Mohon tunggu...
Agi Rahman Faruq
Agi Rahman Faruq Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Islam dan Akademisi

23 Maret 2019   04:01 Diperbarui: 23 Maret 2019   04:14 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gbr 1. Fatimah Al-Fihri

Semenjak egaliter dalam gender berteriak dan menyeruak ke seluruh sudut-sudut desa di dunia, perempuan diseluruh penjuru dunia mulai menunjukan kehebatan dan kemampuanya. Seakan-akan mereka ingin menunjukan bahwasannya perempuan juga mampu melakukan pekerjan laki-laki, dan mereka sama "manusia" seperti laki-laki.

Keinginan "egaliter" para perempuan terus tumbuh dan berkembang sesuai zaman yang semakin inovatif dan kreatif dengan teknologi yang semakin menghantam hegemoni petani dan penjual koran di pinggir jalanan kota. Kemudian saya mencari makna keseteraan dan egaliter itu?. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, egaliter/ega*li*ter/ /galitr/ a bersifat sama; sederajat, dikutip dari (KBBI, https://kbbi.web.id/egaliter , diakses pada tanggal 22 Maret 2019).

Itulah penjelasan dari KBBI, yang nantinya kawan-kawan sendiri  dapat menafsirkannya. Egaliter terus menyeruak seperti senjata yang menghunus lawannya agar menerima pendapat tersebut. Egaliter masuk dan tidak terkendali, tidak melihat sektoral Agama dll.

Awal saya mendengar kata egaliter ketika saya menjadi mahasiswa disalah satu perguruan tinggi di bandung. Sehingga sewaktu hari perkuliahan ada mata kuliah yang membedah HAM (Hak Asasi manusia), perempuan dikelas spontan seperti diberi angin segar. Mereka seperti diberi kotak suara agar menyampaikan pendapatnya.

Ada yang menyampaikan pendapat ingin disamakan seperti laki-laki "Pekerjaan", ada yang ingin tidak diperlakukan seperti perempuan menurut culture yang beredar dimasyarakat bahwasanya perempuan itu ada di Kasur, Sumur dan dapur, atau saya kenal dengan "TIGA PRINSIP KEJADIAN WANITA".

Dalam kasus lain ada yang merasa bahwasanya Islam sangat-sangat membatasi wanita. Maka dari itu, harus ada perombakan dan melakukan seminar tentang wanita Islam juga perlakuan Islam kepada wanita agar egaliter masuk di areal tersebut.

Nanti dulu, ada yang aneh dengan mereka atau kotak suaranya yang aneh?. Maksudnya apakah mereka yang keliru dalam bersuara atau salah dari kotak suara yang menampung segala aspirasi tanpa melihat konteks hingga tercampur dan berbaur kemana-mana menjadi satu larutan.

Jikalau Islam membatasi perempuan dalam segala hal, khususnya berpikir dan akademik, dimana perempuan tidak usah sekolah tinggi dan menggeluti keilmuan. Sejatinya itu sangat tidak benar, menurut pandangan saya sebagai seorang yang awam. Tapi saya juga punya dalil untuk melakukan Pledoi terhadap suara-suara sumbang tersebut.

Dalam Al-quran terdapar Surat An-Nisa yang artinya (Wanita-wanita) karena hukum-hukum yang berkaitan dengan wanita lebih banyak disebutkan dalam surah ini daripada dalam surah yang lain. (Mahasinut Ta`wil, 3/6), dikutip dari  (Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah, 2011, Surat An-nisa Salah Satu Bukti Memuliakan Wanita, asysyariah.com , di akses pada tanggal 22 Maret 2019).

Secara nyata, Islam juga menghasilkan wanita-wanita hebat. Istri-istri Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam, istri-istri dari para sahabat Nabi, dan masih banyak lagi. Memamng banyak mahasiswi yang kritis di kampus dan terus memperjuangkan hak-haknya dan masih banyak lelaki yang tidak peduli karena bagi beberapa lelaki Macho, kampus tempat berpikirnya dan bermainnya laki-laki untuk meramu lmu pengetahuan.

Geram dengan kegiatan saling menggigit antara mahasiswa dan mahasiswi, saya mencari pembenaran bahwasannya ada satu wanita yang tidak kalian ketahui dan kalian hidup dalam mencari ilmu di rumahnya, agar kalian mampu memajukan peradaban manusia juga Agama kalian tanpa mendiskreditkan gender yaang sekarang ini berteriak kemana-mana seperti anak kehilangan permenya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun