Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menolak Jabat Tangan, Antara Dicap Sombong dan Upaya Proteksi Diri

6 Maret 2020   07:28 Diperbarui: 6 Maret 2020   17:01 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Pexels | Cytonn Photography

Virus corona terus memantik kekhawatiran pada diri hampir setiap orang terkait kemungkinan terinfeksi. Mau tidak mau segala cara pun ditempuh untuk melindungi diri dari segala potensi penularan. Di antaranya yaitu melalui kontak tubuh antara satu orang dengan orang yang lain.

Pemerintah Italia mengimbau warganya agar tidak melakukan ciuman bibir ataupun pipi demi meminimalkan potensi penularan virus tersebut. Selain itu, beberapa negara juga menganjurkan agar para warganya untuk tidak melakukan jabat tangan saat menjalin komunikasi dengan orang lain.

Beberapa waktu lalu Kanselir Jerman Angela Merkel ditolak uluran jabat tangannya oleh salah seorang menterinya sendiri. Sepintas hal itu mungkin terkesan sombong atau angkuh, terlebih kalau kita tidak mengetahui duduk akar permasalahannya. Tetapi hal itu sebenarnya dilakukan sebagai upaya preventif pencegahan penularan virus corona. Biarpun sebenarnya kecil kemungkinan saat itu sang Kanselir Jerman menjadi salah seorang yang terinfeksi virus tersebut.

Salah seorang selebritas Tanah Air, Ashanty, yang juga merupakan istri dari musisi Anang Hermansyah belakangan juga dicap sombong oleh beberapa orang tatkala menolak ajakan bersalaman dari salah seorang penggemar yang bertemu dengannya. Padahal itu ia lakukan tidak lain hanyalah sebagai upaya proteksi diri dari kemungkinan penularan virus corona.

Pemberitaan yang beredar luas bahwa Covid-19 bisa menular ketika terjadi kontak tubuh dengan penderita memang memicu kewaspadaan di dalam diri masyarakat secara luas.

Mereka yang biasanya dengan ramah menyambut uluran tangan untuk bersalaman kini seolah diliputi sederet pertimbangan. Di sisi lain, tentu tidak nyaman juga sebenarnya dicap sombong oleh orang lain hanya karena menolak untuk berjabat tangan. Untuk itulah perlu diberikan pemahaman terlebih dahulu kepada setiap orang perihal maksud dan tujuan dari keengganan kita berjabat tangan. Karena semestinya tindakan preventif ini hanya bersifat sementara hingga epidemi penyakit akibat Covid-19 ini usai.

Saat ada orang lain yang mengulurkan tangan kepada kita, maka alangkah lebih baiknya jikalau kita memberikan penjelasan singkat yang tidak menyinggung hati sebelum menolak uluran tangannya. Dengan begitu tidak akan terjadi kesalahpahaman.

Selama ini "ritual" berjabat tangan telah dikenal di berbagai penjuru dunia sebagai suatu cara untuk menyapa dan wujud nyata sikap mengapresiasi dan menghormati orang lain. Bahkan menjabat dan mencium tangan orang tua, guru, atau orang yang disegani sudah dikenal luas sebagai langkah pengagungan kita kepada mereka.

Tatkala kebiasaan baik yang sudah berumur lama itu tiba-tiba harus "diabaikan" sejenak oleh karena wabah virus corona, tentu akan ada yang berbeda nantinya.

Kesepahaman diperlukan antara kedua belah pihak agar supaya mengerti asal muasal dari keengganan kita berjabat tangan. Sehingga apa yang dilakukan oleh beberapa negara yang memutuskan untuk "mengganti" sementara "ritual" berjabat tangan dengan cara lain patut untuk dicontoh.

China misalnya, mereka mengganti jabat tangan dengan gestur "gong shou". Untuk pria, cara ini dilakukan dengan tangan kanan setengah mengepal dan kemudian tangan kiri memegang tangan kanan di depan dada. Dan sisi sebaliknya untuk wanita. Salam ini sebenarnya sering kita jumpai dalam berbagai film kungfu China.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun