Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Membandingkan Banjir Surabaya dan Jakarta Itu Tidak "Fair"

16 Januari 2020   15:33 Diperbarui: 16 Januari 2020   20:41 1626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Risma dan ABW | Sumber: jatim.tribunnews.com

Selama 8 tahun saya hidup di Surabaya dari tahun 2008 sampai 2017 hampir tidak pernah mendengar sama sekali pemberitaan perihal banjir yang menghebohkan. Setelah beberapa tahun lalu "hijrah" dari Kota Pahlawan itu pun situasi juga tampak tidak berubah seperti dulu. 

Baru kali ini saja Surabaya ramai diberitakan akibat dilanda banjir, biarpun itu hanya sekitar 3 jam saja. Banjir itupun juga terjadi di jalanan utama Surabaya dan tidak sampai melanda pemukiman penduduk. Namun semua itu seakan begitu menghebohkan dan menganggap Walikota Surabaya Tri Rismaharini dianggap tidak becus dalam mengelola Surabaya. 

Sebenarnya ramai-ramai perihal banjir di Surabaya ini tak lebih dari sebuah upaya melebih-lebihkan pemberitaan mengingat ada beberapa kalangan yang "mengangkat" nama Risma yang digadang-gadang menjadi Gubernur DKI Jakarta selanjutnya. 

Terlebih dengan prestasi beliau selama ini dalam mengelola Surabaya yang dianggap luar biasa. Sehingga ketika ada "secercah" peluang menjongkrokkan Risma maka hal itu akan dipergunakan dengan sebaik mungkin oleh mereka yang sinis terhadap beliau.

Membandingkan banjir yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya dengan banjir di Surabaya bisa dibilang sangat tidak "fair". Wilayah Surabaya sendiri lebih dari separuh wilayah DKI Jakarta. Sedangkan wilayah DKI Jakarta dikelola oleh seorang gubernur dan Surabaya oleh seorang walikota. 

Menganggap Risma tidak becus mengelola Surabaya karena terjadi banjir sungguh tidak merepresentasikan jikalau ia memimpin Jakarta. Skala banjirnya sangat berbeda. 

Lagipula banjir di Surabaya tidak sampai membuat warga mengungsi sebagaimana di DKI Jakarta. Menilai Risma hanya dari sebuah banjir "kecil" dan lantas menjadikannya ukuran penilaian kinerja Anies Baswedan ataupun pejabat publik di DKI Jakarta justru hanya akan mempermalukan pejabat itu sendiri. Karena dengan sebutan sesama kota metropolitan, ternyata Surabaya jauh lebih aman dari banjir.

Memang kalau pun seandainya Bu Risma kelak benar-benar menjadi pemimpin Jakarta, belum tentu juga beliau mampu secara cepat mengatasi problem menahun di tanah ibu kota ini. Oleh karena itu tidak semestinya kita membanding-bandingkan kinerja pemimpin di masing-masing wilayah oleh suatu sebab banjir. 

Biarkan Anies Baswedan fokus dengan tanggung jawabnya. Demikian juga dengan Tri Rismaharini. 

Banjir di Surabaya tidak ada urusannya dengan banjir di Jakarta. Jangan hanya demi melakukan pembelaan terhadap sosok yang dikagumi lantas hal itu membuat kita mendiskreditkan kinerja pemimpin yang lain. Karena hanya seorang pecundang yang menilai dirinya baik dengan perbandingan orang lain memiliki kinerja lebih buruk. 

Seorang juara sejati dinilai karena kapasitasnya memang lebih baik dari yang lain, bukan karena orang lain yang kapasitasnya lebih buruk. Biarkan Surabaya menjadi Surabaya dengan pemimpinnya, dan Jakarta menjadi Jakarta dengan pemimpinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun