Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Seni Menggapai Kebahagiaan Kerja

9 April 2021   08:10 Diperbarui: 9 April 2021   08:20 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : www.indiatoday.in

Betapa banyak diantara kita yang menghabiskan sebagian besar usia kehidupan dengan berada di tempat kerja, menjalani profesi, mengejar gaji, dan mencari sesuap nasi.

Berjam-jam senantiasa kita habiskan setiap harinya untuk bekerja. Hanya malam hari yang mungkin menjadi saat-saat dimana kita bisa melepaskan diri dari penatnya pekerjaan. Seolah-olah kita hanya hidup untuk bekerja saja tanpa bisa menikmati kehidupan yang sesungguhnya.

Namun, benarkah bahwa dengan kehidupan yang dipenuhi hari-hari untuk menunaikan kewajiban profesi lantas hal itu mereduksi hak kita untuk menikmati hidup?

Tentunya tidak. Karena sejatinya menikmati hidup itu adalah menikmati semua momen kehidupan apapun bentuk serta wujudnya. Dengan kata lain apabila seseorang bisa menikmati pekerjaannya maka ia sebenarnya sudah berhasil menikmati sebagian dari kehidupannya tersebut.

Ada begitu banyak ulasan perihal bagaimana sebaiknya menikmati pekerjaan. Berbagai tips dan trik pun diuraikan beberapa pihak demi menjadikan para pekerja senang dengan profesinya masing-masing. Sudah cukup banyak petuah bijak serta kalimat motivasi yang diutarakan untuk memicu hasrat seseorang terhadap pekerjaannya.

Dengan harapan bahwa mereka semua akan menemukan kebahagiaan dari profesi yang dijalani sehingga tidak ada rasa penyesalan didalam hati perihal kehidupannya yang terasa tidak bermakna, salah arah, atau sejenisnya.

"Kebahagiaan dimtepat kerja terkadang merupakan sebuah celah kecil yang mesti ditemukan dengan upaya, effort, dan energi yang lebih besar. Tapi saat kita sudah menemukannya maka semua akan terasa sepadan."

Tidak sedikit diantara kita yang mendefinisikan pekerjaan terbaik adalah pekerjaan yang memberikan kelimpahan gaji serta fasilitas penunjang sejenis. Padahal prasyaratnya tidaklah semata mengenai hal itu saja. Lingkungan kerja berikut orang-orang yang ada didalamnya, kepedulian rekan kerja dan atasan, kesesuaian dengan bidang minat, faktor kedekatan dengan sanak famili, dan masih banyak lagi yang lainnya. Setiap orang juga memiliki prioritasnya masing-masing yang bisa jadi berbeda-beda satu dengan yang lain. Sehingga bisa dikatakan bahwa perihal kenyamanan menikmati pekerjaan ibarat sebuah seni yang sangat tergantung pada selera masing-masing.

Sebuah seni sangatlah terkait dengan hal-hal yang dinamis, variatif, dan memberikan keleluasaan setiap orang untuk memberikan penafsiran sesuai kemampuan yang dimiliki. Begitupun dalam menjalani sebuah profesi, mengikuti arus perjalanan karier, atau menunaikan kewajiban pekerjaan. Setiap orang mesti jeli untuk menata dirinya masing-masing. Melihat sisi keindahan yang sebisa mungkin perlu mereka temukan biarpun hal itu kecil kemungkinannya. Bagaimanapun juga hampir tidak ada pekerjaan yang sempurna. Sama halnya tidak ada pekerjaan yang sepenuhnya buruk. Seninya adalah bagaimana kita menemukan celah-celah kecil itu yang memungkinkan kita untuk menghirup udar segara dari dinamika dunia kerja yang memang luar biasa.

Suatu saat pernah seorang teman berkisah mengenai perjalanan karier pekerjaannya yang ia nilai tidak cukup baik. Ia merasa menjalani pekerjaan yang salah tapi terlanjur ia geluti. Mentas dari sana sepertinya bukan pilihan yang bisa diambil mengingat risikonya yang cukup besar. Sehingga mau tidak mau ia pun harus menahan ketidaknyamanan pada hari-hari kerjanya. Sampai suatu saat ia menemukan celah dimana dari pekerjaannya tersebut justru memungkinkan dirinya untuk menghasilkan karya-karya tulisaan, artikel, aktif di blog komunitas menulis, mengikuti kompetisi, dan lain sebagainya. Dari sana ia kemudian memiliki alasan untuk berangkat setiap harinya ke tempat kerjanya dengan lebih semangat. Menunaikan kewajiban profesi sekaligus mengasah diri untuk terus berkembang pada bidang baru yang menarik minatnya.

Barangkali cara serupa perlu untuk dicoba apabila sejauh ini kita masih merasa belum menemukan kenikmatan apapun dari pekerjaan yang kita jalani. Celah-celah itu mesti dicari dengan berbagai cara hingga kita benar-benar menemukannya suatu saat nanti. Untuk itu tidak bisa kiranya kita hanya berdiam diri dan menanti bahwa celah itu akan menampakkan diri dengan sendirinya. Perlu adanya langkah proaktif untuk menyusuri ruang di setiap jengkal pekerjaan kita. Bagaimanapun tidak setiap detik dan menit kita terfokus pada pekerjaan utama. Saat-saat dimana hal itu memungkinkan kita untuk melakukan sesuatu yang lain bisa menjadi kesempatan berharga untuk dimaksimalkan. Dan sekali lagi, butuh sebuah seni untuk mencari dan menemukan celah tersebut. Yang kita butuhkan saat ini hanyalah mulai untuk melakukannya.

Salam hangat,

Agil S Habib

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun