kasus dipilih untuk memungkinkan kita mengungkapkan berbagai macam faktor yang telah berinteraksi untuk menghasilkan karakter yang unik dari entitas yang menjadi subyek studi (Yin, 1989 dalam Arjen, dkk., 2008). Metodologi studi kasus memungkinkan pembelajaran mengenai contoh yang kompleks melalui deskripsi dan analisis kontekstual dengan hasil yang bersifat deskriptif dan teoritis. Tahapan yang dijalankan dalam melakukan studi kasus adalah: orienting(Apa yang kita cari? Apa yang ingin kita tahu?), deconstructing(Apa asumsi kita? Apakah relevan?), questioning(Pertanyaan seperti apa yang perlu ditanyakan?), interviewing(menggunakan pertanyaan terbuka), analyzing(analisis intra dan antarkasus, menggunakan transkrip, mencari pola, persamaan dan perbedaan, berusaha untuk menghasilkan kesepakatan subyektif tentang interpretasi dan temuan), validatingdan soliciting feedback(memeriksa dan menyampaikan hasilnya kepada pemerintah dan partisipan kunci dalam penelitian studi kasus).

Kesimpulan

Studi ini menunjukan pendekatan emansipatoris sangat sesuai dalam situasi yang tidak jelas (tidak ada solusi yang jelas atau tersedia dan tantangan yang dipertaruhkan sangat banyak atau multitafsir), memerlukan proses pembelajaran berdasarkan pada lingkungan sosial peserta secara langsung. Dan kegiatan yang dilakukan juga harus mudah untuk diakses oleh semua pemangku kepentingan terkait. Kemungkinan komitmen jangka panjang semakin membaik ketika partisipan mengembangkan semacam kohesi sosial atau “chemistry” yang juga ketika mereka lihat hasilnya secara langsung.

Pendekatan instrumental mampu menjangkau target kelompok yang besar dan beragam, tidak seperti pendekatan emansipatoris. Pendekatan instrumental didorong oleh sebuah masalah. Tujuan spesifik yang dibentuk sebelumnya memungkinkan penyelenggara mengevaluasi proyek secara kuantitatif dan dengan itu memberikan cara dana dibelanjakan (akuntabilitas).

Terkait kompetensi dan efektivitas pembuat kebijakan, bagaimanapun pendekatan instrumental dan pendekatan emansipatoris dapat menguatkan satu sama lain, sedangkan dari sudut pandang pendidikan, pendekatan emansipatoris dan pendekatan instrumental bertentangan. Pemerintah harus terlebih dahulu mencoba untuk menilai tantangan perubahan, dengan begitu proses perubahan yang paling teoat akan didukung, baik instrumental maupun emansipatoris atau kombinasi. Pilihan inilah yang menentukan strategi pemantauan dan evaluasi yang tepat.

Paling tidak, penting untuk merenungkan dua pertanyaan kunci berikut: “Apa yang ingin kita ubah?” (menilai sifat tantangan perubahan) dan “Seberapa pasti bahwa ini adalah perubahan yang tepat?” (menilai jumlah kepastian dan kesepakatan dalam ilmu dan masyarakat terkait perubahan yang diinginkan). Jawaban atas kedua pertanyaan ini kemungkinan berimplikasi pada, tingkat partisipasi stakeholder yang diinginkan dalam suatu intervensi, desain, pemantauan, dan evaluasi. Refleksi pertanyaan ini akan membantu menentukan jenis pendidikan, partisipasi, komunikasi, atau campuran dari yang paling sesuai dan hasil terbaik yang ingin dicapai.

Sumber:

Arjen, dkk. (2008). "All Mixed Up? Instrumental and Emancipatory Learning Toward a More Sustainable World: Considerations for EE Policymakers". Applied Enviromental Education and Communication, 7: 55-65

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun