Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membumikan Neraka

5 Agustus 2020   13:10 Diperbarui: 5 Agustus 2020   13:27 5052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Neraka | Sumber gambar : bincangmuslimah.com

Sebagai sebuah negara yang religius, rakyat Indonesia meyakini keberadaan Tuhan dalam balutan agama yang diakui keberadaannya oleh negara. Konsekuensi dari hal itu, setiap ajaran agama akan menjadi landasan nilai moral dan perilaku masyarakat dalam bersikap dan berbuat. 

Setiap tindakan kita diyakini memiliki imbal balik berupa kebaikan atau keburukan, pahala serta dosa. Imbas jangka panjangnya, pahala akan berbuah surga sedangkan dosa dengan neraka. Akan tetapi pemahaman itu sepertinya belakangan semakin memudar atau bahkan diabaikan eksistensinya. 

Dosa dan pahala hanya sebatas istilah belaka dan surga neraka pun dinilai sebagai gambaran tak berdasar yang keberadaannya masih jauh dari angan. Minimal hal itulah yang sepertinya terpatri didalam benak sebagian orang terutama mereka yang dengan senaknya sendiri melakukan tindakan-tindakan tidak bermoral seperti korupsi, perzinahan, perampokan, narkoba, dan lain sebagainya. 

Kecil kemungkinannya bahwa mereka tidak tahu konsekuensi dari tindakan salah yang dilakukan. Dengan demikian pengabaian menjadi sebuah argumen untuk menjelaskan mengapa masih ada begitu banyak orang yang dengan mudahnya berbuat dosa dan keburukan.

Melakukan dosa itu berat sekali balasannya. Disiksa di neraka itu berat sekali. Emang pernah di neraka sampai penulis bisa berkata demikian? Keyakinan akan keberadaan surga dan neraka berasal dari pemahaman bahwa hidup itu tidak hanya sebatas di dunia ini. Masih ada kehidupan lain, kehidupan selanjutnya yang merupakan episode berikutnya dari yang tengah kita jalani sekarang. Dikehidupan "kedua" tersebut semua akan menemukan keadilan secara utuh. 

Bahkan kebaikan atau keburukan sebesar inti atom saja pasti dibalas secara tepat tanpa kurang ataupun lebih. Mengapa siksa neraka begitu berat? Sebuah riwayat menyatakan bahwa hukuman paling ringan dari siksa neraka adalah tatkala seseorang dipakaikan sandal penuh bara api di kakinya dan kemudian kepalanya pun mendidih oleh karenanya. 

Padahal dosa-dosa besar yang dilakukan oleh sebagian diantara kita tidak sedikit yang tergolong sebagai dosa besar. Perzinahan, pembunuhan, fitnah, penganiayaan, dan sejenisnya seperti sudah menjadi santapan pemberitaan sehari-hari. Betapa berta konsekuensi dari tindakan tersebut padahal untuk sebuah siksa kategori ringan saja seseorang sampai disematkan sandal dari bara api.

Saya mengira bahwa pengetahuan dan wawasan tentang neraka itu sedikit sekali diketahui dan dipahami masyarakat. Memang sulit untuk membuat orang percaya akan perkara gaib yang mana kejadiannya masih belum bisa dilihat secara langsung. Menanamkan keyakinan bahwa hukuman neraka itu ada butuh lebih dari sekedar narasi, apalagi yang terbatas sesekali saja disampaikan. 

Hal ini perlu lebih didekatkan lagi pemahamannya kepada publik secara luas, khususnya mereka yang sudah memahami konsekuensi hukum. Coba tanyakan pada orang-orang dekat Anda apakah mereka tahu neraka dan gambarannya seperti apa? Paling-paling hanya pengetahuan umum yang menyatakan bahwa seseorang akan disiksa didalamnya. 

Tapi pengetahuan yang lebih rinci tentang siapa mendapatkan hukuman apa masih belum dipahami secara luas. Seakan neraka itu masih jauh diatas langit dan tak terlihat sama sekali oleh pandangan mata. 

Oleh karena itu mungkin kita perlu untuk membumikan azab siksa neraka itu dengan lebih cerdas dan mengena. Bukan semata melalui gambaran film azab yang itu-itu saja. Bahkan tidak sedikit penyampaian melalui film atau sinetron azab justru membuat hukuman "berbau" neraka sebagai sebuah kelucuan semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun