Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Apa Susahnya Seorang Bos untuk Mengaku Salah pada Anak Buah?

3 Februari 2021   10:23 Diperbarui: 3 Februari 2021   10:40 1243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : skillroads.com

Interaksi yang terjadi antara atasan dengan bawahan seringkali merupakan sesuatu yang dinamis. Terkadang begitu dekat, tapi tidak jarang dihiasi dengan konflik. Adakalanya seorang atasan memberikan apresiasi atas pencapaian yang dilakukan oleh anak buah, namun pada saat yang lain bisa jadi seorang atasan meluapkan amarah besar kepada bawahannya. Ketika pekerjaan dari anak buah dianggap tidak sesuai harapan yang diinginkan oleh atasan, teguran seringkali melayang. 

Sindiran menjadi rutinitas yang terus diucapkan diulang-ulang kepada mereka yang dianggap bekerja dibawah performa. Bagi seorang anak buah yang berbuat salah maka status sebagai "pesakitan" harus siap-siap diembannya. Lain halnya apabila ternyata sang atasanlah yang melakukan kesalahan. 

Barangkali terjadi suatu persoalan sehingga lantas menuding salah satu anak buahnya sebagai tersangka. Tapi setelah dilakukan kroscek ulang terbukti bahwa kesalahan terletak pada misinterpretasi atau kesalahan pengambilan keputusan dari sang atasan sendiri. Dalam kondisi seperti itu apakah lantas si bos akan mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada anak buahnya?

"Seorang atasan berhak meluapkan amarah kepada anak buahnya tatkala sang anah buah melakukan kelalaian. Dan sebaliknya mereka pun seharusnya juga berhak untuk meminta maaf apabila kesalahan itu dilakukan oleh sang atasan sehingga membuat anak buahnya berada dalam kesulitan."

Sebagian orang yang berada dalam posisi itu mungkin dengan lapang dada mengakui kesalahan dan secara kesatria meminta maaf atas amarah yang salah arah itu. Namun tidak sedikit dari para bos tersebut yang mungkin karena gengsi sulit untuk mengaku salah, atau menganggap bahwa dirinya memang tidak pernah salah. 

Setiap titahnya adalah kebenaran. Setiap perintahnya adalah sesuatu yang pasti tepat sasaran. Sementara realitas memungkinkan harapan tidak terjadi semudah hitungan diatas kertas. Adakalanya seorang anak buah salah karena tidak mampu menunaikan tugas dan tanggung jawabnya. Disisi lain seorang bos atau atasan juga punya potensi serupa mengingat kita semua sama-sama manusia yang bisa salah ataupun khilaf. 

Permasalahannya hanyalah persoalan kekuasaan. Seorang bos tentu punya kekuasaan dan kekuatan lebih dari anak buahnya. Sehingga tatkala meluapkan amarah hal itu seakan bisa dibenarkan. Wajar kiranya seorang atasan "menghakimi" kesalahan anak buahnya. Tapi apakah lumrah jika dilakukan sebaliknya?

Sangat jarang atau bisa dibilang tidak ada seorang anak buah yang dengan berani memaki-maki atasannya karena melakukan kesalahan dalam pekerjaan. Kalaupun ada maka kemungkinannya amat kecil dan bisa jadi kasusnya tidak terkait langsung dengan urusan teknis pekerjaan. 

Dengan demikian seorang anak buah hanya bisa memendam kesumat seiring luapan amarah yang barangkali salah alamat itu. Hanya gerutuan dari kejauhan yang bisa mereka lakukan. Meski ketika bersua si bos semuanya tampak biasa namun didalam hati ada rasa dongkol luar biasa.

Padahal apa susahnya bagi seorang bos atau atasan untuk mengakui kesalahan tatkala dirinya memang berbuat demikian? Apakah hal itu akan meruntuhkan kehormatan dirinya? Rasa-rasanya kehormatan seseorang tidak akan hancur hanya karena mengaku salah serta meminta maaf. Barangkali hanya gengsinya saja yang mesti sedikit mengalah. Selebihnya justru apresiasi patut disematkan kepada mereka yang tidak pandang bulu meminta maaf kepada anak buahnya tatkala kesalahan memang manjadi andil mereka. Seorang pemimpin bukanlah mereka yang tidak pernah berbuat salah, akan tetapi mereka yang meskipun berbuat kesalahan lantas meminta maaf atas kesalahannya.

 

Salam hangat,

Agil S Habib

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun