Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sinisme Vaksin Nusantara, Potret IPTEK yang Dianaktirikan Atensi Publik

23 Februari 2021   15:08 Diperbarui: 23 Februari 2021   15:24 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Vaksin | Sumber gambar : www.kompas.com / Shutterstock

Mungkin akan lebih baik tatkala risiko yang memantik kekhawatiran dari proses pembuatan Vaksin Nusantara ini untuk disosialisasikan lebih jauh dalam upaya mencari kepingan puzzle pelengkap sehingga manfaat vaksin didapat tapi efek sampingnya bisa dibabat.

Kritikan yang konstruktif itu perlu. Bukan seruan untuk berhenti ditengah jalan padahal masih ada waktu untuk melakukan langkah penyempurnaan. Apakah kita memang lebih senang menggunakan vaksin buatan asing sementara kita punya potensi untuk membuat yang lebih baik dari mereka?

Barangkali pandemi COVID-19 kali ini menjadi momentum bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam negeri untuk mendapatkan porsi perhatian lebih dari publik. 

Bukan semata politik yang ramai diperbincangkan. Ibarat anak tiri yang kurang diperhatikan IPTEK kita tidak akan pernah mengalami perkembangan selama atensi kita tidak dialihkan kesana. Publik harus membicarakan hal yang lebih produktif untuk mengawal upaya penuntasan pandemi dengan cara sesuai "fitrah", yaitu dengan IPTEK.

Ada baiknya kritikan yang dilayangkan beberapa pihak yang gelisah dengan pengembangan Vaksin Nusantara. Hal itu setidaknya bisa menjadi pemicu perhatian publik bahwa ada hal lain diluar dunia politik yang juga perlu untuk diperhatikan, didiskusikan, atau bahkan dipertentangkan. 

Tujuannya adalah agar dinamika tercipta dan pembuatan Vaksin Nusantara benar-benar tercipta dengan mutu yang paling menguntungkan. Seperti kata pepatah, banyak jalan menuju Roma. Tujuan utama akan digapai selama langkah terus digerakkan kesana. Bukan malah menyuruh untuk balik arah dan menyerah begitu saja.

Salam hangat,

Agil S Habib

Refferensi :

[1]; [2]; [3]; [4]; [5]; [6]; [7]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun