Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kebanggaan Bu Menkeu Sri Mulyani kepada Mas Nadiem dan Indikasi Arah Pendidikan Kita

21 November 2019   15:01 Diperbarui: 21 November 2019   15:18 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menkeu Sri Mulyani saat menjadi pembicara dalam US-Indonesia Investment Summit | Sumber gambar : money.kompas.com

Ternyata memiliki menteri berusia muda itu memberikan nilai lebih tersendiri bagi Kabinet Indonesia Maju (KIM) era kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal inilah yang ditunjukkan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani ketika menjadi pembicara dalam acara US-Indonesia Investment Summit hari ini (21/11). 

Menurut Bu Menkeu, keberadaan sosok Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) adalah sebuah keunggulan karena beliau dianggap memahami hal-hal yang dibutuhkan untuk berkembang di masa depan.

Pengangkatan sosok Nadiem Makarim sebagai Mendikbud memang diragukan banyak pihak seiring latar belakangnya sebagai praktisi bisnis. Para pakar pendidikan menilai bahwa pendidikan itu lebih dari sekedar menunjang sisi bisnis, karena didalamnya juga menyangkut karakter dan lain sebagainya. 

Namun apa yang disampaikan oleh Bu Menkeu sepertinya menjadi penguat pernyataan Presiden Jokowi bahwa Nadiem Makarim memang dipilih untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap kerja dan siap berusaha serta mampu membuat link and match antara pendidikan dan industri. 

Melihat jenis forum dimana Bu Menkeu Sri Mulyani berbicara dihadapan para investor pada US-Indonesia Investment Summit, maka orientasi pembangunan SDM ke depan adalah pendidikan berbasis enterpreneurship. Bu Menkeu sepertinya ingin "memancing" minat para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia dengan mengedepankan sosok Nadiem Makarim yang tersohor dengan startup Go-Jek itu.

Tujuan Pendidikan
Dalam artikel terdahulu yang berjudul "Blue Print" Kurikulum Pendidikan Berbasis Kolaborasi dan Tantangan Besar di Baliknya saya menuliskan tentang beberapa poin yang mungkin akan menjadi landasan penyusunan kurikulum pendidikan di Indonesia. 

Poin-poin itu di antaranya adalah penguasaan bahasa Inggris dan coding, pengetahuan psikologi, pengetahuan statistik, dan anti nasionalisme sempit. Dalam hal anti nasionalisme sempit, keterbukaan terhadap hadirnya investor asing adalah suatu keniscayaan. Segenap peserta didik harus memiliki pemahaman bahwa nasionalisme bukan berarti menutup diri dari dunia luar, tetapi lebih kepada dorongan untuk bekerja sama dan melakukan transfer ilmu dari bangsa lain ke bangsa kita sendiri.

Sebenarnya sah-sah saja gagasan apapun yang kelak akan dijadikan rujukan dalam pengelolaan sistem pendidikan di Indonesia. Masalahnya, kita terlalu sering berganti-ganti kurikulum dan berganti haluan pendidikan. Kita sepertinya tidak memiliki satu poin acuan yang bisa dikelola secara berkesinambungan. 

Sangat lucu dan aneh jikalau setiap kali berganti presiden maka kurikulum pendidikan ikut berganti. Terlebih jika pergantian kurikulum atau sistem pendidikan terjadi setiap kali sosok Mendikbudnya berganti-ganti. Pergantian demi pergantian ini seolah menunjukkan bahwa kita sebenarnya bingung dengan apa yang ingin kita bangun dan tanamkan kepada SDM bangsa ini. Orientasi kita masih mengambang tanpa kejelasan. Jikalau terus seperti ini maka sampai kapan bangsa ini akan maju?

Di dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 31 ayat 3 disebutkan, "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan, serta akhlak mulia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam undang-undang."

Pada Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab. 

Berdasarkan penjelasan ini maka konsep pendidikan berbasis enterprenership yang kemungkinan akan menjadi orientasi sistem pendidikan kita pada masa pemerintahan kedua Presiden Jokowi sebenarnya masih cukup relevan dengan pasal 31 ayat 3 UUD 1945 dan UU Nomor 20 Tahun 2003. Akan tetapi kita juga tidak boleh lupa bahwa ada poin-poin lain yang wajib untuk diperhatikan seperti tentang keimanan, ketakwaan, sehat, dan sebagainya. 

Undang-undang mengamanahkan kepada kita bahwa pendidikan itu bukan hanya terkait pengetahuan eksakta saja atau bisnis saja. Tetapi juga menyangkut karakter pribadi seorang manusia. Inilah yang penting diperhatikan oleh Mendikbud muda kita, Mas Nadiem Makarim. 

Kita tentu berharap bahwa sistem pendidikan kita akan lebih konsisten pada masa-masa mendatang serta memiliki hubungan kesinambungan dengan sistem pendidikan yang saat ini dianut. Jangan sampai peserta didik justru menjadi ajang coba-coba sistem pendidikan yang tidak kunjung menemukan konsistensi.

Pendidikan memang memiliki korelasi penting terhadap upaya pembangunan ekonomi Bangsa Indonesia ke depan. Akan tetapi pendidikan tidak selalu tentang ekonomi saja. Jangkauan pendidikan jauh lebih luas dari itu. 

Niatan pemerintah untuk membangun SDM yang mandiri dan kreatif secara ekonomi hendaklah dilengkapi dengan aspek karakter khas orang Indonesia. Sehingga kelak ketika bangsa ini tumbuh mencapai era keemasannya, pada saat itu juga kita memiliki manusia-manusia yang berkarakter, berbudaya, dan berbudi pekerti luhur. Semoga pendidikan kita semakin maju.

Salam hangat,

Agil S Habib

Refferensi :

[1] ; [2] ; [3] ; [4]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun