Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tips Untung Bertransaksi di Pasar Tradisional, Mesti Bisa Bahasa Daerah

11 Mei 2020   07:16 Diperbarui: 11 Mei 2020   09:02 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi transaksi jual beli di Pasar Palmerah, Jakarta Pusat| Sumber: KONTAN/Fransiskus Simbolon

Toh, mereka orang kota. Pasti uangnya banyak. Demikian anggapan yang seringkali muncul di benak para pedagang itu. Apalagi kalau calon pembeli itu tidak terlalu cerewet dalam menawar. Maka bersiap-siaplah dibanderol dengan harga yang diatas normal.

Belanja di Pasar Oro-oro Dowo, Malang| Ilustrasi gambar : kompas.com/Andi Hartik
Belanja di Pasar Oro-oro Dowo, Malang| Ilustrasi gambar : kompas.com/Andi Hartik
Seorang kerabat saya beberapa kali mengalami situasi dimana ia berhadapan dengan para penjual tradisional tersebut. Sedangkan sang kerabat sendiri bekerja kantoran di kota, namun rutin pulang pergi ke kampung halaman karena jaraknya juga tidak terlalu jauh dari tempat kerja. 

Hanya beberapa jam perjalanan saja. Meskipun begitu, saat membeli beberapa barang kebutuhan seperti buah-buahan atau barang-barang lain yang dijajakan di pinggir jalan, harga yang ditawarkan oleh sang penjual terkesan begitu mahal. 

Barulah dari situ kerabat tadi mengeluarkan "jurus" negosiasi dengan bahasa daerah. Saat itu kebetulan bahasa sunda. Setelah beberapa waktu bernegosiasi, akhirnya didapatkan harga yang lebih murah ketimbang harga awal yang ditawarkan sang penjual. 

Situasi ini bukan hanya sekali dua kali dialami oleh kerabat saya tadi. Melainkan sudah beberapa kali. Dan dari situlah kemudian ia menyimpulkan bahwa dirinya tidak mau lagi berbelanja di pedagang tradisional menggunakan Bahasa Indonesia. Ia lebih memilih menggunakan bahasa daerah asalnya, bahasa Sunda.

Pengalaman kerabat saya tersebut mirip dengan apa yang dialami oleh teman kuliah saya dulu. Teman saya itu adalah seorang berlatar etnis Madura, sehingga fasih berbahasa madura. Dan umumnya para pedagang di daerah dekat tempat kuliah kami kebanyakan adalah perantau dari Madura. 

Sebenarnya bertransaksi menggunakan Bahasa Indonesia juga bisa dilakukan. Namun apabila transaksi dilakukan menggunakan "bahasa ibu" dimana para pedagang itu berasal serasa ada solidaritas sosial didalamnya. 

Ada rasa segan untuk mematok harta tinggi kepada saudara satu suku, yang teridentifikasi melalui bahasa daerah yang dipakai. Biarpun mungkin para pembelinya bukan berasal dari suku asli dari bahasa yang ia gunakan, hal itu seakan tetap memberikan kesan berbeda bagi sang penjual. 

Entah itu penghargaan atau keakraban yang tidak bisa diungkapkan penjabarannya. Tapi pada intinya bertransaksi jual beli menggunakan bahasa daerah memberikan cukup banyak keuntungan. 

Paling tidak si pembeli bisa mendapatkan harga yang relatif lebih murah ketimbang saat membelinya dengan "kedok" orang kota.

Mungkin inilah salah satu sisi keunikan masyarakat kita yang memiliki beraneka ragam etnis, suku, dan budaya. Seiring dengan begitu kuatnya pengaruh daerah dalam kultur masyarakat kita, ternyata hal itu juga bisa memberikan sisi keuntungan yang tidak disangka-sangka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun