Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Adu Doktrin Pihak Manajemen Versus Karyawan Lama dalam Membentuk "Mindset" Orang Baru

13 Januari 2021   08:05 Diperbarui: 13 Januari 2021   08:31 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : cvchange.com

Pergantian atau penambahan orang baru di suatu pekerjaan memang sudah menjadi suatu hal yang biasa. Dinamika pekerjaan hingga perkembangan bisnis perusahaan mau tidak mau mengharuskan kehadiran orang baru untuk mengisi pos pekerjaan lama yang ditinggalkan atau pos baru yang membutuhkan suntikan tenaga baru sebagai upaya untuk mengelola lini baru yang dicanangkan oleh pihak manajemen perusahaan. 

Walhasil, kemunculan wajah-wajah baru atau newbie di sebuah tempat kerja merupakan sebuah keniscayaan. Orang-orang baru ini diharapkan bisa segera beradaptasi dengan ritme kerja yang ada sekaligus memberikan suntikan pemikiran baru untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru yang bisa menjadikan bisnis perusahaan lebih berkembang. 

Akan tetapi sebuah organisasi bisnis tidak menutup kemungkinan juga masih berisi karyawan lama yang sudah lebih dulu ada di sana. Dalam diri mereka sudah terpatri pemahaman dan sudut pandang tertentu yang bisa jadi berbeda dengan pemikiran pihak manajemen yang berpandangan baru demi mempertahankan eksistensi bisnis. 

Layaknya sebuah hal baru, ia selalu memiliki kemungkinan untuk ditolak. Baik itu sudut pandang baru atau bahkan orang-orang baru karena bisa jadi mereka yang lebih dulu ada merasa terancam dengan kehadiran generasi baru tersebut.

"Doktrinasi di sebuah perusahaan seringkali dibutuhkan untuk membentuk sebuah ekosistem kerja berdasarkan suatu pemahaman tertentu. Tapi dalam praktiknya pemahaman yang dimiliki orang-orang di suatu organisasi bisnis ternyata berbeda-beda. Ada orang-orang dengan sudut pandang lama, tapi ada juga yang berpikiran baru. Masalahnya adalah siapa yang lebih kuat menanmkan pemahaman tersebut kepada pekerja baru sehingga turut menguatkan sudut pandang yang ada."

Pihak manajemen perusahaan mungkin sangat terbuka terhadap perubahan yang ada. Mereka bisa jadi mengadopsi sudut pandang serta cara baru dalam mengelola usahanya mengingat tuntutan zaman yang mengharuskan adanya keselarasan dalam menyikapinya. 

Sudut pandang dan cara kerja baru tersebut bukan tidak mungkin mengalami perbedaan yang signifikan dibandingkan pola kerja lama yang selama ini dianut. Sementara pola pikir lama cenderung tidak dengan mudah diubah. 

Bagi pihak manajemen sendiri rasa-rasanya akan lebih mudah untuk memberikan pengarahan terhadap sudut pandang baru tersebut kepada orang baru yang masih "hijau" ketimbang mengarahkan orang-orang lama yang bekerja di sana. 

Seorang newbie tentunya masih harus meraba-raba situasi yang sangat mungkin berbeda dengan kondisi yang pernah ia alami sebelumnya. Entah di pekerjaan lamanya atau di lingkungan lama yang pernah ia tempati sebelum memasuki lingkungan yang baru tersebut. Lebih mudah untuk membangun sebuah gedung mulai dari pondasinya ketimbang harus merubahkan dengan pondasi yang sudah ada.

Permasalahannya sebenarnya tidak cukup sampai disini. Ketika orang-orang baru yang diharapkan pihak manajemen menjadi pilar dalam menciptakan suatu perubahan besar kemungkinannya tetap harus membaur dan bekerjasama juga dengan orang-orang lama yang menjalani pekerjaan lebih dulu dari mereka. 

Pihak manajemen tentu berharap orang-orang baru itu bisa mengedukasi orang-orang lama dan mengarahkan sudut pandang mereka sehingga selaras dengan pihak manajemen. Sementara itu orang-orang lama sebagaimana disinggung sebelumnya seringkali memiliki kecenderungan untuk "melawan". 

Bentuk perlawanan yang ditunjukkan tidak selalu berupa konfrontasi langsung dengan menyuarakan penolakan atau membantah instruksi atasan. Hal itu bisa juga terlihat dari hasil akhir pekerjaan yang dijalankan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun