Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Putus Mitos Profesi "Planner" Mengerek Berat Badan dan Membatasi Gerak Fisik

9 September 2021   10:54 Diperbarui: 9 September 2021   11:27 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tantangan kerja menjadi planner salah satunya adalah tubuh yang kurang gerak | Sumber gambar : hellosehat.com

Sudah hampir 9 tahun saya menjalani profesi sebagai bagian dari tim perencana produksi (planner) perusahaan manufaktur. Selama itu pula hampir sebagian besar waktu kerja saya habiskan untuk duduk didepan layar komputer. Menatap monitor dari pagi hingga siang. Siang hingga sore. Bahkan terkadang sampai malam.

Dengan kondisi tubuh yang kebanyakan dihabiskan dengan duduk diatas kursi, tidak bisa dipungkiri bahwa porsi tubuh untuk bergerak relatif terbatas. Berjalan hanya sesekali dan jaraknya pun relatif dekat. Paling hanya ke toilet atau sesekali mengunjungi lini produksi untuk memantau situasi.

Akan tetapi, dua hal tadi sebenarnya sangat belum bisa mengakomodir perlunya fisik kita untuk bergerak melakukan aktivitas. Sehingga tidak jarang setelah beberapa waktu tertentu tubuh terasa kaku semua. Terasa lelah padahal tidak banyak melakukan aktivitas fisik. Kalau boleh dibilang, tubuh yang banyak diam tidak kalah melelahkannya dengan tubuh yang banyak bergerak. Seakan-akan hal ini menegaskan mitos bahwa profesi planner memang membatasi gerak fisik seseorang.

Sehingga adakalanya ketika fisik sudah tidak mampu mentolerir maka sakit pun datang melanda. Terlebih kebiasaan berolah raga belum menjadi rutinitas yang secara berkala dilakukan. Belum lagi saat ruangan yang ditempati merupakan tempat ber-AC yang umumnya membuat kita jauh dari kata haus. Akhirnya konsumsi air putih pun sering terabaikan.

Melawan Tantangan Diam

Kalau bisa dibilang sebenarnya menjadi seorang planner itu tidaklah mesti berlama-lama ditempat duduk. Barangkali situasi kerja memang mendukung untuk berbuat demikian. Berlama-lama diatas tempat duduk dan jauh dari keharusan untuk berjalan kesana-kemari mengingat rutinitas kerja sebagian besar dapat dipantau melalui layar komputer dan komunikasi via telepon atau chat.

Situasi yang "memanjakan" tersebut memang tidak jarang membuat kita terlena dan larut dalam kenyamanan tempat duduk. Padahal dibalik hal itu ada suatu "ancaman" yang jikalau kita abaikan justru akan membuat kita menyesal kemudian hari.

Duduk tanpa banyak gerak, kurang minum, jarang berolah raga, dan sejenisnya adalah beberapa hal yang jamak dijumpai dalam kehidupan seseorang berprofesi planner. Hanya saja hal itu sebenarnya bukanlah situasi yang mutlak pasti terjadi pada setiap orang. Karena pasti akan selalu ada orang yang gemar untuk terus mengaktifkan dirinya bergerak melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain di area kerja.

Seorang planner mungkin dianggap hanya memiliki area kerja sebatas pada meja kerjanya saja. Padahal semua yang terhubung dengan aktivitas kerja seorang planner juga merupakan area kerjanya. Area produksi merupakan bagian dari wilayah "teritori" planner untuk mengeksekusi perencanaan yang ia buat. Demikian halnya dengan gudang sebagai tempat penyimpanan barang-barang yang dikalkulasi oleh planner. Dan tempat-tempat lain yang memungkinkan.  

Ditempat kerja saya yang terdahulu, lokasi gudang penyimpanan kebetulah relatif jauh dari ruang kantor tempat kerja saya. Bahkan ada yang jaraknya hampir setengah kilometer jauhnya, yang mana untuk kesana harus dilakukan dengan berjalan kaki. Apabila ada beberapa keperluan untuk melihat situasi disana maka tidak mau kita juga harus menggerakkan tubuh kita kesana. Melakukan olahraga fisik yang lumayan memeras tenaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun