Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masa Sih Ada yang Bunuh Diri Gegara Skripsi? Ini 5 Fakta Psikologis di Balik Penyusunan Skripsi

8 Oktober 2024   05:54 Diperbarui: 8 Oktober 2024   06:59 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tingkat stres saat menyusun skripsi bisa sangat tinggi jika tidak diimbangi dengan coping yang sehat | Ilustrasi gambar: freepik.com/ rawpixel.com

Kalau ada yang bilang penyusunan skripsi itu cuma sekadar menulis, mungkin mereka belum merasakan tekanan di baliknya. Beneran deh, skripsi kadang terasa kayak "final boss" di kehidupan mahasiswa. Nggak heran kalau ada yang sampai depresi bahkan berpikir ekstrem hanya karena skripsi.

Tapi, apakah benar skripsi bisa mendorong seseorang sampai sejauh itu? Sampai-sampai seorang mahasiswa kepirkiran untuk bunuh diri karenanya. So, let's break it down in 5 psychology-backed facts!

#1. Stres Akademik Bukan Sekadar Stres Biasa

Stres saat menyusun skripsi bukan hanya soal sibuk bolak-balik ke perpustakaan atau bergulat dengan data. Menurut studi dari PLOS Global Public Health, stres akademik ditambah dengan kecemasan dan kurangnya dukungan sosial akan menjadi kombinasi maut yang bisa memicu pikiran bunuh diri di kalangan mahasiswa.

Coba bayangin, tugas berat yang menuntut ketelitian, tenggat waktu ketat, plus dosen pembimbing yang susah ditemui, itu semua menciptakan tekanan luar biasa. Kalau dipikir-pikir, kadang skripsi itu terasa kayak mantan yang susah move on. Sudah ditinggalin, tapi selalu ada di pikiran.

 

#2. Faktor Kecemasan dan Depresi yang Sering Diremehkan

Kecemasan akademik seringkali muncul dari perasaan takut gagal. Mahasiswa terjebak dalam pusaran kecemasan tentang masa depan dan seberapa pentingnya skripsi bagi karier mereka. Hal ini bisa memperparah kondisi mental, terutama bagi mereka yang cenderung perfeksionis.

Studi dari MDPI menemukan bahwa mahasiswa yang memiliki strategi coping (menghadapi keadaan) yang buruk lebih rentan terhadap depresi dan pikiran bunuh diri.

 

Kecemasan yang tinggi selama menyusun skripsi dapat memicu depresi jika tidak segera ditangani | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik
Kecemasan yang tinggi selama menyusun skripsi dapat memicu depresi jika tidak segera ditangani | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik

#3. Kurangnya Dukungan Sosial Bisa Fatal

Seringkali, mahasiswa yang stres berat merasa sendirian karena kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar. Baik dari teman, keluarga, atau bahkan dosen pembimbing yang terlalu sibuk.

Padahal, menurut PLOS Global Public Health, dukungan sosial yang kuat bisa menjadi penyeimbang utama di tengah tekanan akademik. Mereka yang merasa tidak ada yang mendukung cenderung lebih rentan terhadap pikiran negatif, termasuk pikiran untuk bunuh diri.

 "No man is an island, entire of itself." -- John Donne

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun