Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"The Sya'ban Code", Menuju Indonesia Bebas Covid-19

30 Maret 2020   11:48 Diperbarui: 30 Maret 2020   12:00 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulan Sya'ban Saatnya Kita Memperbanyak Doa

Sebagian orang terutama kaum muslim mungkin merasa kecawa pandemi virus corona covid-19 ini melanda Indonesia justru pada periode bulan suci seperti Rajab, Sya'ban, dan mungkin hingga Ramadhan, atau bahkan Idhul Fitri (Bulan Syawal). 

Bulan-bulan yang sarat nilai spiritual serta dianti-nantikan kehadirannya oleh segenap umat Islam di dunia. Beberapa waktu lalu kita telah melalui bulan Rajab, dan itupun terjadi dalam situasi pandemi coronavirus. 

Acara peringatan Isra Mi'raj yang biasanya dilakukan secara meriah, berubah menjadi acara yang "sunyi senyap". Sebatas mentadaburi tapi tanpa seremoni. Meskipun begitu, bagi mereka yang mampu memahami esensi sesungguhnya dari bulan Rajab justru akan menarik pelajaran besar dari kisah perjalanan suci ini. 

Isra Mi'raj adalah tentang upaya seorang hamba mendekat kepada Sang Khaliq dan "menghibur" hatinya yang "tersakiti" oleh dunia. Melalui ibadah sholat, seorang hamba akan ditenangkan hatinya, dilapangkan dadanya, dan dikuatkan keyakinannya bahwa tidak ada yang lebih besar selain diri-Nya. Bulan Rajab mengajari kita untuk senantiasa bersikap optimis dan pantang takut menyikapi pandemi covid-19 ini.

Memasuki bulan Sya'ban, seharusnya kita sudah memiliki bekal lebih dari cukup tentang keberserahdirihan kita kepada Allah SWT. Dzat yang memiliki segalanya. Setiap lima kali dalam sehari pikiran dan hati kita diperbarui dan diperkuat keyakinannya perihal siapa yang paling berkuasa daripada siapapun. Bisa dikatakan kita dijari untuk lebih bernyali menghadapi situasi apapun. Tidak ada alasan untuk takut terhadap virus corona, karena bagaimanapun juga coronavirus tetaplah merupakan salah satu dari makhluk ciptaan-Nya. 

"Perbuatan" yang coronavirus lakukan tidak akan pernah melebihi ketetapan Sang Pencipta. Ibarat kata ada seseorang yang susah untuk kita perintah, tapi kita memiliki koneksi dengan atasan orang tersebut, maka bukankan misi kita akan lebih mudah dilakukan tatkala meminta bantuan langsung kepada sang atasan itu agar menginstruksikan bawahannya tadi supaya mengikuti keinginan kita? Perjuangan kita melawan virus corona sejauh ini tidak terlihat menampakkan perkembangan berarti. Bukankah sudah waktunya bagi kita untuk menggunakan "koneksi" kepada sosok yang meciptakan coronavirus, dan meminta pertolongan-Nya agar "si virus" tidak lagi berulah.

Pelajaran Bulan Sya'ban

Didalam bulan Sya'ban ini pula kita sebenarnya telah diberikan petunjuk yang menjadi bagian dari kisah perjalanan bulan suci ini berabad-abad yang lalu. Mengutip dari laman islam.nu.id, terdapat tiga peristiwa penting dalam periode bulan Sya'ban ini. Pertama, pada bulan Sya'ban Rasullullah Muhammad SAW mendapatkan perintah untuk mengalihkan kiblat umat Islam dari Baitul Madqdis (Masjidil Aqsha) ke Ka'bah (Masjidil Haram). 

Segenap umat muslim diperintahkan untuk mengubah "pandangannya" dari sebelumnya mengarah ke Baitul Maqdis menjadi mengarah ke "rumah paling awal" manusia yaitu Ka'bah. Perintah ini kalau ditelisik lebih jauh sebenarnya bukan hanya sebatas perkara memindahkan kiblat "fisik" saja, atau sebagai bagian dari peristiwa sejarah agama Islam di masa lalu. Akan tetapi, peralihan kiblat ini sekaligus pembelajaran bagi kita yang hidup dimasa kini agar mengevaluasi kembali "kiblat" perjalanan hidup kita. Mungkin selama ini kita terlanjur nyaman dengan materi dan berambisi besar menggapainya. 

Atau otak kita sudah begitu berpaling menuju jabatan atau karir megah hingga melupakan keluarga, sahabat, dan lain sebagainya. Hingga tidak jarang sebagain orang mengorbankan sesuatu yang penting dari dirinya demi menggapai ambisi "berbau" materi tersebut. Anak tidak terurus, keluarga terabaikan, dan keharmaonisan rumah tangga digadaikan. Kali ini, kehadiran coronavirus seakan menjadi pengingat bahwa sudah waktunya kita mengubah arah kiblat kita. Mengubah orientasi kita yang sebelumnya selalu tentang materi menjadi sesuatu yang lebih tinggi lagi. Spiritualitas.

Kita bekerja untuk ibadah, berkarir dan mencapai posisi terbaik untuk memberikan manfaat bagi banayk orang, dan lain sebagainya. Sayangnya, pikiran kita sepertinya semakin larut oleh hasrat pencapaian materi yang lebih besar. Bukan lagi tentang memberi manfaat apalagi ibadah pengabdian kepada Sang Pencipta. Kiblat kita harus mulai dievaluasi kembali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun