Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Data Ramalan vs Angka Harapan, Mana yang Seharusnya Menjadi Landasan Perjalanan Masa Depan Bisnis?

8 September 2021   09:51 Diperbarui: 8 September 2021   09:57 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis perlu memiliki pijakan data berdasarkan perpaduan ramalan dan harapan | Sumber gambar : www.datalytyx.com

Tidak ada yang tahu masa depan. Pernyataan ini mungkin berlaku universal di segala bidang. Namun, bagi para pelaku bisnis mencari "bocoran" perihal masa depan merupakan suatu kebutuhan. Khususnya menyangkut estimasi besaran permintaan dari produk bisnis yang mereka miliki. Dalam bahasa bisnis hal ini dikenal dengan istilah forecasting atau peramalan.

Berapa besar kebutuhan suatu produk pada periode waktu yang akan datang sebisa mungkin dikulik sejak jauh-jauh hari agar supaya bisa mencuri start persiapan dan memperoleh keuntungan terbesar serta mengungguli para pesaing. Siapa yang paling tepat tebakannya maka merekalah yang akan mereguk paling banyak keuntungan. Sebaliknya, mereka yang jauh hasil "penerawangannya" akan menderita kerugian tersendiri.

Sehingga seiring waktu semakin berkembanglah berbagai metode untuk mendapatkan hasil peramalan yang paling mendekati kenyataan. Mulai dari metode sederhana seperti moving average hingga metode yang kompleks seperti proyeksi tren berbasis big data. Bahkan tidak sedikit yang menggabungkan metode forecasting modern dengan pendekatan-pendekatan astrologi. Semua itu dilakukan demi memperoleh angka dengan margin selisih terkecil dari kondisi real yang nanti bakal terjadi.

Aktivitas peramalan mengenai taksiran angka penjualan di masa depan sebenarnya merupakan potret dari potensi pasar yang sedang digarap oleh para pelaku bisnis. Hanya saja tidak sedikit yang menganggap bahwa angka harapan target juga merupakan bagian dari forecasting. Sehingga beberapa kalangan justru menjadikan angka-angka harapan target tersebut sebagai data forecasting yang nantinya dijadikan sebagai acuan strategi kebijakan. Akibatnya, ketika harapan itu meleset dan jauh dari kenyataan maka kerugianlah yang ditanggung.

Ramalan vs Harapan

Data forecasting tidaklah didapat secara sembarangan dan asal cuap. Hal itu membutuhkan dasar yang jelas, referensi yang akurat, dan analisa yang mendalam. Sehingga kredibilitas data yang didapat lebih mendekati kenyataan. Sedangkan angka-angka harapan yang mungkin dipresentasikan oleh para pemasar cakap bicara akan cenderung bernada retoris. Menggaungkan harapan tinggi, optimisme, atau bahkan janji-janji manis. Padahal potret kondisi yang terjadi di lapangan belum tentu sebaik yang mereka ceritakan.

Bisa jadi angka forecasting suatu produk hanya memiliki taksiran yang tidak sesuatu harapan. Namun hal itulah yang perlu disikapi secara tepat dengan merumuskan strategi-strategi adaptif sehingga peramalan yang tidak sesuau harapan itu bisa dikelola menjadi lebih baik.

Jangan sampai kita sampai salah langkah hanya karena "tertipu" oleh angka harapan tinggi sementara potret sebenarnya tidaklah menunjukkan demikian. Forecasting hanya sebatas memetakan kondisi real yang terjadi pada waktu yang akan datang. Sejatinya hal itu masih belum terjadi. Seharusnya, pengetahuan yang diperoleh dari forecasting ini menjadikan kita tidak terkaget-kaget mengetahui kenyataan yang barangkali tak seindah harapan.

Sebuah bisnis perlu untuk tahu kondisi apaadanya yang tengah terjadi. Tapi sebuah bisnis juga perlu memiliki target harapan yang lebih tinggi daripada pencapaian sebelumnya. Kedua hal itu harus dipadukan satu sama lain agar diperoleh cara-cara yang tepat untuk mewujudkan target tersebut.

Bagaimanapun juga berpandangan optimis memang perlu dan harus. Akan tetapi, menjadikan harapan saja sebagai acuan dalam melangkah akan membuat kita kecewa. Karena pada dasarnya ada perbedaan besar antara potret nyata keadaan dimasa depan yang digambarkan melalui peramalan dengan harapan yang ingin diwujudkan. Peramalan dibuat berdasarkan rekam jejak dan beberapa indikator yang mungkin turut berpengaruh. Sedangkan harapan lebih kepada obsesi emosi yang terkadang tidak dibuat berdasarkan data.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun