Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Program Hamil Tak Perlu Menunggu Pandemi Usai

2 Juli 2020   15:01 Diperbarui: 2 Juli 2020   15:05 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kehamilan | Sumber gambar : www.alodokter.com

Beberapa waktu lalu saya sempat berbincang singkat dengan salah seorang sahabat semasa kuliah. Dia tinggal di kota seberang provinsi. Sudah berkeluarga, menikah beberapa bulan lalu. Namun masih belum dikaruniai keturunan.

Saat membicarakan perihal dia belum mempunyai momongan apakah sudah diprogramkan atau belum, ternyata sebuah jawaban cukup mengejutkan saya terima. "Menunggu corona berlalu.". Maksudnya, dia dan pasangan untuk sementara waktu masih akan menunda keinginan untuk memiliki momongan tersebut sampai situasi kembali seperti sediakala.

Lantas saya menanyakan kepadanya terkait apa hubungan antara program hamil dengan keberadaan virus corona COVID-19? Singkat kata ia menjawab khawatir jikalau nanti harus melakukan persalinan di rumah sakit. Terlepas hal itu adalah alasan yang mengada-ada atau tidak, namun bukan tidak mungkin alasan semacam itu juga dimiliki oleh beberapa pasangan suami-istri lain dalam merencanakan program kehamilannya. Memilih menunda momongan sampai pandemi benar-benar usai. Haruskan keberadaan virus corona menjadi penghalang seseorang untuk membangun sebuah keluarga yang "sempurna"?

Bagi setiap pasangan suami istri, kehadiran sosok buah hati ditengah-tengah mereka tentu menjadi sesuatu yang sangat didambakan. Berumah tangga terasa lebih lengkap karenanya. Sehingga setiap kali ada pasangan yang memutuskan untuk menikah, satu hal yang paling mereka nantikan adalah kehadiran sang buah hati. Karena bagaimanapun juga tidak setiap orang yang berumah tangga diberikan kesempatan untuk memiliki momongan dalam waktu singkat. Sebagian dari mereka bahkan harus menunggu hingga bertahun-tahun untuk itu. Apabila oleh sebab COVID-19 hal itu membuat pasangan suami istri ragu akan niatannya memiliki momongan, maka sepertinya pemikiran semacam itu harus ditinjau ulang.

New normal akan berlaku dalam berbagai lini kehidupan. Termasuk dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Terlebih Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan kemungkinan akan bertahan lamanya virus ini di dunia. Sehingga membuat kita harus senantiasa dalam kewaspadaan tinggi. Untuk itu protokol kesehatan harus disesuaikan. Termasuk dalam hal pelayanan terhadap ibu hamil atau melahirkan. Harapannya adalah tidak perlu ada kekhawatiran atau ketakutan bagi sebuah keluarga yang hendak merencakan program kehamilan kapanpun mereka mau. Tanpa harus menunggu akhir pandemi yang serba tidak jelas itu.

Setiap pasangan suami istri yang mendambakan segera memiliki momongan alangkah baiknya apabila tidak menundanya dengan alasan takut situasi pandemi. Yang paling penting adalah kewaspadaan kita dalam menyikapi situasi.

Dalam kondisi normal saja seorang ibu hamil pasti dituntut untuk ekstrawaspada terhadap kondisi kesehatan dirinya dan juga janin didalam tubuhnya. Apalagi dalam kondisi seperti sekarang. Protokol kesehatan mesti diikuti, dan pihak keluarga lainnya juga harus turut mendukung upaya itu. Seperti misalnya arahan yang disampaikan oleh petugas medis agar para penjenguk bayi baru lahir untuk tidak asal menggendong bayi karena potensi penularan virus. Hal-hal semacam ini sangat penting untuk diperhatikan. Cara kita bersikap dan kebiasaan kita harus dievaluasi ulang agar relevan dengan situasi saat ini.

Merencanakan program kehamilan meski di tengah situasi pandemi seharusnya tidak menjadi masalah selama kita berpegang teguh pada aturan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh lembaga medis. Memang kita harus banyak melakukan penyesuaian diri atas ketidaknormalan yang menjadi normal ini. Entah sampai kapan. Tapi kita tidak boleh pasrah dan menyerah pada keadaan. Atau ada yang mau mengikuti langkah sebagian  penduduk desa yang menggunakan jasa dukun beranak untuk membantu merawat kehamilan hingga kelahiran si jabang bayi?

Salam hangat,

Agil S Habib 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun