Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ujian Terberat di Era Presiden "Terlemah", Mampukah Indonesia Bertahan?

15 Juni 2020   15:21 Diperbarui: 15 Juni 2020   15:15 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi | Sumber gambar : kompas.com / star.grid.id

Dibandingkan dengan presiden terdahulu, Joko Widodo (Jokowi) mungkin bisa dibilang sebagai presiden "terlemah" yang pernah memimpin republik ini. Pandangan ini sebenarnya sudah bisa ditebak saat pertama kali beliau mengemban mandat sebagai orang nomor satu Indonesia. 

Menduduki kursi presiden tapi dengan latar belakang bukan sebagai orang nomor satu di partai politik membuat anggapan bahwa Jokowi adalah presiden "boneka" pun semakin mengemuka. 

Bahwa sampai pada periode keduanya ini sosok Jokowi pun masih belum bisa dibilang lepas dari bayang-bayang para elit yang memiliki kekuatan besar dibalik layar pemerintahannya.

Dugaan bahwa Jokowi adalah sosok terlemah yang mengomandoi Indonesia semakin diperjelas dengan peristiwa-peristiwa yang belakangan ini terjadi. Baru seumur jagung menikmati masa "bulan madu" periode kedua sebagai presiden, pandemi COVID-19 datang melanda. 

Membuka borok kepemimpinan disana sini. Pengabaian dan keterlambatan menangani pandemi membuat Indonesia sebagai salah satu negara terparah di kawasan asia yang menderita akibat COVID-19. Selain jumlah korban yang cukup besar, kondisi perekonomian yang carut marut juga merepresentasikan hal itu. 

Dan kini, dalam ranah penegakan hukum publik dibuat geleng-geleng kepala oleh tuntuan ringan JPU terhadap para tersangka kasus penyiraman Novel Baswedan. Padahal menjelang penghujung tahun 2019 lalu Presiden Jokowi sudah "berkoar" bahwa kasus ini sebentar lagi akan tuntas. 

Memang benar bahwa tidak terlalu lama berselang para tersangka yang sempat buron hingga 3 tahun lamanya berhasil ditangkap. Meski banyak pertanyaan menggelayuti prosesi penangkapan, paling tidak hal itu sudah menunjukkan bahwa Presiden komitmen dengan janjinya.

Sayangnya, "prestasi" itu hanya seperti tetesan air di daun talas yang hilang tak berbekas pasca "ketidaksengajaan" JPU menuntut ringan kedua tersangka. Keadilan yang tercabik-cabik membuat publik bersorak tentang kemana nurani hukum di negeri ini. 

Selaku kepala negara, sudah barang tentu Jokowi akan turut terkena getah dari ini semua. Apalagi Novel Baswedan yang menjadi salah satu simbol kekuatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam meringkus para koruptor yang menjadi sasaran ketidakadilan itu. Image Jokowi terlanjur buruk dalam "mengelola" lembaga anti rasuah itu. 

Revisi Undang-Undang (UU) KPK yang dinilai melemahkan lembaga itu lahir di masa pemerintahannya. Pemerintah menyetujui semua poin yang menurut penilaian para pakar semestinya dianulir. Dan salah satu akibatnya adalah kasus suap yang melibatkan sosok Harun Masiku hingga kini masih belum tuntas. Bahkan keberadaan sosok tersebut saja masih menyimpan misteri.

Mengutip pernyataan Guru Besar FISIP Universitas Indonesia Arbi Sanit 5 tahun lalu yang mana beliau mengatakan, "Jokowi ini presiden kebetulan. Presiden terlemah dalam sejarah Indonesia.". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun