Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Saat Pencapaian Karier Butuh Sesuatu yang Lebih dari Sekadar Kecakapan Profesi

5 April 2021   08:21 Diperbarui: 6 April 2021   19:45 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: Shutterstock via nypost.com

Menggapai posisi tinggi dalam suatu profesi tertentu umumnya dianggap sebagai sebuah prestasi hebat yang layak untuk dikagumi dan juga diapresiasi. Sebuah raihan atas kinerja yang unggul dan dedikasi yang mumpuni atas bidang pekerjaan yang dijalani oleh seseorang. 

Paling tidak anggapan semacam itulah yang mengendap di benak sebagian orang terhadap sebuah pencapaian yang didapat oleh orang-orang di dekatnya. 

Lantas tatkala ada di antara kita yang berhasil menggapai sesuatu yang tinggi "hanya" berbekal dari efek utang budi seseorang terhadap dirinya maka tidak sedikit yang menganggap bahwa hal itu merupakan suatu keberuntungan belaka, dan bukanlah suatu pencapaian yang dilandasi oleh suatu prestasi besar yang memang layak diganjar demikian.

Apakah sebuah kebaikan yang memicu lahirnya utang budi didalam diri seseorang tidak pantas disebut sebagai prestasi yang patut diapresiasi? Apakah orang-orang yang berhasil menggapai jabatan tinggi oleh sebab masa lalunya yang tulus untuk membantu orang lain tidak layak menjadi jembatan perkembangan kariernya? 

Kalau boleh dibilang sebenarnya prestasi itu tidak selalu tentang intelegensi, tidak melulu perihal produktivitas profesi. Akan tetapi juga terdapat diantaranya peran ketulusan hati untuk meringankan beban orang lain. Apapun bentuk dan wujudnya.

Dalam hal ini di manakah letak korelasi antara tindakan baik seseorang yang membuahkan utang budi disisi orang yang menerima tindakan baik tersebut sehingga membuat si empunya tindakan baik tersebut layak diganjar dengan peningkatan kariernya yang luar biasa? 

Mereka yang rela berkontribusi bagi orang lain yang sebenarnya bisa saja ia abaikan pada dasarnya memiliki kapabilitas untuk mengedepankan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. 

Dengan kata lain sifat egois itu jauh dari diri mereka. Dan sepatutnya mereka yang berhak memperoleh kepercayaan lebih pada perjalanan kariernya adalah orang-orang yang berkenan untuk mengutamakan orang lain dibandingkan dirinya sendiri.

"Ada sisi lain kehidupan yang barangkali tidak kita sangka-sangka keberadaannya justru menjadi alasan utama atas layak tidaknya seseorang meraih apresiasi yang layak didalam kariernya atau tidak."

Memang terkesan klise membicarakan kesediaan seseorang untuk berkorban bagi orang lain. Apalagi di tengah-tengah zaman modern seperti sekarang ini di mana perbuatan semacam itu acapkali dipandang sebagai sesuatu yang "aneh", langka, bahkan cenderung "primitif". 

Berbuat sesuatu dengan orientasi all about you atau all about us biasanya terkesampingkan oleh hasrat untuk mengutamakan kepentingan diri di atas segala-galanya. Di mana all about me terlihat sebagai prinsip dasar yang diyakini sebagai prioritas utama setiap orang.

Tiket Awal

Kecenderungan diri seseorang untuk berbuat baik atau sebaliknya bisa dibilang merupakan bagian tak terpisahkan dari perjalanan kariernya. Sehingga setiap apa yang kita perbuat adalah bagian tak terpisahkan dari keseluruhan perjalanan hidup yang kita jalani. 

Jangan dikira kebaikan "kecil" yang pernah kita kontribusikan kepada orang lain saat berada dijalanan tidak pernah berdampak terhadap situasi kehidupan kita yang lainnya. Bahkan meskipun kebaikan itu dilakukan kepada mereka yang tidak kita kenal sama sekali.

Tindakan baik itu tidak selalu terhubung oleh keinginan baik orang lain yang terpicu karenanya, sehingga menjadi rantai kebaikan yang beruntun dan terikat satu sama lain. Melainkan terdapat satu sisi lain yang lebih personal di mana hal itu akan mengajari diri kita sendiri serta mempertegas keyakinan didalam hati bahwa kebaikan sekecil apapun yang kita perbuat merupakan bagian dari hal hebat yang patut untuk dirayakan.

Tindakan baik kita apapun bentuknya merupakan bagian dari pelatihan informal yang seiring waktu hal itu terus dilakukan maka akan semakin membuat diri kita terbiasa bahwa memberi untuk orang lain merupakan hal terhebat dari hidup kita. Itulah tiket awal seseorang untuk menunjukkan bahwa dirinya layak untuk sesuatu yang lebih besar.

Perjalanan karier serta pencapaian yang kita dapatkan didalamnya tidak semata berkutat pada lingkaran profesi tersebut saja. Bukan hanya keterampilan profesi yang diasah melalui beragam pelatihan formal yang berekontribusi terhadap peningkatan karier seseorang. 

Bukan sebatas kemampuan seseorang untuk merampungkan setiap tanggung jawab pekerjaannya sesuai ekspektasi yang menjadikannya layak diganjar peningkatan karier mumpuni. 

Melainkan ada sisi lain diri kita yang mungkin tidak terkait langsung dengan profesi pekerjaan kita yang sejatinya memberikan kontribusi besar dalam membentuk pencapaian karier di masa mendatang. 

Ada sisi integritas diri yang terkadang justru lebih terasah melalui tindakan perbuatan yang tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan profesi yang dijalani oleh seseorang. Dan integritas diri itu bisa berarti segalanya dalam mempertimbangkan kelayakan seseorang apakah patut diganjar dengan baik dalam kariernya atau tidak.

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun