Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Warung Kosong Mak Piah

21 Agustus 2020   08:13 Diperbarui: 21 Agustus 2020   08:12 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warung | Sumber gambar : cocomasite.wordpress.com

Dengan umur yang sudah tidak lagi muda Mak Piah masih harus bekerja keras bagi keluarganya. Yang luar biasa dari beliau adalah hal itu samasekali tidak membuatnya mengeluh atau mengutuk nasib. Beliau masih bisa tersenyum, bercanda dengan cucunya, dan lain sebagainya. 

Seharusnya anak-anak Mak Piah memang harus mengambil alih peran beliau dan memberi kesempatan kepadanya beristirahat dan menikmati masa pensiun. 

Tapi apadaya tidak setiap orang mendapatkan kesempatan untuk menikmati hari-hari tua mereka dengan tenang dengan tidak lagi memikul beban berat ekonomi keluarga. 

Barangkali ketenangan Mak Piah justru diperoleh didalam kerja kerasnya, ditengah peluh keringatnya, dan dalam rasa kantuk yang mesti beliau tahan. Kesabaran beliau melihat harapan akan anak-anaknya bisa mentas menuju kemandirian adalah sisi lain betapa hidup masing-masing orang memiliki "seni" ujiannya masing-masing. Mak Piah dalam usianya sekarang masih harus berjuang keras untuk keluarganya. Keterbatasan yang dimiliki sang suami juga anak-anaknya adalah ujian yang mesti beliau tanggung.

Beberapa orang beranggapan bahwa Mak Piah tidak semestinya menjalani hidup dengan seperti itu. Sudah saatnya Mak Piah untuk fokus ibadah, mengikuti pengajian, dan kegiatan keagamaan sejenis lainnya. 

Namun bagi Mak Piah peluh kerja kerasnya adalah ibadah itu sendiri. Tasbih beliau tergerak dari setiap peluh keringat yang ia teteskan, lelah yang beliau rasakan, dan penat yang beliau alami.

Mak Piah adalah potret dari sebuah kerja keras dan keikhlasan dalam menjalani realitas hidup. Kita yang barangkali merasakan ujian barat akibat efek pandemi ini semestinya tidak boleh menyerah dan tetap berjuang untuk menghadapi realitas hidup. 

Anthony Robbin pernah mengatakan bahwa masalah tersebesar kita sebenarnya bukanlah terkait sumber daya. Tidak atau kurang kreatifnya diri kita dalam memandang kehidupan adalah masalah utama yang mesti ditindaklanjuti agar setiap permasalahan yang timbul bisa dituntaskan. 

Dan untuk mengupayakan hal itu keikhlasan dan kebulatan niat kita amatlah dibutuhkan. Seperti halnya Mak Piah yang terus mencari cara atas masalah yang beliau alami.

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun