Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Banjir Besar China, "Ulah" Teknologi HAARP atau Peristiwa Alam Biasa?

15 Juli 2020   08:10 Diperbarui: 15 Juli 2020   08:16 1951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir besar di China | Sumber gambar:cnnindonesia.com / Reuters

Dengan semakin canggihnya teknologi yang berkembang saat ini, segala jenis kemampuan rekayasa hampir dimiliki oleh manusia. Bukan hanya tentang bagaimana mendesain sebuah peralatan luar biasa untuk meringankan kerja manusia, akan tetapi sudah merambah ranah yang lebih tinggi lagi. 

Teknologi rekayasa kloning terus dimutakhirkan, teknologi informasi masih belum mencapai puncak perkembangannya, dan teknologi senjata pun masih menuju imajinasi tak terbatas. Angkatan bersejata AS diantaranya angkatan udara dan angkatan laut serta sebuah lembaga riset pertahanan negara beberapa tahun terakhir tengah memadu kerja sama terkait sebuah proyek ambisius bernama High Frequency Auroral Research Program (HAARP). 

Sebuah proyek stasiun angkasa yang digagas salah satunya untuk melakukan memanipulasi cuaca. HAARP terdiri dari banyak antena transmitter yang mampu menembakkan gelombang dengan frekuensi tertentu. Apabila gelombang tersebut ditembakkan di Ionosfer dan Stratosfer maka gelombang pantulannya akan dapat menciptakan awan serta molekul lain yang bisa memanipulasi cuaca dimana gelombang terpantul. 

Kurang lebih ada sekitar 360 antena transmitter HAARP yang bisa dioperasikan saat ini dengan kemampuan daya pancar mencapai milyaran watt, dan lebih dari cukup untuk memanipulasi cuaca di sebuah negara. Dengan kondisi tersebut maka kita bisa membayangkan bagaimana seandainya AS menembakkan HAARP yang mereka miliki itu ke arah langit China. Bukan tidak mungkin China akan mengalami kondisi cuaca yang sangat tidak bersahabat bagi mereka seperti yang terjadi belakangan ini.

China terus dilanda hujan lebat yang lebih dari biasanya. Sesuatu yang tidak biasanya seringkali memunculkan spekulasi bahwa hal itu bisa jadi diciptakan dengan sengaja. 

Apabila memang benar ada ulah AS di balik bencana besar yang dialami China, mungkinkah ini merupakan bentuk "balas dendam" pemerintah Donald Trump kepada Xi Jinping yang berulang kali dituding menjadi pemicu terjadinya pandemi COVID-19 saat ini? Sepertinya episode perseteruan negara besar ini masih akan terus berlanjut. Pertanyaannya sekarang, dimanakah posisi Indonesia?

Salam hangat,

Agil S Habib 

Refferensi:
[1]; [2]; [3]; [4]; [5]; [6]; [7]; [8]; [9]; [10]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun