Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

FWD Life Menemani Kehidupan Seorang Penulis

30 Desember 2019   10:27 Diperbarui: 30 Desember 2019   10:26 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penulis | Sumber gambar : lifepal.co.id

Sekitar 4 tahun terakhir ini aktivitas menulis telah menjadi bagian penting dalam kehidupan pribadi saya. Setidaknya sudah 1 buku telah diterbitkan, dan sudah ratusan artikel terpublikasikan baik melalui media cetak maupun elektronik. Dengan segala kerendahan hati mungkin saya harus memberikan ucapan selamat terhadap diri saya pribadi untuk pencapaian kecil ini.

Karena bagaimanapun juga untuk menjalani kehidupan sebagai penulis ternyata tidaklah semudah yang dikira. Ada serangkaian proses panjang terkait pembelajaran dan pengasahan diri agar mampu menghasilkan suatu tulisan yang enak dibaca. Barangkali tulisan-tulisan yang saya buat sejauh ini belum bisa dibilang sempurna. Namun setidaknya mengalami perbaikan dari waktu ke waktu.

Awal mula menulis sebenarnya berangkat dari tuntutan kebutuhan hidup semasa kuliah. Uang saku yang pas-pasan mengharuskan saya untuk lebih kreatif memanfaatkan segala peluang. Kebetulan kala itu ada kesempatan menulis artikel pendek bertajuk "gagasan" dengan durasi maksimal 250 kata saja. Berbekal kemampuan menulis ala kadarnya saya mencoba untuk membuat tulisan-tulisan dan mengirimkannya ke surat kabar. Beberapa kali gagal terbit tidak membuat diri saya "keder" ataupun minder.

Terus mencoba menulis hingga pada kiriman kesekian tulisan itu berhasil dimuat oleh surat kabar dan saya pun mendapatkan kompensasi yang lumayan. Puji syukur kehadirat Sang Maha Kuasa. Namun dalam upaya penulisan 250 kata ini sungguh terasa begitu berat dalam merangkai kata-kata hingga memusingkan kepala. Bisa menghabiskan waktu lebih dari satu jam untuk sebuah tulisan pendek berdurasi 250 kata tersebut.

Saya menyadari bahwa menulis itu tidaklah cukup dengan 250 kata saja. Untuk menulis sebuah buku butuh ratusan ribu bahkan jutaan kata. Sedangkan untuk menulis artikel opini di surat kabar umumnya sekitar 500 kata. Beberapa kali saya mencoba untuk menaikkan jumlah kata dalam tulisan ternyata membuat kepala terasa pening. Pusing memikirkan kira-kira kata apa yang tepat untuk dituliskan namun tetap nyambung dalam rangkaian kalimat.

Sempat frustasi dan berhenti beberapa lama untuk menulis karena merasa tidak punya bakat untuk membuat tulisan yang lebih berkualitas lagi. Hingga pada suatu kesempatan mengunjungi toko buku Gramedia dan mendapati sebuah buku tentang menulis, hal itu kembali menggugah hasrat diri saya untuk menulis. Saya menetapkan hati untuk terus berlatih menulis setiap hari. Tulisan apapun itu. Selama 2 bulan nonstop saya terus menulis mulai dari pengalaman pribadi, meresume buku, dan lain sebagainya.

Berlatih menulis mirip dengan kita berlatih olah raga atau skill yang lain. Membutuhkan dedikasi waktu secara khusus untuk itu. Bosan, jenuh, tidak ada ide, dan ngantuk adalah sesuatu yang biasa. Akan tetapi itu semua coba saya lawan dalam periode 2 bulan tersebut. Pada periode akhir bulan kedua apadaya tubuh ini drop dan akhirnya jatuh sakit. Lelah karena harus berada dalam posisi duduk cukup lama ditambah pikiran yang terus "bermain" merangkai kata demi kata.

Passion Itu Perlu Dicari

Ketika sebagian orang bertanya-tanya tentang apa passion mereka, demikian halnya dengan diri saya. Saya seringkali bertanya apa sebenarnya minat terbesar diri saya. Sempat saya menganggap bahwa menulis merupakan passion yang saya miliki. Namun setelah mencoba untuk masuk lebih dalam di bidang ini, terasa ada ketidaknyamanan disana karena berulang kali membuat tulisan tetapi tidak pernah rampung. Tulisan yang saya buat kebanyakan mandek di tengah jalan karena "kehabisan" ide atau kata-kata. Kala itu saya pun melabeli bahwa bukan ini passion saya.

Buku tentang menulis yang saya beli sebelumnya dalam beberapa kesempatan saya baca kembali. Mencari "pencerahan" dan juga inspirasi. Bolak balik datang ke toko buku bekas mencari materi yang sekiranya cocok untuk ditulis. Waktu sekitar satu tahun lebih berlalu dan tidak terasa satu buah buku berhasil saya tuliskan. Meskipun harus melewati ujian rasa bosan, pikiran mandek, hingga pesimis untuk merampungkan sampai akhir tetapi pada akhirnya buku yang saya harapkan bisa dituntaskan.

Saya harus akui bahwa masih banyak kata-kata atau kalimat yang kurang enak dibaca bahkan salah ejaan. Hanya saja berkat penyelesaian buku ini tangan dan pikiran saya terasa lebih rileks untuk menulis. Akun kompasiana yang sudah saya buat sejak tahun 2015 namun terbengkalai cukup lama, di penghujung tahun 2018 lalu mulai kembali saya giatkan lagi. Kembali menulis artikel seperti sebelumnya. Namun kini dengan rasa yang jauh berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun