Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sensasi Bertemu Bule Itu seperti Berjumpa Artis Televisi?

19 Januari 2021   11:32 Diperbarui: 19 Januari 2021   11:40 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar warga lokal bertemu bule | Sumber gambar: phinemo.com

Tiba-tiba Warga Negara Asing (WNA) alias bule yang berkunjung ke Indonesia menjadi perbincangan. Gegaranya adalah tulisan yang diunggah oleh seorang perempuan bule bernama Kristen Gray ini menuai polemik. 

Tapi di sini saya tidak ingin terlalu jauh membahas perihal siapa itu Kristen Gray. Saya lebih tertarik menyoroti perihal perilaku sebagian masyarakat kita yang cenderung bersikap berbeda tatkala mendapati keberadaan sosok bule di dekatnya.

"Bule itu bukan artis yang lantas dipandang dengan penuh kekaguman atau menjadi sesuatu yang wah. Mereka sama seperti kita semua yang harus diperlakukan dengan baik, dan sebaliknya juga harus bisa bersikap baik kepada kita. Apa yang dilakukan oknum WNA melalui unggahannya di dunia maya adalah salah satu potret bahwa budaya mereka tak selamanya benar dan bisa ditiru. Saatnya bagi kita untuk lebih kritis melihat sesuatu."

Menurut hemat saya pandangan kita terhadap kehadiran para WNA ini adalah seperti melihat sesuatu yang asing, langka, bahkan mewah. Mirip ketika seseorang bersua dengan artis idolanya. 

Mungkin karena jarang bersua atau karena kekaguman lain yang jelas hal itu cenderung mengarahkan seseorang untuk menunjukkan perilaku berbeda. 

Padahal para bule yang dikagumi bak artis itu sebenarnya hanyalah orang-orang biasa, warga biasa, atau masyarakat sipil yang sama seperti kita. Bedanya mungkin mereka lebih kaya dari kita sehingga bisa pelesiran ke luar negeri dan mengunjungi Indonesia. Kita pun bisa jadi sama dimata mereka saat mendatangi mereka di tempat asalnya.

Selain itu, kehadiran sosok bule di lingkungan kita mungkin memberikan peluang berharga dalam rangka belajar bahasa asing. Mereka menjadi ruang kelas nyata bagi pembelajar bahasa untuk mengetahui dengan lebih baik bagaimana sebuah bahasa dilafalkan. Tentunya belajar bahasa dengan penggunanya langsung akan memberikan sensasi yang berbeda. Kegiatan belajar akan terasa lebih hidup dan menarik untuk dijalankan.

WNA Tidak Istimewa?

Namun sayangnya keberadaan oknum WNA di beberapa wilayah Indonesia belakangan dipertanyakan, terlebih karena perilaku tidak sopan mereka yang seperti memperlakukan Indonesia dengan seenak jidat. Menjadikan seolah-olah Indonesia adalah negara yang bisa mereka kangkangi dengan semena-mena. 

Entah karena mereka tidak tahu budaya kita atau kita yang terlalu santun membiarkan mereka berperilaku demikian. Tapi menilik respon yang ditunjukkan oleh para netizen sepertinya oknum WNA itulah yang menjadi biang keladi masalah. 

Mungkin mereka belum paham tata krama, apalagi meresapi filosofi "Dimana bumi dipijak, Di situ langit dijunjung". Para pelesir asing itu memang menjadi salah satu sumber devisa negara, hanya saja sepertinya mereka perlu untuk sedikit "diusik" keberadaannya sehingga memahami bahwa Indonesia bukanlah negara yang sepenuhnya seperti mereka kira.

Memasang ekspresi hormat tatkala melihat bule itu sah-sah saja, normal, dan bahkan seharusnya memang seperti itu. Tapi bagaimanapun mau WNA ataupun WNI sekalipun kalau tidak bisa memegang adat juga perlu untuk ditertibkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun