Mohon tunggu...
Agistina Sekarini Kanika
Agistina Sekarini Kanika Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers Mahasiswa

Seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pekalongan yang tertarik dibidang menulis dan jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ada Langkah di Balik Sesuap Nasi

28 April 2020   12:53 Diperbarui: 28 April 2020   13:19 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bu, ini bulan apa?" Ujar anakku
"Bulan April nak" jawabku yang sedari tadi sedang melipat kardus
"Bulan ini kan ramadhan ya bu" lanjutnya
Aku membalasnya dengan anggukan.
"Tapi, aku merasa setiap hari selain bulan ini adalah bulan ramadhan"
Aku tersenyum mendengarkannya.

Hari ini merupakan hari kelima seluruh umat islam melakukan ibadah puasa. Menyambutnya dengan rasa suka cita. Berbagai makanan khas yang dicari waktu bulan puasa setiap sore berjejer di jalanan dengan ditemani si pemiliknya. 

Pemiliknya berusaha kerasa menjajakan jualannya, sebab tak dipungkiri banyak yang menjual makanan dengan menu sama. Pembeli harus jeli, dan berpikir penjual mana yang akan ia hampiri. 

Tetapi hal itu tak berlaku bila penjual dan pembeli sudah saling mengenal. Mereka akan langsung bertukar sapa bahkan melakukan transaksi jual beli.

Aku senang, apabila melewati jalanan ini setiap sore bersama anakku. Melihat orang-orang bahagia menunggu untuk segera waktunya berbuka.

"Bu, kita habis ini mau kemana lagi?" Tanya anakku.
"Kita ke sebelah sana ya. Siapa tahu ada banyak" jawabku sambil menujuk lokasi yang dituju

Sesampainya di lokasi, aku mengucap syukur. Langkahku kali ini tak salah.
"Bu, banyak sekaliiiiiii. Aku ambil yaaa." Ujar anakku
"Iya nak, sepertinya yang punya rumah ini habis membeli barang-barang banyak"
Anakku tersenyum layaknya ada harapan dibenaknya yang setelah itu akan ia capai.

Hari ini sudah semakin sore, para penjual sudah mulai menata dagangannya kembali untuk bersiap ke rumah masing-masing. Aku harap aku bisa sampai lokasi utama agar aku bisa menyapa salah satu penjual tersebut.

"Bu, buruan aku sudah tidak sabar" anaku terlihat bahagia
"Iya ibu tahu."

Sesampainya di lokasi utama aku langsung menyerahkan kardus yang aku bawa untuk ditimbang dan dihitung dalam bentuk uang.

"Lumayan, hari ini kamu dapat lima belas ribu" ujar si penghitung timbangan.
Aku dan anakku tersenyum bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun