Mereka tidak banyak mengimpor barang mewah dari negara lain, tapi mereka mengimpor orang-orang dari negara lain untuk dipekerjakan di sektor-sektor pendukung negaranya.Â
Sebagai orang Indonesia, jujur saya sangat iri memandang kondisi ini. Seharusnya kitalah yang lebih mampu untuk menjadikan kehidupan segenap warga Indonesia makmur dan sejahtera.Â
Animo tinggi masyarakat kita yang menyerbu kesempatan kerja di luar negeri merupakan pertanda bahwa apa yang ditawarkan oleh Indonesia tidak cukup baik untuk menyejahterakan rakyatnya.
Memang ada kemungkinan bahwa pekerja Indonesia yang berhasrat untuk pergi ke Korsel juga dipengaruhi oleh keinginan untuk melihat lebih dekat budaya Korsel yang fenomenal itu.Â
Daya tarik K-Pop, K-Drama, dan beraneka ragam hal lain tidak dipungkiri telah menghipnotis banyak kawula Indonesia. Seakan-akan budaya kita sendiri tidak sebanding dengan apa yang mereka miliki.Â
Padahal kalau kita belajar lebih jauh tentang warisan budaya bangsa kita sendiri, maka kita akan menemukan banyak kekaguman. Ada banyak hal yang kita lewatkan dengan potensi Indonesia. Sesuatu yang jikalau diberdayakan secara optimal akan mampu memberikan kesejahteraan berikut kebanggaan kepada semua elemen bangsa.
Hubungan internasional yang berkembang dari waktu ke waktu memang memungkinkan adanya jalinan kerjasama "pertukaran" tenaga kerja dari satu negara ke negara lain. Termasuk dalam hal ini antara Indonesia dengan Korsel.Â
Namun apakah kita melihat cukup banyak tenaga kerja asal Korsel di Indonesia? Jikalau kita menemukannya maka mungkin hal itu justru menjadi ajang perdebatan banyak pihak karena dianggap mengutamakan pekerja asing daripada pekerja dari bangsa sendiri.Â
"Sayangnya" hal serupa tidak terjadi ketika ada banyak pekerja Indonesia di Korsel.Â
Warga Korsel tidak komplain kepada pemerintahnya yang melakukan "impor" tenaga kerja sebanyak 8.800 orang asal Indonesia. Mengapa? Karena warga Korsel sendiri sudah cukup mapan kehidupannya dengan pekerjaan yang bisa dikatakan lebih baik daripada apa yang PMI kerjakan disana.Â
Kualitas tenaga kerja kita di luar negeri masih belum mencapai taraf tenaga ahli, jikalau ada maka jumlahnya sangat minim dan sedikit sekali.