Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

"Push" Kerjaan dengan Mengatasnamakan Atasan, Pertanda Kemampuan Persuasi Kita Lemah?

14 Agustus 2021   12:01 Diperbarui: 14 Agustus 2021   12:07 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjalin komunikasi yang baik dengan rekan kerja adalah bagian dari melancarkan pekerjaan itu sendiri | Sumber gambar : bisnis.com / laboracademy

Terkadang kita menghadapi deadline pekerjaan tertentu yang mengharuskan kita untuk buru-buru menyelesaikannya. Disisi lain, muncul kendala dimana ada seorang rekan kerja yang belum menuntaskan bagian tugasnya sehingga pengerjaan tugas kita pun turut terhambat. Sehingga mau tidak mau kita meminta kepada yang bersangkutan untuk segera menyelesaikan bagian dari pekerjaannya tersebut.

Sayangnya, tidak setiap orang yang kita mintai tersebut akan langsung bergegas menyelesaikan apa yang kita butuhkan. Diantara mereka mungkin ada yang mengatakan, "Tunggu ya!", "Sabar ya!", "Ini masih dikerjakan, nanti kalau sudah selesai akan diberitahu kok.", dan segenap alibi yang lainnya. Ternyata setelah beberapa waktu berselang hasil pekerjaan yang ditunggu-tunggu belum juga selesai.

Mengalami kondisi semacam ini tidak sedikit dari kita yang memilih untuk meluapkan amarah, menggerutu, atau terkadang sampai melaporkan kepada atasan. Sementara sebagian yang lain ada juga yang memiliki cara komunikasi "ampuh" dengan membawa serta nama si bos atau pimpinan tertinggi yang disegani (atau mungkin juga ditakuti) disana sebagai alasan pentingnya menuntaskan pekerjaan tersebut segera.

Mungkin ada yang mengatakan, "Tolong segera diselesaikan ya karena ditunggu si bos untuk meeting siang ini.". Kalimat tersebut barangkali lebih memiliki "power" ketimbang seseorang mengatasnamakan diri pribadinya guna meminta sang rekan kerja agar mengerjakan bagian pekerjaannya.

Karena bagaimanapun juga dalam hubungan struktural organisasi khususnya yang setingkat atau tidak memiliki jalur komando maka setiap kebutuhan atas support pekerjaan seringkali hanya mengandalkan kemampuan persuasi dan hubungan komunikasi yang baik satu sama lain. Jika satu sama lain memiliki perasaan segan atau dorongan untuk tidak mengecewakan orang lain maka barangkali setiap request bantuan akan dituntaskan sesegera mungkin. Sebaliknya, tatkala ada hubungan yang kurang harmonis hal itu bisa jadi membuat mereka ogah-ogahan dalam mengerjakan sesuatu.

Berada di dunia kerja mengharuskan kita untuk menjalin komunikasi satu sama lain. Baik itu yang terhubung langsung di sebuah bagian organisasi ataupun yang berada di lintas bagian. Meminta sesuatuperihal pekerjaan kepada orang lain yang berada dibawah komando kita secara struktur organisasi rasa-rasanya lebih mudah dilakukan ketimbang meminta hal yang sama kepada orang lain yang "bukan siapa-siapa" kita.

Sehingga terkadang menjadi keuntungan tersendiri tatkala seorang pekerja berkawan baik dengan rekan kerjanya dari bagian lain yang turut memiliki keterkaitan fungsi kerja. Meminta bantuan mereka perihal pekerjaan sama halnya dengan meminta bantuan kepada kawan baik.

Tantangannya akan meningkat saat hubungan interaksi itu hanya biasa-biasanya saja atau terlebih tidak saling respek satu sama lain. Hubungan pekerjaan menjadi sesuatu yang terkesan saling mengancam satu sama lain. Dimana ketika suatu pekerjaan yang perlu dukungan dari orang lain dalam penuntasannya sampai perlu mendompleng sosok si bos yang memang disegani sesama pekerja. Kalau tidak mengerjakan maka akan dilaporkan ke si bos. Kalau terlambat menyelesaikan tugas maka akan diomelin si bos.

Cara semacam ini dimana "keangkeran" sosok si bos atau sang atasan justru dimanfaatkan untuk mem-"push" orang lain agar supaya sesegera mungkin menyelesaikan pekerjaannya sebenarnya terkesan bahwa yang bersangkutan enggan mengeluarkan effort lebih untuk melobi orang lain. Persuasi atau kemampuan mempengaruhi orang lain terlihat kurang mumpuni sehingga sampai perlu mengatasnamakan orang lain.

Padahal menjalin interkasi kerja dan saling dukung berlandaskan kerelaan untuk membantu satu sama lain itu lebih menguntungkan dalam jangka panjang daripada cara-cara "mengancam" seperti itu, yang sifatnya juga bersifat jangka pendek. Rekan kerja yang mendapatkan perlakuan tersebut akan merasa risih dan kurang welcome untuk memberikan dukungan selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun