Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menaksir Kemungkinan Indonesia Memiliki Senjata Nuklir seperti Keinginan Luhut Pandjaitan

5 Februari 2020   07:05 Diperbarui: 5 Februari 2020   07:19 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi senjata nuklir | Sumber gambar : wartakota.tribunnews.com

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan mengutarakan keinginannya agar Indonesia bisa memiliki senjata nuklir sendiri seperti halnya beberapa negara lain seperti China, Korea Utara (Korut), hingga Amerika Serikat (AS). 

Menurut Luhut, dengan memiliki senjata nuklir hal itu akan mengangkat "derajat" Indonesia dalam bidang pertahanan negara. Selain itu, negara-negara yang memiliki nuklir cenderung mendapatkan perhatian lebih dari negara lain.

Keinginan Luhut Pandjaitan agar Indonesia memiliki senjata nuklir sebenarnya cukup masuk akal. Terlebih apabila hal itu didasarkan pada "kebutuhan untukdiperhatikan" negara-negara lain. 

Hal ini sudah ditunjukkan oleh Korut yang notabene merupakan salah satu negara paling tertutup di dunia. Namun dengan kepemilikan senjata nuklir oleh negara tersebut, Korut cenderung memiliki nilai tawar kepada beberapa negara super power seperti AS, China, ataupun Rusia. 

Negara-negara seperti AS biasanya cenderung "rewel" apabila mendapati ada negara lain yang memiliki senjata nuklir sendiri. Mereka kemungkinan akan memberikan ancaman embargo ekonomi atau sebaliknya menawarkan paket kerja sama agar negara tersebut melucuti program nuklirnya.

Namun, menciptakan senjata nuklir tidaklah semudah membalik telapak tangan. Bukan karena teknis pembuatannya, akan tetapi lebih kepada efek samping yang ditimbulkan oleh pembuatan senjata tersebut. 

Selain itu, apabila Indonesia turut serta membuat senjata nuklir sendiri maka itu sama artinya dengan menjadikan negara ini sebagai salah satu ancaman bagi keberlangsungan umat manusia secara keseluruhan. 

Sebagaimana kita tahu, potensi ledakan senjata nuklir amat sangat berbahaya. Seandainya perang nuklir terjadi, maka itu sama artinya dengan kiamat dunia. Lantas bersediakah kita menjadi bagian dari "inisianor" perusak dunia?

Barangkali hal itulah yang menjadi salah satu pertimbangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sehingga tidak langsung mengiyakan keinginan salah satu menteri andalannya tersebut. Keinginan Luhut Pandjaitan agar Indonesia memiliki senjata nuklir supaya tidak diacuhkan oleh negara lain bisa dikatakan sebagai pandangan dirinya dari sudut pandang militer. 

Karena bagaimanapun juga masih ada cara lain untuk mendapatkan atensi dunia selain daripada mengedepankan kekuatan angkatan bersenjata. Indonesia bukan Korut yang melakukan propaganda militer untuk menaikkan nilai tawarnya dihadapan dunia internasional. Kita memiliki jauh lebih banyak sumber daya untuk membuat negara-negara lain "melirik" kita selain daripada memiliki senjata nuklir.

Mungkin daripada memanfaatkan nuklir sebagai senjata, lebih baik mengarahkannya sebagai sumber pembangkit energi. Hanya saja untuk menerapkan hal itu kita mesti belajar banyak pada kasus Chernobyl dan juga kasus Fukushima beberapa tahun lalu. 

Potensi manfaatnya sama besarnya dengan potensi bahaya yang disimpan. Apabila negara semaju Jepang saja masih mengalami tragedi Fukushima, maka bagaimana dengan Indonesia yang masih awam dengan hal ini? 

Apakah membuat senjata nuklir tidak jauh lebih berbahaya dibandingkan mengelolanya menjadi sumber tenaga? Jika ingin merambah lebih jauh perihal nuklir ini, maka kita harus benar-benar bersiap untuk mengantisipasi segala kemungkinan agar bisa meminimalisir risiko yang ditimbulkan apabila terjadi sesuatu yang  tidak diinginkan. Sudah siapkah kita, Pak Luhut?

Salam hangat,
Agil S Habib

Refferensi: [1]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun