Mohon tunggu...
Inovasi

Pendekatan Instrumental dan Emansipatoris dalam Komunikasi Lingkungan

19 Mei 2017   06:19 Diperbarui: 19 Mei 2017   08:27 2297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DI seluruh dunia, pembuat kebijakan mencari cara bagaimana menggunakan pendidikan dan strategi komunikasi untuk menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan. Mereka seringkali terjebak diantara perubahan instrumental (perubahan perilaku) dan emansipatoris (perkembangan manusia). Studi ini menyoroti perbedaan yang nyata dengan menyelidiki empat kasus yang memiliki kedua orientasi tersebut dan campuran keduanya. Salah satu hasil penelitian ini adalah bahwa pembuat kebijakan Pendidikan Lingkungan (Environmental Education) pertama-tama perlu merenungkan tantangan perubahan yang dipertaruhkan. Setelah memahami apa yang sedang dihadapi, barulah mereka mampu memutuskan pendidikan, partisipasi, komunikasi, atau campuran seperti apa yang paling tepat untuk diterapkan, hasil yang dapat dicapai, dan sistem pengawasan dan evaluasi seperti apa yang tepat untuk dilakukan.

Pemerintah Belanda, misalnya, menganggap Pendidikan Lingkungan dan Pembelajaran Pembangunan Berkelanjutan (Learning Sustainable Development) sebagai instrumen kebijakan komunikatif untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan di masyarakat. Baru-baru ini, efektivitas kebijakan Pendidikan Lingkungan telah diperiksa oleh Netherlands Environmental Assessment Agency (MNP) (Sollart, 2004 dalam Arjen, dkk., 2008). Studi ini mengungkapkan bahwa hanya sedikit informasi yang tersedia mengenai instrumen pendidikan untuk meningkatkan pembangunan berkelanjutan di masyarakat secara praktis. Oleh karena itu, MNP menugaskan sebuah penelitian lanjutan untuk mengetahui bagaimana pendekatan kebijakan yang berbeda terhadap Pendidikan Lingkungan tercermin dalam praktik Pendidikan Lingkungan. Hasil dari studi tersebut kemudian dijelaskan dalam laporan berjudul “Adopt a Chicken” to Sustainable Urban Districts (Hubeek et al., 2006 dalam Arjen, dkk., 2008). Kajian tersebut berusaha untuk menjawab pertanyaan berikut:

  • Bagaimana pendekatan Pendidikan Lingkungan berkontribusi dalam proses yang mengarah pada praktik baru yang lebih berkelanjutan dibandingkan dengan apa yang ingin mereka ubah? Bagaimana penggunaan pendekatan atau instrumen ini diperkuat (reinforced) dan/atau semakin membaik (improved)?
  • Bagaimana pembuat kebijakan Pendidikan Lingkungan menjadi lebih kompeten dan efektif dalam menggunakan instrumen yang komunikatif dalam menggerakan masyarakat menuju keberlanjutan?
  • Apa peran pengetahuan dalam pendekatan-pendekatan tersebut?

Penelitian ini mengkaji tiga pendekatan terhadap Pendidikan Lingkungan yakni, yang diklasifikasikan sebagai pendekatan instrumental, pendekatan emansipatoris, dan campuran keduanya.

Pendidikan Lingkungan dan Komunikasi Instrumental

Pendidikan instrumental berasumsi bahwa hasil dari perilaku yang diinginkan dari Pendidikan Lingkungan diketahui, disepakati (kurang atau lebih), dan dapat dipengaruhi oleh intervensi yang sudah dirancang dengan cermat. Secara sederhana, pendekatan instrumental untuk Pendidikan Lingkungan dimulai dengan merumuskan tujuan yang spesifik terkait perilaku yang disukai, kelompok target sebagai penerima pasif yang perlu dipahami dengan baik jika intervensi komunikatif memiliki pengaruh. Dalam model ini, terdapat beberapa entry poin untuk pendidikan dan komunikasi lingkungan instrumental yang dapat digunakan tergantung pada hasil analisis perilaku sebelum intervensi yaitu meningkatkan kesadaran akan masalah, mempengaruhi norma sosial, sikap, kontrol pribadi dan/atau kombinasi yang dirancang secara cermat.

Pemerintah Belanda dan banyak pemerintah lain di seluruh dunia, dalam hal ini menggunakan dan mendukung berbagai strategi aktivitas pendidikan dan strategi komunikasi untuk mempengaruhi perilaku lingkungan masyarakat seperti, awareness campaigns,iklan layanan masyarakat, pelabelan lingkungan dan skema sertifikasi.

Kritik dari penggunaan pendekatan instrumental terhadap Pendidikan Lingkungan adalah dengan menggunakan pendidikan untuk mengubah perilaku masyarakat, pendidikan digunakan sebagai sarana untuk memanipulasi dan indoktrinasi. Namun pendukung penggunaan pendidikan semacam itu berpendapat bahwa, karena masa depan planet kita dipertaruhkan, segala usaha apapun dapat dilakukan.

Pendidikan Lingkungan Emansipatoris

Pendekatan emansipatoris mencoba melibatkan warga negara dalam sebuah dialog aktif untuk menetapkan tujuan bersama mengenai perubahan yang diperlukan dan berkontribusi terhadap mesyarakat yang berkelanjutan secara keseluruhan. Dengan kata lain, tujuan spesifik dan cara untuk mencapainya tidak dibentuk sebelumnya. Proses pembelajaran sosial yang didukung oleh metode partisipatif dipandang sebagai mekanisme yang paling sesuai untuk mewujudkan suatu perubahan yang lebih emansipatoris untuk Pendidikan Lingkungan (van der Hoeven et al., 2007; Wals, 2007 dalam Arjen, dkk., 2008) dan pengelolaan lingkungan (Keen et al., 2005 dalam Arjen, dkk., 2008).

Campuran Pendidikan Lingkungan, Komunikasi, dan Partisipasi

Sosiologis lingkungan Belanda, Gert Spaargaren berusaha menggunakan teori strukturasi yang dikemukakan oleh Giddens untuk menciptakan sebuah model yang menghubungkan pendekatan yang berorientasi pada aktor (actor-oriented) dan yang beorientasi pada struktur (structure-oriented) (Spaargaren, 2003 dalam Arjen, dkk., 2008). Spaargaren melakukannya dengen meletakan praktik sosial menjadi pusat di mana agensi manusia dimediasi oleh gaya hidup. Keterkaitan antara agensi dan struktur merupakan sebuah praktik sosial yang luas. Model Spaargaren dapat dianggap sebagai jembatan antara pendekatan instrumental yaitu perilaku lingkungan dan perilaku klasik dan pendekatan yang berbasis agen yang lebih emansipatif. Pada saat yang sama, model tersebut mempertimbangkan pengaruh struktur sosial pada perilaku (Spaargarem at al., 2006 dalam Arjen dkk., 2008).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun