Mohon tunggu...
Agistina Sekarini Kanika
Agistina Sekarini Kanika Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers Mahasiswa

Seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pekalongan yang tertarik dibidang menulis dan jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berbicara "Nelangsa", Menyoal Cinta, Patah Hati, dan Kehilangan

6 Desember 2019   14:32 Diperbarui: 7 Desember 2019   23:23 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain itu penulis juga memberikan nasehat dalam tulisannya perihal kehidupan bahwa, kita hidup tidaklah lama semua sudah diatur oleh-Nya. Penulis berpesan agar jangan pernah merasa besar kepala atas apa yang telah kita miliki.

Penulis berdarah Minang yang lahir pada 27 Mei ini disamping mengisahkan tentang bagaimana itu perasaan cinta, meluapkan kerinduan tetapi dia juga memberikan asupan kebangkitan melalui tulisannya di bab Tertatih Bangkit.

Setelah menyelami bait-bait luka kini saatnya pembaca memasuki momen bahagia salah satunya pada sub bab Mengindahkan Kesedihan dalam Kalimat, Maaf adalah Cara Mencintai Paling Benar, Mengorbankan Perasaan untuk Sebuah Kesadaran dan masih banyak lagi sub bab pada bab tersebut.

Sebagai manusia yang sering dilanda emosional kesedihan, tidak harus terus berlarut dalam lingkaran air mata. Mencoba bangkit dengan caranya sendiri-sendiri adalah hal yang terbaik, penulis dalam salah satu sub bab nya menjelaskan: "Sesekali aku tulis dalam larik-larik sajak yangs edikit puitis sebagai pengobat rasa rinduku akanmu. Apa yang bisa aku lakukan selain berusaha untuk tegar?".

Gimana? Sudah bertambah berapa persen rasa tertarikmu untuk menyelami tulisan milik Gentakiswara?

Selain 3 bab yang sudah dijelaskan tadi, masih ada 3 bab lainnya yang wajib kamu selami! Karena, kisah-kisah yang dicurahkan penulis masih banyak yang perlu kamu tahu.

Melalui bab Simpul-Simpul Pembelajaran di salah satu sub babnya yang berjudul Jarak dan Ketetapan Hanyalah Dongeng (hal.220) ialah setiap manusia membutuhkan ruang sendiri untuk menyendiri, namun bukankah akan timbul pertanyaan bahwa ruang tersebut akan membuat kita terasa jauh dengan orang-orang tersayang?

Hingga akhirnya penulis memilih berdamai dengan masa lalu, yang jarang seseorang bisa seratus persen melakukannya. Pada bab Engkau, Abadi di sub bab Berdamai dengan Masa Lalu penulis menjelaskan pada hakikatnya manusia akan selalu ingin bebas. Terbebas tanpa satu pun hal yang melilit dirinya.

Buku Nelangsa menarik dari segi cover dengan warna hitam yang membuat pembaca penasaran mengapa penerbit memilih warna hitam?

Kemudian isi kumpulan prosa yang menggunakan bahasa mudah dipahami, ringan dan mampu membawa suasana baper menjadi bahan bacaan yang tepat bagi generasi milenial yang cenderung mudah tenggelam dalam perasaan, terkhusus perihal cinta dan rindu.

Selain itu yang menambah menarik lagi yakni, adalah penggalan quotes disetiap pergantian sub bab. Sayangnya, masih belum banyak yang mengenal penulis berdarah Minang ini beserta karyanya, meski di akun instagram penulis pun sering menuliskan kalimat-kalimat cinta,rindu, kehilangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun