Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Suasana 17 Agustus di Puncak Gunung Pasca Peristiwa Toriq, Seperti Apa?

2 Agustus 2019   07:56 Diperbarui: 2 Agustus 2019   08:04 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen mendaki gunung saat 17 Agustus | Ilustrasi gambar : https://travel.tribunnews.com

Menjelang akhir bulan Juni 2019 lalu peristiwa memilukan terjadi di Jawa Timur, yaitu ketika seorang pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) bernama Toriq menghilang di wilayah pegunungan Argopuro dan ditemukan dengan kondisi sudah tidak bernyawa beberapa hari kemudian. 

Pada saat itu banyak kabar beredar yang menyebutkan perihal kondisi almarhum saat sebelum ditemukan. Ada yang mengatakan kalau almarhum Toriq "disembunyikan" oleh makhluk halus, meski belakangan diketahui bahwa penyebab meninggalnya Toriq adalah akibat kelelahan. Untuk detail apa dan seperti apa kondisi almarhum saat itu, mungkin hanya Sang Mahakuasa yang tahu.

Peristiwa hilangnya pendaki gunung yang berujung pada ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa sebenarnya bukan kali itu saja terjadi. Dalam beberapa waktu terdahulu juga pernah terjadi peristiwa serupa. Kasus almarhum Toriq menambah daftar pendaki gunung yang merenggang nyawa di tempat mereka mengagumi keindahan alam. 

Terkait dengan hal ini, prosesi pendakian gunung bisa dibilang sebagai salah satu "ritual" wajib bagi anak-anak pecinta alam, terlebih ketika memasuki momen Agustusan seperti sekarang ini. Banyak acara dilakukan oleh sebagian orang untuk menunjukkan kecintaannya kepada Indonesia. 

Sebagian ada yang melaksanakan upacara bendera di alun-alun kota, mengibarkan bendera di dasar laut, hingga menegakkan sang Merah Putih di puncak gunung. Saat-saat mengibarkan sang saka Merah Putih di tengah alam terbuka nan indah tentu memberikan sensasi kepuasan tersendiri. 

Sehingga tidak mengherankan ada begitu banyak orang yang rela bersusah payah menuju puncak Mahameru demi bisa mengangkat tangan hormat kepada bendera Merah Putih. 

Tidak sedikit dari para pendaki gunung itu yang meneteskan air mata tatkala menjalani momen spesial pengibaran bendera itu. Seakan mereka ikut menjadi bagian dari perjuangan berat bangsa dalam meraih kemerdekaan.

Beberapa peristiwa yang merenggut nyawa para pendaki gunung mungkin sudah cukup sering terjadi. Akan tetapi ternyata hal itu belum mampu menyurutkan hasrat besar para pecinta alam untuk mengagumi alam cintaan Tuhan melalui titik-titik tertinggi di bumi ini. 

Bahkan mungkin tidak sedikit dari para pendaki gunung itu yang berharap kelak mereka akan mengakhiri semuanya di tempat yang dicintainya itu. Seperti halnya pahlawan perang yang mendambakan akhir hayatnya di medan tempur, seperti itu juga mungkin hasrat yang dimiliki para pendaki gunung tersebut.

Antara Mencintai Alam Raya atau Mencintai Nyawa

Tidak sedikit medan pendakian yang sulit diarungi dan bahkan cenderung berbahaya untuk dilewati. Namun hal itu samasekali tidak menyurutkan para pendaki. Hasrat mereka mengagumi alam sekitar bisa dikatakan sangat besar dan mungkin mengalahkan kecintaan mereka terhadap diri mereka sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun