Adalah suatu hal yang wajar bagi seorang karyawan untuk mendapatkan tempat kerja terbaik menurutnya. Entah itu dari sisi atmosfer kerja, gaji, lokasi tempat kerja, dan lain sebagainya. Sehingga tidak mengherankan kalau ada cukup banyak karyawan yang melakukan "trial and error" dalam menjalani profesinya.
Sembari bekerja di suatu tempat tetapi juga tetap mengirimkan aplikasi lamaran kerja ke beberapa perusahaan atau tempat kerja yang menurutnya mampu memberikan situasi lebih baik.
Namun, ada kelemahan di balik kecenderungan mencari tempat kerja baru sambil tetap menjalani profesi di tempat kerja sakarang. Kelemahannya apalagi kalau bukan terkait waktu.
Bagaimanapun juga, bekerja membutuhkan dedikasi waktu yang tidak sembarangan. Ada jam-jam kerja yang mesti diikuti serta jobdesc yang harus dituntaskan.
Padahal saat mengirimkan lamaran kerja di tempat lain seseorang juga perlu melakukan tes psikologi, interview, atau FGD (Focus Group Discussion) yang memerlukan waktu tidak sedikit. Sehingga mau tidak mau opsi yang harus diambil adalah mengambil cuti dari pekerjaan.
Sedangkan panggilan wawancara dari perusahaan lain seringkali tidak terduga dan cenderung mendadak. Oleh karena itu "bolos" kerja adalah pilihan yang paling sering diambil.Â
Meskipun hal itu sebenarnya dilakukan secara "halus" melalui pengajuan izin tidak masuk kerja dadakan dengan alasan ada keperluan keluarga, sakit, dan sejenisnya.
Lain halnya dengan mereka yang masih berstatus karyawan baru, dengan periode kerja masih seumur jagung. Jatah cuti belum mereka dapatkan. Pada akhirnya waktu kerja di perusahaan "lama" seringkali dikorbankan.
Berulang kali mengajukan izin masuk kerja dengan berbagai alasan, padahal sebenarnya demi mengurus keperluan tes kerja di tempat lain. Tak ayal situasi ini memunculkan dugaan bahwa karyawan baru yang sering tidak masuk kerja merupakan pertanda dirinya akan segera resign dari tempat kerja.
Kondisi ini sebenarnya "kurang sehat" bagi perusahaan yang ditempati saat ini dan juga kurang sehat bagi "pelakunya". Perusahaan yang "ditinggalkan" demi tes kerja di tempat lain tentu akan terbengkalai tugas-tugasnya dalam beberapa hal, atau minimal tertunda penyelesaiannya.