Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sambil Kerja Lanjut Kuliah, Sebaiknya Ambil Jurusan Apa?

14 Oktober 2020   07:34 Diperbarui: 14 Oktober 2020   07:43 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : www.thoughtco.com / portishead1/Getty Images

"Jika kita sudah memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ditengah kesibukan dalam bekerja, maka pilihlah bidang yang membuat hati kita ceria dan terus merindukan hari-hari baru menjalani masa pendidikan itu dengan segala kekhasannya. Pendidikan kuliah sembari kerja bukanlah kegiatan sederhana yang asal mendaftar dan berakhir dengan sebuah ijazah semata, melainkan sebuah pilihan tentang bagaimana menempa diri menjadi sesuatu yang lebih baik di masa depan."

Dia kini adalah seorang pengacara yang pekerjaannya menuntaskan urusan hukum di beberapa kota di Indonesia. Meskipun tergolong baru dalam menjalani profesinya tersebut, JS (inisial namanya) sepertinya merupakan sosok yang cukup bisa diandalkan. Hal ini terlihat dari hilir mudiknya ia kesana kemari untuk menyelesaikan masalah hukum yang diembannya. Apalagi menilik latar belakang profesi JS sebelum akhirnya terjun di pekerjaannya sekarang. 

Dulunya JS bekerja di satu perusahaan yang sama dengan diri saya yang mana waktu itu dirinya berstatus sebagai operator gudang (warehouse). Pekerjaan sehari-harinya adalah sebagai checker gudang serta menjadi sopir forklif atau beberapa kendaraan penunjang operasional gudang yang lainnya. Bekerja 7 hari seminggu dan hanya libur waktu-waktu tertentu saja. 

Tapi untungnya JS termasuk dalam kategori karyawan non shift sehingga tidak mengharuskannya berpindah-pindah jam kerja. JS secara rutin masuk kerja jam 7 pagi dan pulang pukul 4 sore. 

Dengan jam kerja seperti itu JS benar-benar memberdayakan waktu senggang sepulang kerja untuk mengasah diirinya dengan menjalani pendidikan kuliah di salah satu universitas swasta mengambil jurusan hukum. Jurusan yang bisa dibilang hampir tidak ada kaitannya sama sekali dengan profesinya sebagai operator warehouse sebuah industri manufaktur.

JS bukanlah satu-satunya seseorang berstatus karyawan yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Akan tetapi JS adalah satu dari sebagian kecil karyawan yang berani menempuh pendidikan perkuliahan "melenceng" dari bidang pekerjaannya. Karena pada umumnya seorang pekerja yang melanjutkan kuliah akan mengambil jurusan-jurusan yang memiliki korelasi erat dengan pekerjaannya saat ini. 

Tujuannya tentu untuk memberikan peluang kemajuan karir yang lebih baik tanpa harus memulainya lagi dari awal. Sehingga tidak mengherankan ketika ada cukup banyak pekerja industri yang awalnya hanya tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang setara dengannya memilih melanjutkan kuliah pada jurusan permesinan, industri, elektronika, kimia, hukum, dan lain-lain asalkan memiliki keterkaitan yang cukup besar dengan pekerjaan yang dijalani sekarang. 

Beberapa kali saya menjumpai rekan kerja analis yang lantas melanjutkan jenjang pendidikan di jurusan teknik kimia, atau teknisi pabrik yang memilih berkuliah di jurusan teknik elektro, atau  petugas security pabrik yang lantas mengambil kuliah jurusan hukum, serta masih banyak lagi yang lainnya. Selama ada peluang latar belakang edukasi penunjang yang selaras dengan profesi maka hal itu berpotensi menjadi pintu masuk kemajuan karir bagi sang pekerja pada masa yang akan datang.

Lantas apakah salah ketika seorang pekerja mengambil jurusan perkuliahan yang samasekali berbeda? Tentu tidak. JS adalah contoh dalam hal ini. berprofesi sebagai tenaga warehouse tapi menempuh kuliah bidang hukum. 

Setelah lulus kuliah JS pun memutuskan resign dari pekerjaan yang selama ini menopang hidup dan juga pendidikannya untuk kemudian mengawali karir baru sebagai profesional bidang hukum. Menjadi pengacara yang bekerja di sebuah firma hukum sesuai cita-citanya terdahulu. 

Selain JS saya pun pernah mendapati seorang rekan kerja yang bahkan kini sudah menduduki kursi Factory Manager (FM). Menamatkan kuliah Diploma 3 jurusan permesinan dan menjalani karir di industru sebagai teknisi hingga beberapa jabatan lain dan berhasil menapaki karir yang terus membaik dari waktu ke waktu. 

Seiring dengan kemampuan finansialnya yang semakin membaik maka ia memutuskan untuk melanjutkan kuliah strata 1 (S1) bidang hukum. Bahkan hingga kini rekan saya tersebut sudah menyandang gelar keteknikan D3 dan S1 hukum sembari tetap menjabat sebagai FM sebuah industri manufatur ternama.

Pilih Jurusan Apa?

Tatkala seorang pekerja memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkualiahan, adakah patokan atau acuan untuk memilih jurusan atau fakultas yang sebaiknya diambil dalam kondisi tersebut? Apakah sebaiknya seorang pekerja memilih jurusan sesuai profesi yang tengah dijalaninya sekarang atau memilih jurusan lain yang memang sesuai passion pribadi meskipun hal itu tidak ada hubungannya secara langsung dalam menunjang profesi kita saat ini?

Sebenarnya sah-sah saja memilih jurusan apapun untuk ditempuh dalam perkuliahan. Sesuai dengan latar belakang profesi ataupun tidak berhubungan sama sekali juga tidak jadi masalah. 

Seorang operator gudang boleh-boleh saja kuliah di jurusan hukum. Seorang teknisi industri pun tidak masalah apabila ingin menempuh pendidikan di jalur kesenian. Tidak ada batasan terkait hal ini. 

Karena pada esensinya adalah menajalani pendidikan dengan jenajang yang lebih tinggi tidak sebatas memberikan masukan pengetahuan teknis keilmuan semata, melainkan juga ada aspek-aspek lain seperti cara berpikir, pemahaman metodis, dan lain sebagainya yang secara tidak langsung juga berperan penting dalam menunjang karir seseorang. Bahkan sebenarnya hal-hal terkait teknis profesi cenderung bisa dipelajari secara otodidak tanpa perlu memasuki gedung kampus. Ada banyak hal lain yang tidak kalah penting daripada teknis keilmuan itu sendiri.

Justru menjalani pendidikan yang sesuai dengan minat hati itu lebih penting agar masa pendidikan yang dijalani tidak terasa buang-buang waktu saja. Benar-benar belajar hal baru yang bisa berdaya guna untuk kehidupan mendatang. Terlepas hal itu bisa menjadi penunjang teknis berkarir secara langsung atau tidak. 

Boleh dibilang saya pribadi cenderung lebih apresiatif terhadap orang-orang yang dengan mantap dan semangat menjalani perkuliahannya meskipun hal itu berbeda jauh dengan profesi yang dijalani saat ini ketimbang mereka yang menjalani kuliah sebidang dengan profesinya namun cenderung berlaku setengah hati dan sekadar formalitas  untuk meraih predikat gelar sarjana.

Pendidikan perkuliahan seharusnya dimaknai lebih dari sekadar sarana mendapatkan ijazah S1. Pendidikan perkualiahan adalah kawah candradimuka bagi seseorang yang memiliki visi masa depan yang baik atas dirinya serta berupaya teguh untuk merealisasikan visi itu dengan antusias. Sehingga tatkala seseorang disibukkan dengan tanggung jawab pekerjaannya mereka masih dapat membarengi perjalanan pendidikan kuliahnya dengan senyuman.


Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun