Bagaimana pun juga berstatus sebagai pekerja kontrak itu tidak mengenakkan. Kecuali mungkin kalau kontraknya seperti Lionel Messi atau pemain sepak bola papan atas yang lain.Â
Kita semua tahu lah bagaimana tidak nyamannya menjalani pekerjaan dengan status masih "mengambang" dan bisa kapan saja "dibuang" tanpa mendapatkan pesangon apapun. Kekhawatiran terhadap kepastian penghasilan untuk tahun-tahun ke depan rasa-rasanya terus membayang.Â
Meskipun begitu, mau tidak mau menjadi pekerja berstatus kontrak tetap harus dijalani demi agar semua kebutuhan tercukupi.Â
Dalam benak kita mungkin itu hanya sementara sembari berharap kelak akan mendapatkan pekerjaan baru yang berkenan menjadikan seseorang pekerja berstatus tetap serta mendapatkan hak-hak istimewanya.
"Berstatus pekerja kontrak mungkin tidak didambakan oleh sebagian orang. Terlebih ketika kondisi itu membuatnya berada dalam kesulitan pasca pemutusan kerja sama sementara ia belum mendapatkan pekerjaan pengganti. Bagaimana pun mereka adalah manusia yang punya kebutuhan hidup sama seperti yang lain. Sehingga sepatutnya mereka pun perlu diberikan kesempatan untuk menyambung jalan nafkahnya terlebih dulu sebelum kerja sama yang lama berakhir."
Kekhawatiran senantiasa menggelayuti benak orang-orang yang berstatus pekerja kontrak. Terlebih bagi mereka yang berada di level bawah dengan status penghasilan pas-pasan. Menjadi pekerja yang bisa digantikan oleh siapa saja dan kapan saja tentunya tidak diharapkan sebagian orang.Â
Setiap pekerja tentu berharap dirinya mendapatkan keamanan serta kenyamanan dalam bekerja tanpa perlu khawatir suatu hari nanti tiba-tiba dicampakkan dari pekerjaannya.Â
Sebuah derita tentu akan dirasakan oleh para pekerja di tengah status kontrak yang ternyata tidak mendapatkan perpanjangan masa kerja.Â
Terlebih pemutusan itu dilakukan ketika seseorang belum mendapatkan pekerjaan baru sebagai pengganti. Lengkap sudah nestapanya.Â
Situasi semacam ini jelas tidak adil bagi pekerja karena mereka tidak memiliki cukup waktu untuk mencari pekerjaan lain dalam rangka menyambung kebutuhan hidupnya.Â
Sayogyanya sebuah organisasi bisnis memberikan ruang dan waktu yang cukup untuk bersiap kepada pekerja yang kelak tidak akan dilanjut masa baktinya. Jangan asal cut atau membuat keputusan mendadak yang akhirnya membuat seorang pekerja terkaget-kaget dengan kondisinya.