Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hikmah Audit dan Sertifikasi Kredibilitas Diri

20 November 2020   07:17 Diperbarui: 20 November 2020   07:22 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi audit diri | Sumber gambar: tobiasglaser.ch

"Kita perlu melihat diri kita sendiri serta membandingkannya dengan standar kelayakan dari pribadi yang memiliki kredibilitas. Kita tidak berkata dan berbuat di ruang kosong, ada entitas lain yang terkait dengan diri kita yang mana mereka pun butuh untuk dihargai. Dan hal itu dimulai dari bagaimana cara kita memperhatikan diri sendiri. Hendaknya setiap tingkah laku kita senantiasa berada dalam kendali diri dan bukan sebagai aksi spontan yang tidak terfikirkan. Dalam hal ini kita perlu mengaudit diri terkait sudah sebaik apakah kita menjalankannya."

Baru-baru ini perusahaan tempat saya bekerja tengah menjalani proses audit ISO 9001 : 2015 dari salah satu lembaga sertifikasi nasional. Audit ini merupakan bagian dari audit resmi tahunan untuk memeriksa ulang kelayakan sebuah perusahaan untuk tetap mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2015 tentang Manajemen Mutu atau tidak. Sebuah perusahaan dengan sertifikasi tersebut berhak untuk memajang logo sertifikasi iso pada produk-produknya sekaligus memberikan garansi bahwa produk yang beredar di masyarakat telah melalui syarat standar kualitas yang ditentukan. Atau istilah lainnya bukan produk abal-abal.

Selama dan dalam proses audit dilakukan ada beberapa hal yang menjadi perhatian pihak auditor seperti rekaman kegiatan, analisis risiko, tracibility, dan lain sebagainya. Dan semua hal tersebut merupakan bagian dari rutinitas harian operasional sebuah perusahaan yang dalam periode waktu tertentu diperiksa ulang terkait standar kesesuaian maupun kelayakannya. Sebelum audit dilaksanakan pun pihak perusahaan sudah harus memastikan bahwa semuanya telah berjalan sesuai ketentuan sehingga tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari.

Mengapa audit penting? Pada satu sisi hal ini merupakan bentuk komitmen penyedia produk untuk benar-benar memberikan produk-produk yang bermutu bagi segenap penggunanya. Disisi lain hal itu juga merupakan upaya untuk mengelola manajemen operasional sehingga berjalan dengan lebih efektif, efisien, dan juga produktif.

Apabila sebuah standar sertifikasi seperti ISO ini dilakukan dengan baik maka dampak positifnya akan luar biasa besar.Demikian juga sebaliknya apabila standar tersebut diabaikan maka akan melahirkan beragam masalah yang tidak diinginkan. Oleh karena itu peran audit begitu besar untuk memastikan semua standar diikuti, operasional lebih terkendali, hingga akhirnya memastikan bahwa konsumen juga dilindungi hak-haknya.

Audit Diri

Kita selaku pribadi yang terhubung dengan orang lain pun semestinya juga memikirkan fungsi penting audit terhadap diri sendiri. Mengapa? Setidaknya ada dua "produk" utama diri kita yang memiliki keterkaitan dengan orang-orang di sekitar. Pertama, semua bentuk perkataan yang kita ucapkan khususnya kepada orang lain. Kedua, segala perbuatan yang kita lakukan dalam apapun rupa bentuknya dimana hal inipun juga pasti memiliki korelasi dengan orang-orang yang terhubung dengan diri kita.

Setiap perkataan dan perbuatan baik akan berdampak baik. Demikian sebaliknya perkataan dan perbuatan buruk juga melahirkan konsekuensi buruk. Dalam hal inilah peran kendali atas diri itu diperlukan. Apakah selama ini kita sudah memproses sesuatu pada diri kita berdasarkan standar acuan yang jelas atau ternyata kita masih melakukannya secara sembarangan.

Bukan tidak mungkin sepanjang usia hidup yang kita jalani standar-standar untuk mengarungi hidup secara berkualitas, efektif, efisien, dan juga produktif masih sering kita abaikan. Kita tahu beberapa aturan moral, panduan akhlak, dan juga norma perilaku hanya saja tidak secara konsisten diimplementasikan sebagai pedoman dari setiap perkataan ataupun perbuatan yang dilakukan.

Beberapa kali kita berlaku seperti "acuan standar diri" yang kita yakini. Namun dalam beberapa kesempatan yang lain kita seperti kehilangan pegangan dan berbuat semaunya. Jika diibaratkan dalam mekanisme sertifikasi audit, maka inkonsistensi seperti ini hanya akan membuat kita berstatus gagal lulus audit. Itu jika pihak eksternal independen yang melakukannya. Sementara kehidupan kita cenderung dikuasai oleh penilaian secara pribadi. Beberapa kritik saran dari pihak lain sering dianggap angin lalu dan disebut hanya sebagai pengganggu saja. Audit internal jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan sama sekali. Padahal prinsip utama dalam hal ini adalah adanya kesadaran dari kalangan internal untuk menjaga kualitas dirinya sendiri.

Audit diri mungkin bisa dikatakan mirip dengan evaluasi diri. Hanya saja dalam hal ini kita mengacu pada beberapa standar ketentuan yang sudah ditetapkan. Dalam konteks organisasi ada Standar Operasional Prosedur (SOP). Sementara dalam konteks kehidupan kita pribadi ada tuntunan hukum, moral, akhlak, budi pekerti, etika, dan lain sebagainya yang menjadi pedoman seseorang untuk mengarungi kehidupan dan mengutarakan pernyataan melalui kata-katanya ataupun tindakan dari perbuatannya. Apabila kita benar-benar mengaudit diri kita sendiri serta berkomitmen terhadap tujuan dari audit itu sendiri maka sepertinya kita akan menjadi pribadi yang tersertifikasi. Terjamin kredibilitasnya.


Salam hangat,

Agil S Habib

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun