Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ketika si Bos Hobi "Meeting" Bablas Jam Kerja

14 Januari 2021   07:23 Diperbarui: 14 Januari 2021   07:36 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi meeting dengan bos | Sumber gambar: toghr.com

Sebagai pekerja pernahkah kalian diajak meeting oleh atasan yang tak kunjung selesai-selesai sampai lupa waktu? Berharap meeting akan dilakukan tidak terlalu lama tapi apa daya si bos masih betah menguliti materi presentasi satu persatu. Terkesan detail di satu sisi, tapi disisi lain bisa jadi muncul anggapan bahwa meeting yang dilaksanakan terlalu lama itu bertele-tele. Seharusnya kan singkat, padat, jelas. Hanya saja memang persepsi seorang anak buah dengan atasannya sangat mungkin berbeda satu sama lain.

"Meeting adalah bagian dari koordinasi, sinergi, dan upaya mencari solusi. Bukan sekadar wadah untuk menuangkan emosi khusus yang bisa memicu ketidaknyamanan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Belum lagi pertimbangan bahwa meeting kerja seharusnya juga tahu waktu bahwa ada batasan tertentu yang terkadang perlu ditaati."

Sebenarnya sah-sah saja melakukan meeting pekerjaan dalam durasi waktu yang cukup lama. Tergantung urgensitas penyelesaian suatu persoalan atau pencapaian sebuah tujuan. Hanya saja situasi dan kondisinya mesti bisa disesuaikan. 

Kalau meeting baru mulai dilaksanakan dengan jarak tak terlampau jauh dari akhir jam kerja hendaknya ada penyesuaian topik bahasan ataupun batasan waktu sehingga apa yang dibicarakan nantinya tidak sampai membuat seluruh peserta meeting kehilangan lebih banyak waktu untuk menjalani aktivitas di luar rutinitas pekerjaannya. 

Sekilas tetap setia mengikuti meeting hingga bablas jam kerja itu mengesankan loyalitas yang luar biasa khususnya bagi seorang pekerja. Padahal tidak setiap orang menganggap bahwa prioritas utamanya adalah menghabiskan sebanyak mungkin waktu di tempat kerja. Mungkin mereka harus pulang kerja tepat waktu karena ada rutinitas lain yang menunggu.

Jikalau memang ada keharusan meeting dilakukan dalam durasi cukup panjang, maka pemilihan waktu memulainya juga perlu disesuaikan. Mungkin dimajukan ke pagi hari ketimbang meletakkannya pada jam-jam yang rentan menerobos waktu pulang kerja. Toh, seharusnya segala sesuatu terkait pekerjaan semestinya bisa dikondisikan beberapa waktu sebelumnya.

Apakah ini berarti melakukan meeting hingga menerobos jam kerja itu dilarang? Jika kondisinya memang mengharuskan demikian maka sebenarnya tidak jadi masalah. Tapi jika situasi serupa seringkali berulang maka pastilah ada yang tidak beres. Seakan hal itu telah menjadi kebiasaan bagi si bos yang bisa semaunya saja mengajak meeting anak buahnya tak peduli waktu serta keadaan.

Aktivitas meeting yang riskan melibas akhir jam kerja umumnya adalah meeting yang dilaksanakan pada jam-jam setelah makan siang. Meskipun sebenarnya hal itu bisa saja diantisipasi dengan membuat meeting berlangsung seefektif serta seefisien mungkin. Lagipula buat apa meeting terlalu lama jika esensinya bisa disampaikan dalam waktu singkat. Lebih cepat lebih baik. Waktu yang ada bisa lebih dipergunakan untuk action dan menuntaskan inti masalah yang disampaikan dalam meeting tersebut.

Ada baiknya kalau membicarakan sesuatu itu dibuat seringkas mungkin. Kalau isi meeting lebih banyak mengumbar emosi tapi minim esensi maka yang terjadi adalah pelaksanaan meeting yang berkepanjangan. Bahkan tidak jarang kalau menjalankan sebuah meeting itu tidak lebih dari sekedar ajang penghakiman, pertanggungjawaban, dan sejenisnya. 

Sementara inti bahasan utama meeting itu sendiri hanya mendapatkan porsi minimalis. Akhirnya meeting yang seharusnya menjadi media keterbukaan dan sinergi justru berubah menjadi hari-hari yang ingin dihindari. Lantas jikalau bos kalian cenderung melakukan hal yang demikian maka yang harus dilakukan?

Salam hangat,

Agil S Habib

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun