Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menyelami Perkataan Joker Bahwa Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti

15 Oktober 2019   07:37 Diperbarui: 15 Oktober 2019   07:57 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arthur Fleck Sang Badut yang Tersakiti | Sumber gambar : www.dailydot.com

Kontroversi pemutaran film Joker hingga saat ini masih terjadi. Sebagian kalangan beranggapan bahwa film ini berpotensi memicu terjadinya tindak kriminalitas. Namun sebagian yang lain justru menganggap bahwa film Joker adalah salah satu film terbaik sepanjang masa.

Beberapa pemeringkat rating film bahkan menempatkan Joker pada urutan ke-9 dari sepuluh besar film terbaik sepanjang masa. Selain itu, dari sisi finansial bisa dikatakan film ini juga mampu menuai sukses besar.

Barangkali disamping karena kualitas filmnya yang mumpuni, kontroversi yang menyertai film tersebut juga turut andil menciptakan rasa penasaran di benak para pecinta film.

Pembawaan karakter sosok Joker yang kelam memang diilhami banyak kalangan. Terlebih ada cukup banyak perkataan-perkataan "bijak" yang diucapkan oleh karakter Joker ini begitu viral di media sosial. Salah satu yang paling populer adalah pernyataan bahwa orang jahat adalah orang baik yang tersakiti.

Ramai-ramai netizen menuliskan status serupa entah sekadar untuk gaya-gayaan semata atau bisa jadi kalimat ini memang terasa benar bagi mereka.

Apakah perkataan yang disampaikan oleh Joker tersebut memang benar dalam realitas? Benarkah orang-orang yang berkelakuan jahat sebenarnya adalah orang baik yang mengalami rasa sakit akibat tekanan kehidupan?

Behavioristik Dibalik Kelahiran Karakter Joker

Pernyataan Joker tersebut sebenarnya terkesan menyalahkan lingkungan terkait apa yang terjadi terhadap dirinya. Ia menjadi sengsara karena lingkungannya, ia hidup susah karena ulah orang lain, dan kemudian ia menjadi orang jahat juga atas kontribusi faktor-faktor eksternal.

Arthur Fleck adalah "korban" dari lingkungan yang lantas "memaksanya" bertransformasi menjadi sosok Joker yang sadis. Pandangan yang dimiliki Joker ini dalam ilmu psikologi dikenal dengan istilah behavioristik, yaitu menyatakan bahwa perilaku seseorang sepenuhnya ditentukan oleh adanya stimulus dari faktor luar dan bukan dari apa yang ada didalam pikiranya sendiri. Teori ini menihilkan adanya peran hati dan pikiran kita pribadi dalam rangka menciptakan karakter diri.

Faktor pengalaman memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan arah perilaku seseorang. Sepertinya hal inilah yang terjadi pada Arthur Fleck sebelum akhirnya berubah menjadi Joker dengan segala kepribadiannya. Kontroversi terkait kekhawatiran perihal kemungkinan terinspirasinya penonton film ini untuk menjadi jahat mungkin cukup beralasan. Karena bisa jadi ada banyak orang diluar sana yang juga memiliki pengalaman hidup pahit serta menyakitkan.

Tidak menutup kemungkinan mereka memendam amarah yang begitu besar serta menaruh kekecewaan mendalam terhadap banyak hal. Pernyataan Joker bahwa orang jahat itu pada dasarnya baik riskan menjadikan orang-orang yang kecewa terhadap kehidupannya tersebut menjadi pribadi yang penuh dendam hingga berujung pada aksi-aksi yang tidak diinginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun