Termasuk juga bagi para politisi yang berjibaku dalam kontestasi pilkada sedikit banyak akan memerlukan peran keberadaan para buzzer dan influencer tersebut untuk mengerek citranya di mata publik.
Influencer maupun buzzer yang bisa memikat dan menggiring opini publik menuju salah satu kandidat pastilah akan memiliki nilai jual tinggi. Internet marketing dan sebangsanya kemungkinan besar akan lebih mendapatkan atensi dari para "pemburu" jabatan publik tersebut.Â
Pesona mereka melalui media sosial sudah akan menjadi acuan utama menarik minat pemilih seiring meningkat pesatnya jumlah pemilih dari kalangan muda yang notabene akrab dengan media sosial tersebut.
Sementara popularitas para influencer dan buzzer meroket, ada potensi ancaman lain terhadap kelangsungan demokrasi kita. Sebaran berita hoaks yang mengarah pada politik identitas kebabalasan bisa jadi memicu kegaduhan lain.Â
"Perang" antar influencer ataupun buzzer bisa saja terjadi mendahului kontestasi pilkada 9 Desember 2020 nanti. Siapa membela siapa hanya akan membuat publik galau terhadap semua kandidat yang ada. Hal ini sangat tidak sehat apabila kontestasi para calon kepada daerah justru mengarah pada adu citra, bukan adu visi misi.Â
Dalam hal ini sepatutnya semua "pelaku" yang terlibat bisa mengadopsi para internet marketer ketika menjual produk-produk di pasar online. Mereka melakukan adu kreativitas, bermain copywriting, mengunggah video kreatif, dan lain sebagainya. Namun hampir tidak ada atau kecil sekali cara promosi mereka yang menjelek-jelekkan produk lain. Justru keunggulan produklah yang dikedepankan.
Apabila semua pemimpin yang bersaing dalam kontestasi pilkada nanti benar-benar memikirkan nasib kualitas demokrasi kita maka semestinya mereka "menjual" keunggulan dari visi misi mereka, bukan menjual keburukan calon lain.Â
Begitupun bagi para pendukung yang terlibat seperti buzzer atau influencer terlepas dari mereka dibayar atau tidak seharusnya juga bisa mengedepankan kualitas demokrasi bangsa diatas segalanya. Kalau bukan kita yang turut menjaganya maka siapa lagi?
Salam hangat,
Agil S Habib
Refferensi :Â [1]; [2]; [3]; [4]; [5]; [6]; [7]