Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasihat-nasihat Penerang Hati dari Tembang Kesusastraan Jawa

5 Juli 2019   11:24 Diperbarui: 5 Juli 2019   11:30 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kanjeng Sunan Kalijaga adalah salah satu pengajar tembang Jawa yang luar biasa (Sumber gambar : https://www.walisembilan.com)

Masyarakat jawa dikenal dengan kearifan dan kedalaman budayanya. Warisan budaya itu masih terus bertahan hingga sekarang. Salah satu diantara sekian banyak warisan budaya jawa adalah nembang. Orang-orang jawa itu suka sekali dengan nembang, sehingga tidak mengherankan ada begitu banyak tembang-tembang kuno jawa yang lahir dan bertahan sampai saat ini. 

Diantara tembang-tembang tersebut mungkin kita pernah mendengan beberapa diantaranya seperti Tembang Pocung, Tembang Maskumambang, Tembang Megatrus, Tembang Mijil, Tembang Kinanthi, Tembang Macapat, serta masih banyak lagi yang lain. Setiap tembang yang dibuat dan dilantunkan masyarakat jawa ini pada dasarnya memiliki makna filosifs yang sangat mendalam. Isi bahasanya penuh nasihat atau pitutur, bukan sembarang syair yang keluar tanpa arti. 

Tembang-tembang ini banyak diantaranya yang dibuat dan digubah oleh tokoh-tokoh besar masa lalu, diantaranya para sunan atau wali. Kanjeng Sunan Kalijaga merupakan salah satu diantaranya.  

Jika kita pernah mendengar lagu Ilir-ilir, itulah salah satu syair yang dibuat oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Sepintas kata-katanya sederhana, namun memiliki makna yang sangat mendalam.

Kebudayaan jawa di masa lalu banyak sekali yang berbaur dengan ajaran-ajaran Islam yang dibawa para wali ke tanah jawa. Nembang merupakan salah satu kebudayaan yang mendapatkan pengaruh besar dari ajaran-ajaran Islam sehingga banyak tembang-tembang yang berisi tentang puji-pujian kepada Sang Pencipta. 

Puji-pujian ini banyak dilantunkan di musholla-musholla atau masjid-masjid selepas kumandang adzan dan sebelum iqomah dilantunkan, tujuannya waktu itu adalah sebagai bentuk "panggilan" kepada umar muslim yang tengah sibuk beraktivitas di sawah, kebun, dan sebagainya agar supaya lekas datang sholat berjamaah ke musholla atau masjid.

Nilai-nilai yang disampikan oleh tembang atau puji-pujian ini sarat dengan sesuatu yang berharga. Ada salah satu tembang yang hingga saat ini masih begitu melekat dalam ingatan saya karena isinya yang sangat luar biasa. Tembang ini memberikan sebuah nasihat tentang bagaimana cara untuk mendapatkan terang didalam hati (padange ati). Ada sebuah kiasan atau analogi yang dijadikan sebagai penggambaran beberapa hal menuju hati yang terang pada setiap diri manusia.

Iman

Iman digambarkan seperti batang pohon yang menopang tegak tidaknya akidah seseorang. Iman adalah dasar dari segala kebaikan. Ketika iman itu dibangun dengan luar biasa maka konsekuensinya juga akan demikian. Seseorang dengan keimanan yang kuat akan memiliki dedikasi yang besar terhadap apa yang diyakininya. 

Seperti halnya seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, Bilal bin Rabah, yang masih terus melafalkan "ahad, ahad, ahad" ditengah teriknya matahari sedangkan ia dindih batuh besar oleh majikan yang menginginkan agar ia meninggalkan keyakinannya saat itu. 

Namun kuatnya imam bilal mampu melawan panasnya padang pasir dan teriknya matahari. Keimanan yang besar kepada Sang Pencipta pula yang menjadikan Nabi Musa AS berani menantang kekejaman Firaun. Nabi Ibrahim AS tidak bergeming oleh ancaman Raja Namrud yang akan memanggangnya diatas bara api. Iman merupakan pondasi yang sangat berharga dibandingkan yang lain. Imam didefinisikan juga sebagai keyakinan atau kepercayaan. Jika keyakinan dan kepercayaan sudah ada maka hal-hal yang tampaknya mustahil dilakukan akan menjadi mungkin.

Syahadat

Dalam Islam, keimanan seseorang harus diikrarkan. Ikrar itu disebut dengan syahadat. Ketika beberapa waktu lalu Deddy Corbuzier memutuskan untuk menjadi mualaf, hal pertama yang menjadi tanpa keislamannya adalah mengucapkan dua kalimat syahadat. Ikrar ini bukan semata-mata sebagai pintu awal untuk memasuki keimanan, tetapi juga menyimpan makna yang sangat mendalam

Syahadat adalan bentuk keyakinan sekaligus kepatuhan kita kepada nilai-nilai yang telah digariskan oleh Sang Pencipta serta meneladani hal-hal yang diajarkan oleh Rasullullah SAW. 

Sebuah keimnan bukan sebatas mengaku saya beriman, itu adalah sesuatu yang mesti dideklarasikan atau diikrarkan secara lantang. Bukan sebagai penyombongan diri, melainkan sebuah pengakuan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada yang diyakini dan diikuti. Ketika Allah SWT menyatakan bahwa Dia lebih dekat dari urat leher seseorang, itu artinya Allah SWT lebih memahami dan mengetahui kita jauh lebih baik dari siapapun termasuk diri kita sendiri. Ketika kita sudah percaya dan memasrahkan diri sepenuhnya kepada-Nya maka tidak ada alasan lagi untuk menjadi resah dan gelisah.

Sholawat

Sholawat ibarat bunga tanaman yang menjadi awalan menuju hati terang. Mengumandangkan sholawat nabi selain memberikan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW juga menjadi upaya pemulyaan diri kita sendiri. Nabi Muhammad adalah sosok yang sudah sangat mulia, sehingga seandainya tanpa kita memuji atau memulyakannya pun beliau tetap akan mulia. Lalu mengapa sholawat diperlukan? Rasullulah SAW ibarat sebuah gelas dengan isi air yang sudah penuh. 

Melantunkan sholawat untuk beliau sama halnya kita menambahkan tuangan air pada gelas itu. Sehingga air didalam gelas akan meluber dan tumpah. Tumpahan itulah yang kembali pada kita. Dengan kata lain, kita mendapatkan luapan kemulyaan yang beliau miliki melalui untaian sholawat yang kita lafalkan.

Menjadi mulia adalah upaya untuk menerangi hati. Karena hati yang terang itu erat kaitannya dengan diri yang mulia. Mulia itu adalah ketika kita dipandang demikian oleh Allah SWT, bukan sebatas oleh sesama manusia saja.

Dzikir

Sesungguhnya hanya dengan mengingat Allah SWT maka hati menjadi tenang. Inilah esensi utama dari mengingat dan merenungi keberadaan sang pencipta. Allah SWT menyuruh kita untuk senantiasa mengingat-Nya dalam keandaan berdiri, duduk, dan terbaring. Dengan demikian dalam setiap situasi dan kondisi tidak ada satupun alasan untuk lalai kapada-Nya.

Merengungi kebesaran Allah SWT membuat kita yakin bahwa tidak ada satupun peristiwa terjadi yang terjadi di dunia ini melainkan dalam aturan kehendak-Nya. Dia Mahabesar, Mahakuasa, dan Mahabijaksana. 

Pada saat kita gelisah dan khawatir atas suatu kejadian tertentu, jika kita mengingat Allah SWT maka kita akan menyadari bahwa tidak sepatutnya kita gelisah dan khawatir karena "bersama kesulitan itu ada kemudahan", "Allah SWT tidak akan menguji makhluk-Nya melebihi kemampuan yang mereka miliki". Keyakinan atas hal inilah yang menjadikan hati kita kembali terang.

Puji-pujian

Mengumandangkan puji-pujian ternyata mampu memberikan siraman kesejukan bagi hati orang-orang yang melakukannya. Mungkin hal inilah yang menjadi salah satu alasan hadirnya tembang-tembang jawa bernuansa Islami. 

Orang jawa banyak yang suka nembang untuk menghibur hatinya. Apabila tembang itu disisipkan nilai-nilai positif yang membaur dengan nilai-nilai agama maka hal itu akan bisa menciptakan ketenangan  serta memberikan terang didalam hati.

Selain menjadi pelipur hati bagi diri sendiri, tembang atau puji-pujian yang bernafaskan nilai-nilai spiritual juga akan menularkan suasana yang sama kepada orang lain yang mendengarkan. Ia menjadi nasihat sekaligus pembelajaran bagi semua orang. Mengajak orang lain untuk bersama-sama memperoleh terang pada hatinya.

Bentuk puji-pujian yang ditembangkan bisa berasal dari doa, kalimat dzikir, dan petuah-petuah yang diiramakan sehingga terdengar mendayu-dayu. Mereka yang mendengarkan akan ikut larut dengannya. Lantunan syair yang berisikan nilai-nilai tersebut digubah oleh kesusastraan Jawa kedalam sebuat bait tembang berikut :

Allahuma sholli wasalim ala abdika, warasulika, wannabiyuka, nabiyil ummi
Duh gusti kulo nyuwun padangi ati
Ya Allah
Wite iman, 
Godong syahadat, 
Kembang sholawat,
Penthile dzikir,
Wohe puji-pujian
Ya Allah
Allahuamin ya Allah Robbal alamin

Salam hangat,
Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun