Bahkan merasakan hidangan lokal langsung dari dapurnya pun menjadi lebih mudah diwujudkan. Terasa lebih eksklusif. Melibatkan langsung masyrakarat sebagai bagian dari jejaring wisata yang terintegrasi satu sama lain melalui teknologi digital sebagai perantaranya. Sekaligus menghadirkan pengalaman terbaik kepada para wisatawan.
Mengemas wisata dengan konsep smart tourism akan lebih mudah dilakukan mengingat dukungan pembangunan infrastruktur dan antusiame para provider untuk menyediakan layanan internet terbaik. So, mengapa hal ini tidak coba dilakukan?
Wisata Sehat, Aman, dan Berkelanjutan
Riset McKinsey memaparkan bahwa wisata outdor akan semakin populer pasca pandemi. Dengan kata lain DSP Toba memiliki keuntungan besar untuk menjadi destinasi tujuan utama para wisatawan.
Berlangsungnya pandemi Covid-19 memang menjadi tantangan besar bagi industri pariwisata untuk bertahan dan terlebih untuk mengepakkan sayapnya. Kekhawatiran akan terjangkit virus merupakan hambatan terbesar untuk merengguk wisatawan dalam jumlah besar. Kekhawatiran inilah yang perlu ditangkal oleh semuap pihak agar sektor ini kembali bangkit dimasa yang akan datang.
Pemerintah sendiri melalui Kemenparekraf sudah menerbitkan pedoman MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) untuk dijadikan acuan pengelolaan segenap destinasi wisata. Hal ini seharusnya bisa menjadi daya dukung yang kuat untuk menciptakan iklim wisata yang sehat, aman, dan nyaman dari ancaman virus Covid-19.
Selain itu keberadaan protokol CHSE (Clean, Health, Safety, Environmental Sustainability) juga menjadi bekal yang cukup untuk mengondisikan tempat wisat. Hanya saja mungkin praktiknya yang harus dikuatkan.
Memberlakukan sertifikasi MICE dan CHSE pada tempat-tempat wisata prioritas barangkali merupakan cara yang tepat untuk memastikan diterapkannya perlindungan akan kesehatan dan lingkungan. Sehingga MICE di Indonesia Aja bisa berlangsung tanpa kekhawatiran. Apabila kendalanya adalah keterbatasan fasilitas seperti biaya tes PCR yang mahal maka mengoptimalkan penemuan baru layaknya G-Nose bisa dilakukan.
Kalaupun masih ada banyak keraguan terhadap akurasi deteksi G-Nose maka hal itu seharusnya masih bisa diperbaiki seiring dengan dukungan dari semua pihak terkait untuk memberikan layanan yang baik namun tetap terjangkau.
Keterlibatan masyrakat sekitar memegang peran penting untuk menjaga keberlanjutan alam Danau Toba agar senantiasa bisa dinikmati oleh generasi yang akan datang. Selain tentunya edukasi kepada para wisatawan yang diselipkan kedalam aplikasi penunjang wisata Toba Caldera.