Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jawab Jujur! Anda Ingin Sukses Instan?

15 Oktober 2015   04:32 Diperbarui: 15 Oktober 2015   04:32 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkan kita menjumpai buku-buku terkait dengan motivasi sukses dalam berbisnis dalam waktu singkat? Atau pernahkah kita mendengar di berita-berita radio lokal terkait pelatihan-pelatihan atau seminar bisnis yang mengajarkan tips-tips dan cara cepat menjadi kaya dan sukses? Saya kira jawabannya adalah sering. Penawaran dari beberapa orang atau institusi yang menganggap dirinya kompeten dalam bidang tertentu seperti bisnis properti, trading saham, perhotelan, atau menjual produk-produk lain telah mengundang banyak orang untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Tujuannya hanya satu, mendapatkan penghasilan baru atau meningkatkan potensi pendapatan mereka secara finansial. Hampir setiap orang ingin sukses dan kaya secara finansial, sehingga buku-buku yang “berbau” cara mendapatkan uang secara luar biasa menjadi laris manis dan menjadi buku-buku best seller. Pelatihan-pelatihan bisnis ramai diserbu oleh mereka yang menginginkan kekayaan lebih dalam kehidupannya.

[caption caption="Sumber gambar : http://www.jaminthompson.com"][/caption]

Siapa diantara kita yang tidak ingin sukses secara finansial? Sebagai pribadi yang realistis tentu kita tidak bisa melepaskan diri dari magnet benda yang satu ini, uang. Uang akan terasa sangat menggoda untuk didapatkan, sehingga ketika ada kiat-kiat memperolehnya dengan cara cepat semua orang akan dengan segera mengikutinya. Pekerjaan sehari-hari sebagai karyawan atau pengusaha kecil dengan penghasilan yang tidak bisa dibilang menakjubkan barangkali sudah merupakan sesuatu yang membuat galau perasaan banyak orang. Bagaimana akan menjadi kaya apabila penghasilan masih “segitu-segitu” saja. Mereka ingin agar penghasilan mereka bertambah dan meningkat berlipat-lipat. Dalam kondisi demikian ketika ada sebuah buku motivasi bisnis yang berjudul Meledakkan Potensi Provit Hingga 10 Kali Lipat dalam Waktu 30 Hari sudah pasti akan menggoda banyak orang membacanya. Mengapa? Karena kita selalu menginginkan lebih dan lebih dalam hidup kita. Jikalau penghasilan saat ini setiap bulannya “masih” sekitar lima jutaan, maka bulan depan atau tahun depan ada harapan bahwa penghasilan tersebut akan meningkat dua kali lipatnya atau paling tidak meningkat berapa puluh persen dari yang ada saat ini. Saya kira hal ini sudah merupakan hal yang wajar dalam diri masing-masing orang.

Kalau kita cermati apakah buku-buku motivasi atau seminar-seminar tentang bisnis yang beredar di sekitar kita menawarkan solusi secara cepat ataukah lambat? Hampir semuanya menawarkan tips-tips sukses yang bisa dicapai dengan secepat dan sesingkat mungkin. Saya tidak perlu kiranya menyebutkan buku-buku atau seminar tersebut satu-persatu, rekan-rekan sekalian bisa dengan mudah menjumpainya di toko-toko buku terdekat atau ketika mendengarkan siaran radio lokal maupun televisi lokal. Kita akan sering melihat dan mendengar penawaran untuk mendapatkan sukses dalam durasi cepat dan dengan cara yang mudah. Mengapa terdapat banyak kesamaan dalam setiap “tawaran” sukses tersebut? Karena para penulis buku, motivator, dan pelatih sukses tersebut tahu kalau sebagian besar dari kita menginginkan kesuksesan yang bisa diraih secara instan. Kita ingin agar bagaimana caranya bisa secepat mungkin mendapatkan jumlah penghasilan yang besar tanpa perlu melakukan upaya-upaya yang berkepanjangan dan menghabiskan banyak waktu. Kalau boleh jujur, saya, dan mungkin rekan-rekan sekalian ingin mendapatkan sukses secara instan. Setujukah? Jika rekan-rekan setuju maka berarti kita memiliki pemahaman yang sama. Namun bagi rekan-rekan yang tidak setuju dengan pernyataan yang saya utarakan tadi tentu itu menjadi hak masing-masing orang. Apa yang saya rasakan dan mungkin sebagian besar dari kita memiliki harapan bisa meraih kesuksesan secara instan, secara cepat dan sesegera mungkin. Namun kita juga sebenarnya menyadari bahwa dalam hal apapun tidak ada yang namanya kesuksesan instan. Semua butuh kerja keras. Semua butuh waktu untuk berproses. Kita pasti pernah mendengar nama Thomas Alfa Edison, penemu bola lampu yang menjadikan kita saat ini bisa menikmati penerangan lampu listrik. Beliau sebelum akhirnya meraih sukses harus terlebih dahulu mengalami kegagalan ribuan kali dalam menuju keberhasilannya. Proses yang ia jalani tidaklah sebentar, tidaklah cepat. Membutuhkan waktu yang sangat lama untuk itu. Kita pasti sudah tidak asing dengan J.K. Rowling, penulis novel ultra best seller dunia, Harry Potter. Bagaimana proses yang ia jalani? Samasekali jauh dari kata instan. Bill Gates, sosok yang dikenal sebagai manusia terkaya di planet bumi ini juga bukan contoh yang pas untuk melihat perjalanan sukses yang diraih dalam waktu singkat. Semuanya butuh proses yang panjang. Ada banyak kegagalan yang terjadi dan dialami dalam proses perjalanan menuju harapan setiap orang besar tersebut. Karena dengan itu mereka belajar dan mereka terus memperbaiki diri untuk menemukan formula terbaik dalam meraih tujuannya.

Tidak ada manusia yang diciptakan persis sama antara satu orang dengan orang lain. Kita memiliki nilai khas dalam diri kita masing-masing. Mempelajari cara-cara dan tips sukses orang lain adalah hal yang perlu dilakukan, akan tetapi ketika kita mengharapkan mendapatkan kesuksesan instan setelah menduplikasi langkah-langkah dan cara yang dilakukan oleh orang sukses sebelum kita maka hal itulah yang harusnya dihindari. Tidak ada sukses instan. Semua butuh proses. Sesuatu yang dilakukan secara prematur tidak akan memiliki pondasi yang kokoh. Seperti misalnya ketika kita menanm sebuah pohon antara ketika kita memulainya dari menanam sejak berbentuk bibit atau benih berukuran kecil atau dari hasil cangkokan dari tanaman yang sudah besar. Mungkin tanaman hasil cangkokan akan lebih cepat tumbuh dan menghasilkan buah, akan tetapi ia memiliki sisi “kerapuhan” yang cukup besar yaitu akar-akarnya sangat tidak kuat dalam menopang hidupnya. Tanaman hasil cangkokan membutuhkan media pembantu untuk terus menguatkan dirinya supaya tetap mampu berdiri dan bertahan untuk menghasilkan buah. Sedangkan untuk tanaman yang kita tanam sedari bibit ukuran kecil mungkin akan butuh waktu sangat lama untuk bisa tumbuh besar hingga akhirnya berbuah. Butuh kesabaran untuk menunggu tanaman kecil tersebut tumbuh semakin besar dari waktu ke waktu. Namun ketika ia sudah menjadi tanaman yang “matang”, maka ia akan menghasilkan hasil yang melimpah kalau kita merawatnya dengan baik. Tanaman ini memiliki kekuatan yang jauh lebih baik dari tanaman hasil cangkokan. Jika tertepa angin kencang tanaman hasil cangkokan akan lebih mudah terjatuh, apalagi jika tidak diberi bantuan penyangga. Sedangkan tanaman yang kita tanam sedari kecil dan akhirnya tumbuh menjadi tanaman besar yang kuat akan lebih mampu untuk bertahan dari terpaan angin kencang. Seperti itulah analogi yang bisa kita lihat dalam membandingkan keinginan untuk sukses instan atau sukses dengan berproses elegan.

Penawaran terkait sukses secara cepat dari buku-buku atau pelatihan-pelatihan pada dasarnya adalah sesuatu yang baik. Karena mereka memberikan metode-metode dan cara-cara terbaik untuk menuju kesuksesan dengan lebih praktis. Jika kita gambarkan, Thomas Alfa Edison misalnya, Beliau dalam kesuksesannya menemukan bola lampu listrik harus mencoba bermacam jenis cara dan metode hingga pada percobaan ke 10.000 atau lebih ia berhasil menemukannya. Sedangkan saat ini, kita tidak perlu lagi mencoba 10.000 kali dulu untuk menciptakan sebuah bola lampu. Cukup dengan membaca referensi perihal bagaimana sebuah bola lampu dibuat maka kita sudah bisa menapak “percobaan” ke 10.000-nya Thomas Alfa Edison. Begitu juga kiranya ketika kita mengharapkan meraih sukses secara finansial ketika membaca buku-buku motivasi atau mengikuti seminar-seminar sukses. Semuanya juga merupakan pemaparan dari pengalaman sukses dari beberapa orang yang merasakan bagaimana mendapatkan sukses dalam kehidupannya. Tung Desem Waringin tidak dalam satu hari saja atau dalam 30 menit saja menjadi manusia sukses dan menjadi pelatih sukses no.1 di Indonesia, Ippo Santosa tidak dalam dua hari masa Training saja hingga akhirnya menjadi motivator handal dan menjadi penulis buku mega best seller seperti saat ini. Mereka membutuhkan waktu jauh lebih lama dari durasi training yang seringkali kita ikuti. Buku-buku motivasi yang kita baca, seminar dan pelatihan sukses yang kita ikuti hanyalah media membangun mindset sukses. Inilah poin pentingnya. Membangun mindset. Semua kesuksesan pada akhirnya tergantung pada diri kita sendiri. Ingin kaya, ingin bahagia, ingin sukses, semua tergantung pada diri kita sendiri. Peranan dari buku-buku motivasi, para trainer dan motivator bukan menjadikan kita sukses, melainkan membangun mindset sukses dalam diri kita. Kita tidak akan menjadi kaya hanya dengan membaca buku-buku bisnis atau mengikuti seminar-seminar bisnis. Tapi kita akan kaya ketika kita memiliki mindset yang tepat untuk hal itu dan berupaya semaksimal mungkin untuk mewujudkan apa yang menjadi tujuan kita. Bekerja keras. Berproses.

Seperti statemetn yang sempat saya utarakan di awal bahasan. Jujur, saya ingin mendapatkan sukses secara instan. Pada dasarnya pernyataan ini hanyalah sebuah harapan. Harapan untuk mendapatkan kesuksesan dalam hidup, dalam keuangan, karir, keluarga, dan lain sebagianya  sesegera mungkin. Namun saya sepenuhnya menyadari juga bahwa segala sesuatu membutuhkan proses. Kita tidak bisa mendapatkan kesuksesan secara instan, tapi kita bisa mempercepat (akselerasi) sukses tersebut untuk bisa dicapai. Kuncinya yang pertama adalah mindset berfikir kita bahwa sebuah kesuksesan hanya bisa diraih melalui kerja keras dan upaya pantang menyerah. Percuma saja kalau kita setelah mendapatkan tips-tips dan rahasia mendapatkan kesuksesan dari para orang sukses sedangkan kita tidak memiliki tekad yang kuat untuk mengaplikasikannya. Kunci yang kedua adalah bekerja lebih banyak dari orang lain. Berlatih lebih giat, beribadah lebih rajin. Dan yang ketiga adalah senantiasa melibatkan Sang Mahakuasa. Saya pernah melihat contoh nyata terkait hal ini. Seorang teman saya merupakan karyawan dari sebuah perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia. Tahun-tahun awal hingga periode tahun keempat atau kelima ia bekerja, saya hampir tidak pernah menjumpai dirinya pulang jam 5 sore. Paling cepat saya melihat ia pulang kerja pukul 8 malam, lebih sering pukul 10 malam. Tidak jarang saya menjumpai ia baru pulang kerja pukul 12 malam. Apa yang ia lakukan di tempat kerjanya? Selain mengerjakan tugas-tugasnya sendiri ternyata ia juga belajar tugas-tugas dan pekerjaan dari teman-teman yang ada di unit kerjanya. Ia membantu pekerjaan teman-temannya dan dari situ ia belajar banyak hal. Hampir setiap hari ia melakukan hal itu. Sepulang kerja ia menyempatkan diri membaca Al-Qur`an (mengaji), kemudian istirahat. Dia bangun waktu subuh dan terkadang masih melakukan Sholat Tahajjud kemudian bersiap diri lagi menuju pekerjaannya. Apa yang terjadi selanjutnya? Di tahun keempat ia bekerja sejak dari awal masuk dari seorang lulusan Perguruan Tinggi, ia kemudian diangkat menjadi manager di perusahaannya. Padahal umumnya disana jabatan manager baru diperoleh setelah masa kerja sekitar 8 tahun. Ia meraih jabatan tersebut dalam waktu setengah dari rata-rata yang dibutuhkan oleh orang lain dalam mendapatkannya. Apa hikmah yang bisa kita ambil dari sini. Kerja keras, usaha ekstra, dan melibatkan Sang Pencipta. Mungkin kita tidak bisa mengharapkan sukses instan, tapi kita bisa mempercepat kesuksesan kita.

Selamat berusaha.

 

Ditulis oleh : Agil S Habib

Sumber gambar : http://www.jaminthompson.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun