Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menjadi Sayap UMKM dengan Terjun sebagai Investor "Equity Crowdfunding"

30 Desember 2020   07:13 Diperbarui: 30 Desember 2020   07:23 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
UMKM Terbang Tinggi | Sumber gambar : www.inews.id

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) seringkali disebut sebagai pahlawan ekonomi bangsa seiring peranannya dalam menopang dan menyelamatkan perekonomian nasional dari terpaan beberapa periode krisis. Keberadaan UMKM sendiri amatlah besar manfaatnya terutama dalam membuka kesempatan kerja. 

Laman bisnis.com menyebutkan bahwa hingga tahun 2018 saja sektor UMKM ini berhasil menyerap tenaga kerja mencapai 116,97 juta jiwa dan berkontribusi sekitar 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Namun semenjak pandemi COVID-19 melanda sang pahlawan perekonomian itu kini tengah tertatih-tatih untuk mempertahankan eksistensinya. Sebagian terpaksa harus gulung tikar dan para pekerjanya kehilangan mata pencaharian. 

Banyak UMKM yang harus mentransformasi dirinya untuk menyiasati akselerasi zaman sebagai akibat dari efek pandemi ini. Sehingga perlu adanya langkah luar biasa untuk tetap menjaga atau bahkan menjadikan UMKM semakin melebarkan sayap bisnisnya. Dalam hal ini perlu adanya sebuah upaya untuk saling bahu membahu serta bersatu padu mewujudkan UMKM yang tangguh guna kebaikan ekonomi bangsa secara menyeluruh.

"UMKM butuh dukungan semua pihak agar bisa melalui periode pandemi yang sulit ini dengan selamat. Dan cara terbaik untuk itu adalah dengan berkolaborasi, saling bahu membahu, dan gotong royong melakukan aksi."

Social distancing yang merupakan "produk" dari pandemi COVID-19 memang merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam rangka melindungi kesehatan publik dari infeksi virus berbahaya ini. Meskipun begitu ternyata ada efek samping yang harus diterima seiring dengan implementasi kebijakan ini. 

Penjualan produk-produk UMKM khususnya mengalami kemerosotan drastis. Beberapa tempat yang biasanya menjadi sentra penjualan produk seketika sunyi senyap ditinggalkan para pembeli yang khawatir atas nasib kesehatannya. Hal ini pun lantas berimbas pada operasional bisnis UMKM yang berjalan dimana tidak ada lagi modal untuk memutar roda bisnis. 

Efek domino yang ditimbulkan oleh pandemi memang sangat luar biasa, termasuk juga pada sektor UMKM ini. Meski kemudian jargon go digital disinyalir mampu menjadi angin segar baru bagi keberlangsungan para pelaku usaha, hal itu tidak serta merta membuat kondisi membaik. Menjadikan unit usaha yang sebelumnya bergerak di lini konvensional untuk kemudian beralih ke digital tidaklah semudah membalik telapak tangan. Diperlukan effort ekstra untuk menuju jalan perubahan itu.

Satu hal yang paling jelas terlihat adalah masalah pemodalan. Sementara ditengah kondisi sulit seperti sekarang bukan perkara mudah untuk mendapatkan asupan modal agar mampu mengangkat hajat hidup UMKM. Mungkin ada program bantuan pemerintah yang dikucurkan untuk menunjang kelangsungan bisnis UMKM, tapi sepertinya hal itu masih belum akan mencukupi. 

Apalagi bagi UMKM yang sedang bertumbuh besar. Angka pemodalannya bukan lagi sebatas angka juta rupiah, tapi bisa jadi puluhan, ratusan, bahkan milyaran. Tanpa adanya suntikan modal sesuai dengan yang dibutuhkan tentunya roda bisnis UMKM akan terhambat dan hanya bisa menunggu waktu siapa yang lebih cepat "usai" apakah keberlangsungan bisnisnya atau pandemi COVID-19 itu sendiri.

Bukankah ada pihak bank yang bisa diandalkan untuk memberikan pendanaan? Dalam situasi pandemi seperti sekarang sepertinya mendapatkan kucuran pinjaman bank bukanlah sesuatu yang mudah. Bahkan pihak bank sendiri bisa jadi memiliki ketakutan besar dana yang mereka kucurkan akan menguap sia-sia seiring ketidakpastian jalannya bisnis akibat pandemi. Belum lagi jika menyoal pembayaran bunga pinjaman yang mungkin justru menjadi beban lain bagi para pelaku usaha. 

Melihat situasi semacam ini maka diperlukan sebuah upaya lain yang bisa menjadi dewa penolong UMKM agar tetap bertahan menjaga eksistensi bisnisnya. Sebuah sumber pemodalan yang mengadopsi prinsip gotong royong, bahu membahu, dan bersatu padu dalam memberikan sokongan bagi UMKM yang ingin terus berkembang.

 Salah satu yang cukup populer belakangan ini adalah equity crowdfunding atau layanan penggalangan dana oleh sejumlah orang untuk mendanai sebuah proyek tertentu. Secara prinsip mirip dengan membeli saham, dimana mereka yang turut urun dana akan mendapatkan bagian hak kepemilikan dari suatu bisnis dan memperoleh bagian keuntungan (deviden) setiap periode waktu tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun