Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ironi RUU HIP dan Kenyataan Indonesia (Masih) Berkutat pada Level Ideologi

17 Juni 2020   09:04 Diperbarui: 17 Juni 2020   09:07 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pancasila | Sumber gambar : www.timesindonesia.co.id / Istimewa

Satu hal yang menurut saya pribadi terasa ironis perihal keberadaan RUU HIP ini adalah bahwa ternyata bangsa ini masih terus berkutat pada level ideologi. Pada tingkatan pondasi negara. Seakan-akan kita masih belum memiliki dasar berbegara yang jelas seperti Pancasila sehingga lantas keberadaanya masih saja diusik. Padahal tidak berselang lama setelah proklamasi kemerdekaan republik ini, para pendiri bangsa sudah menyepakati Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia. 

Kita selaku generasi penerus tidak perlu susah payah lagi menyiapkan pondasi. Cukup melakukan pembangunan demi pembangunan. Membangun Sumber Daya Manusia (SDM), membangun peradaban sosial, membangun teknologi, dan lain sebagainya. Jepang yang baru luluh lantak saja di tahun ketika Indonesia merdeka kini telah menjadi negara besar di dunia. 

Sedangkan kita masih tidak berjanjak terlalu jauh dibandingkan kondisi kita dahulu. Malah ada kesan berjalan mundur. Buktinya adalah riwuhnya bangsa ini untuk kembali mempersoalkan masalah ideologi. Sedangkan diluar sana bangsa-bangsa di dunia sudah ramai membicarakan ekspansi ke luar angkasa. Sungguh memilukan kalau tidak bisa dibilang memalukan.

Terlepas dari kontroversi pembahasan RUU HIP dengan segala argumentasi urgensi keberadaannya ataupun narasi betapa tidak pentingnya RUU itu dibuat, satu hal terlihat jelas disini bahwa kita masih membahas sesuatu yang tidak perlu dibahas. Pandemi COVID-19 telah memaksa dunia untuk mengubah kebiasaan dan menatap cara hidup yang baru. 

Amerika Serikat (AS) sedang mengupayakan dominasinya kembali di bidang ekonomi melalui jargon "Make America Great Again" usungan Donald Trump. Sedangkan China terus berupaya memperbesar eksistensinya yang selama beberapa tahun terakhir berhasil menggeser pamor AS. China bahkan berani secara terang-terangan meladeni tantangan "perang" pihak AS. Sedangkan kalau ditelisik jauh kebelakang, pada tahun 1980-an mereka termasuk negara yang miskin. Dibandingkan dengan kondisi Indonesia sekarang, kita sudah sangat jauh tertinggal oleh mereka.

Hampir setiap tahun, setiap berganti presiden gembar-gembor bahwa Indonesia adalah bangsa besar yang punya potensi luar biasa untuk mendominasi dunia terus digaungkan. Belum lagi apabila menyinggung jejak sejarah masa lalu nenek moyang bangsa ini yang memang sangat luar biasa. 

Tapi sebanyak itu pula hal itu terbatas pada kata-kata dan minim realita. Kita tidak punya program pengembangan bangsa ini yang revolusioner. Justru kebanyakan bergelut dalam intrik politik, konflik kepentingan, dan lebih ironis lagi masih mempertentangkan ideologi. Hei, bangun! Ini sudah tahun 2020. Ideologi itu seharusnya dibahas tahun 1940-an, bukan sekarang. Pancasila itu sudah final. Untuk apa dipersoalkan lagi. Lupakan RUU HIP. Kalau perlu lupakan juga BPIP. Alihkan fokus pada aspek pembangunan yang sebenarnya. Saatnya mengalihkan pandangan kita ke "langit".

Salam hangat,

Agil S Habib 

Refferensi :

[1]; [2]; [3]; [4]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun