Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anakku Bukan Youtuber Kaleng-kaleng

28 September 2020   07:16 Diperbarui: 28 September 2020   07:24 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi profesi youtuber | Sumber gambar : www.cermati.com

"Seorang youtuber sejati haruslah mengusung misi lebih dari sekadar keuntungan materiil semata. Akan tetapi juga harus mampu memberikan dampak positif atas kualitas diri orang lain."

Memiliki sebauh cita-cita amatlah penting bagi seorang anak. Hal itu akan menjadikan mereka penuh motivasi dalam menatap hari-hari kedepan. Membuat kehidupan yang mereka jalani lebih memiliki arti untuk dilalui. Jika pertanyaan "Mau jadi apa kelak kalau sudah dewasa?" diajukan kepada anak-anak di zaman dulu maka jawabannya tidak akan jauh-jauh dari menjadi dokter, insinyur, guru, pengacara, polisi, ataupun presiden. 

Namun seiring berkembangnya zaman cita-cita anak pun juga semakin bervariasi. Terlebih dimasa kini dimana digitalisasi sudah "menjangkiti" seluruh kelompok usia. Anak-anak masa kini tidak sedikit yang memimpikan suatu hari nanti bisa menjadi selebritis digital seperti Atta Halilintar, Ria Ricis, Bayu Skak, serta masih banyak lagi yang lainnya. Profesi sebagai seorang youtuber telah menggoda generasi masa kini untuk turut berkecimpung didalamnya.

Bagi Sebagian orang tua yang cukup awam dengan perkembangan teknologi digital mungkin sedikit bingung dengan apa itu youtuber. Ketika anaknya tiba-tiba mengatakan bercita-cita menjadi youtuber maka responnya bisa jadi beraneka ragam. Kaget, bingung, bengong, dan lain sebagainya. 

Namun terlepas dari apapun reaksi yang ditampakkan para orang tua tatkala mendapati buah hati mereka menginginkan menjadi "sesuatu yang baru", sudah selayaknya dan sewajarnya mereka mendukung keinginan dari anak-anak mereka. Tentunya sang orang tua juga harus memberikan pengarahan tentang apa-apa saja yang harus dilakukan oleh buah hatinya menuju cita-citanya dimasa depan.

Sebagai sosok orang tua yang memperhatikan perkembangan anak-anaknya sudah selayaknya mereka mengetahui sedikit banyak tentang apa itu profesi youtuber, siapa saja para youtuber populer dalam negeri yang digandrungi banyak anak muda, serta konten-konten apa yang mereka tawarkan di masing-masing kanal youtube miliknya. 

Seharusnya para orang tua juga bisa memilih dan memilah tentang konten youtube seperti apa yang berkualitas dan tidak. Konten youtube mana yang memiliki nilai edukasi dan tidak. Para orang tua tidak harus selalu mengawasi langsung putra-putrinya kala bermain youtube. Namun mereka perlu untuk "bergerilya" mencari tahu beberapa hal tentang kegemaran sang buah hati terkait youtube tersebut.

Sebenarnya ketika anak-anak kita memiliki keinginan untuk menjadi youtuber hal itu sekaligus menjadi peluang bagi kita untuk menanamkan nilai-nilai penting kehidupan ke dalam dirinya. Memberikan pemahaman kepada mereka bahwa menjadi "sesuatu" itu harus bertangggung jawab. Tidak semata-mata mewujudkan ambisi menjadi seorang youtuber terkenal, akan tetapi juga harus memberikan nilai lebih kepada para penikmat konten atau karya-karya yang mereka buat. 

Terkadang godaan untuk menjadi populer melalui cara yang "tidak lazim" itu memang menarik untuk dilakukan. Membuat konten yang kontroversial yang tidak jarang menampilkan sesuatu secara berlebihan, pamer harta, pamer tubuh, jail kepada orang lain, dan sebagainya. Sekilas beberapa hal tadi tampak mudah dilakukan dan juga menarik minat banyak orang untuk menyaksikannya. Akan tetapi adakah value positif bagi seseorang pasca menyaksikan hal itu sehingga membuatnya bertumbuh dengan lebih baik?

Pada prinsipnya setiap profesi yang menjadi cita-cita anak kita harus selalu memberikan manfaat bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Bukan sebatas memberikan manfaat secara materiil, namun juga non materiil. Demikian juga dengan profesi sebagai youtuber, melalui setiap karya-karya yang diunggah hendaknya hal itu menjadi sebuah kontribusi seseorang untuk memperbaiki kualitas diri orang lain. Meskipun dalam konteks sebagai sebuah hiburan sekalipun, sebuah karya tidak boleh mendegradasikan pemahaman orang lain atas sebuah sikap hidup yang bermakna. 

Tidak mudah memang, tapi apabila mereka yang berhasrat menjadi youtuber besar dan terhormat maka tidak ada cara lagi selain berdedikasi penuh dalam menjalani hal itu. Setidaknya seorang youtuber harus memiliki misi lain yang bukan sekadar tentang keuntungan pribadinya semata.  So, jangan biarkan anak-anak kita menjadi youtuber kaleng-kaleng yang berkarya dengan pemikiran jangka pendek serta kualitas unggahan yang sama sekali tidak memberikan dampak positif bagi para penikmatnya.

Salam hangat,

Agil S Habib

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun