Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengasah Prinsip Spiritual, Membentuk "Disruptive Mindset"

25 November 2020   10:16 Diperbarui: 26 November 2020   02:44 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mindset | Sumber gambar: wallhere.com

Seiring dengan prinsip spiritualitas yang terus dilakukan secara konsisten dan terus-menerus, maka diharapkan hal itu akan semakin menguatkan pola pikir baru yang bersandar padanya.

6 Prinsip Pembentuk "Disruptive Mindset"

Setidaknya ada 6 hal yang perlu kita pahami serta dijadikan landasan dalam melangkah untuk mengarungi hari-hari ke depan. Apabila kita mempraktikannya maka hidup akan terasa lebih tenang. 

Selain itu pola pikir lama kita lambat laun akan selaras dengan nilai-nilai yang tersimpan di balik laku spiritual tersebut dan bertransformasi menjadi disruptive mindset. Adapun keenam prinsip tersebut adalah:

1. Prinsip Kapan pun dan Di mana pun
Disruptive mindset menunjukkan arti penting agar kita tidak terikat oleh ruang dan waktu dalam artian bahwa kapan pun waktunya dan di mana pun kita berada, hendaknya hal itu tidak menjadi penghalang untuk berbuat sesuatu, mengkreasi sesuatu, membuat kebijakan, bahkan membuat solusi pemecahan masalah atas sesuatu hal. 

Kemajuan teknologi telah memfasilitasi serta memungkinkan kita untuk melakukan sesuatu yang pada zaman dulu mungkin mustahil dilakukan. 

Bekerja dari rumah, sekolah dari rumah, balanja dari rumah, dan sejenisnya hanyalah sebagian kecil dari keluwesan yang bisa dilakukan pada zaman ini. 

Sudah bukan waktunya lagi bagi kita untuk terpaku dengan cara lama di mana kehadiran fisik menghalangi seseorang untuk berkarya.

Dan prinsip ketidakterikatan terhadap ruang dan waktu ini sejatinya sudah menjadi "titah" dari Sang Empunya Hidup ini khususnya dalam khasanah pemahaman bahwa seseorang itu harus senantiasa mengingat Tuhannya di kala berdiri, duduk, atau pun berbaring. 

Dengan kata lain apa pun situasinya, bagaimana pun kondisinya, dan kapan pun waktunya hendaknya tidak menjadi penghalang seorang hamba untuk tetap menjalin kedekatan dengan Sang Pencipta. 

Seseorang yang senantiasa mengingat Tuhannya akan terlindungi dari kekhawatiran model apapun dan sebaliknya membuat hati menjadi tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun