Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gorengan yang Direbus

21 Maret 2022   15:11 Diperbarui: 21 Maret 2022   15:15 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika Pak Jokowi membeli gorengan sewaku nyapres dulu| Sumber gambar: kompas.com

Minyak goreng benar-benar menjadi komoditas "panas" yang menyedot animo publik. Mulai dari kalangan masyrakat bawah hingga para pejabat teras pun turut larut dalam perdebatan panjang perihal minyak goreng ini.

Ketika ada begitu banyak orang yang mengelus dada oleh karena fenomena minyak goreng langka beberapa waktu lalu, kini semua kelimpungan dengan harganya yang laksana barang sultan.

Tapi, ditengah-tengah situasi yang tidak bersahabat tersebut ternyata masih saja ada beberapa orang elit yang entah apa maksudnya melontarkan pernyataan kontroversial mengomentari situasi tentang minyak goreng.

Dan ironisnya hal itu terlontar dari mulut ketua umum partai politik yang seringkali mengumandangkan keberpihakan pada "wong cilik". Bukannya bersikap arif dan bijaksana, malah cenderung mengkritik pola hidup masyrakat yang cuma bisa menggoreng dan menggoreng untuk memenuhi asupan makanan sehari-harinya.

Mengapa tidak merebus? Mengapa tidak mengkukus? Tidak kreatif sekali itu para emak-emak. Rela antri panjang demi makanan yang tidak sehat. 

Mungkin emak-emak atau kita-kita yang dikritik ini bisa mengajukan pertanyaan sederhana. Apakah gorengan yang dijual di pinggir jalan itu bisa direbus? Atau mungkin bisa dikukus? Ibu itu memang benar kalau kita harus kreatif menyikapi situasi dimana minyak goreng penuh dengan masalah seperti sekarang ini.

Namun, apakah solusi dari para elit yang punya kuasa untuk merubah keadaan hanyalah dengan berkata bahwa rakyat harus beralih dari aktivitasnya menggoreng agar terhindar dari masalah? Itu sama halnya dengan pernyataan beberapa pejabat zaman dulu yang mengatakan agar masyrakat jangan mengonsumsi cabe tatkala harganya mahal. Jangan mengonsumsi daging saat harga daging tinggi. Jangan membeli bensin saat BBM naik.

Ada kepekaan yang hilang dari beliau-beliau yang semestinya bisa berbuat lebih untuk rakyat negeri ini. Daripada melontarkan pernyataan kontroversial, bukankah lebih baik jika beliau meminta anah buahnya berbuat sesuatu agar minyak goreng kembali bersahabat bagi "wong cilik"?

Toh, orang nomor satu di republik ini juga merupakan bagian dari anak buahnya juga, kan?

Dan satu lagi pertanyaan. Apakah ibu memasak hidangan gorengan dengan direbus? Atau mungkin dikukus?

 

Salam hangat,

Agil S Habib

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun