Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mendefisnikan Sukses dalam Sebuah Ikatan Pernikahan

11 April 2019   07:22 Diperbarui: 13 April 2019   11:44 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernikahan adalah wujud komitmen awal menjalani hari-hari penuh kemungkinan (Ilustrasi gambar : www.dakwatuna.com)

Kapan sebuah keluarga disebut berhasil dalam pernikahannya? Tidak bercerai? Barangkali itulah jawaban yang kebanyakan kita utarakan. Namun apakah pernikahan yang bertahan tanpa perceraian sudah pasti memiliki keharmonisan di dalamnya? Belum tentu. Lalu bagaimana kita mendefinisikan berhasil tidaknya sebuah pernikahan? Atau bagaimana kita memaknai kesuksesan sebuah mahligai rumah tangga? 

Sebelum mencari tahu definisi perihal sukses tidaknya sebuah rumah tangga, terlebih dahulu kita perlu mengetahui definisi dari sukses itu sendiri. Mengutip definisi yang ditulis oleh John C. Maxwell dalam buku Road Map for Succes bahwa sukses adalah perjalanan. 

Dengan kata lain, segala rangkaian proses yang kita lalui dalam hidup kita inilah yang nantinya akan dipahami sebagai kesuksesan yang sesungguhnya. Perjalanan yang kita lakukan dalam mencapai setiap tujuan yang kita lakukanlah yang sebenarnya nilainya lebih berharga daripada hasil akhir dari pencapaian tujuan itu.

Melalui definisi ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa kesuksesan sebuah keluarga adalah ketika pasangan suami istri dapat secara bersama-sama melalui setiap dinamika di dalam rumah tangganya. 

Sebagian orang mungkin menyatakan bahwa memiliki kondisi ekonomi mapan adalah wujud kesuksesan berumah tangga, atau memiliki anak berprestasi, atau bisa sekeluarga pergi liburan bersama-sama merupakan wujud keluarga yang berhasil. 

Namun jika mengacu pada definisi sukses John C. Maxwell, maka sukses rumah tangga itu adalah tentang harmoni pasangan yang berjuang bersama dalam rangka membangun ekonomi keluarga, bekerjasama mendidik putra dan putri sehingga menjadi anak yang berbakti, atau menciptakan hubungan yang guyub dan rukun dalam satu satuan keluarga. 

Semua tentang kesuksesan keluarga adalah tentang membangun harmoni, menciptakan kesepahaman, serta mewujudkan sinergi dari setiap anggota keluarga. Dengan harmoni, kesepahaman, dan sinergi maka harapan-harapan seperti memiliki perekonomian keluarga yang mapan atau memiliki anak yang berprestasi serta berbakti atau memiliki momen kebersamaan dalam keluarga akan dengan mudah diraih.

Setiap keluarga pasti mendambakan bahtera rumahtangganya berjalan dengan baik dan rukun. Mengharapkan ketiadaan cekcok antar individu dalam keluarga barangkali tidak semua keluarga mampu melakukannya. Sebagian keluarga mungkin hidupnya adem ayem tanpa adanya perselisihan. Namun sebagian keluarga yang lain mengalami perselisihan hampir setiap hari, bahkan sebagian diantaranya sampai memutuskan ikatan pernikahannya melalui perceraian. 

Ketika cekcok terjadi di mana masing-masing individu didalam keluarga mengutamakan egonya sendiri-sendiri, pada saat itu mereka lupa terhadap janji suci yang diikrarkan semasa akad nikah dahulu. Beberapa orang yang mungkin sempat menjalin kasih sebelum pernikahan terjadi bahkan merasa bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang siap mengarungi kehidupan hingga masa tua bersama-sama.

Akan tetapi ternyata perasaan yang dulu  begitu harmonis seketika terlupakan tatkala perselisihan terjadi. Sah-sah saja mengharapkan tidak adanya masalah dalam suatu jalinan rumah tangga, meski tidak bisa dipungkiri bahwa hal itu bisa jadi merupakan harapan penuh tantangan. Hampir selalu ada benih-benih perselihan yang muncul dari setiap aspek hidup sepasang suami istri, apabila benih-benih perselisihan itu tidak disikapi secara bijak maka benih itu akan menyeruak dan bertumbuh menjadi perselisihan pelik. 

Harus dipahami bahwa ketika sepasang manusia berlainan jenis memutuskan untuk menikah, maka itu artinya mereka berkomitmen untuk menjalani segala sesuatu bersama-sama pada sisa usia hidup mereka. Sehingga dengan rentang waktu perjalanan sebagai suami istri yang terbilang lama itu sudah tentu kedua belah pihak harus memiliki niatan kuat untuk saling menjaga satu sama lain.

Sukses tidaknya sebuah ikatan pernikahan bukan orang lain yang menentukan. Bukan orang tua, buka sanak kerabat, dan bukan juga orang ketiga. Pemegang kunci suksesnya sebuah pernikahan tetaplah pasangan suami istri itu sendiri. Mereka memiliki kuasa untuk menata hati mereka, mereka punya kuasa untuk mengatur perasaan mereka, dan mereka punya kuasa untuk mengambil sikap terhadap hal-hal yang terjadi dalam jalinan rumah tangganya. 

Beberapa ikatan pernikahan ada yang terputus karena kehadiran orang ketiga, beberapa yang lain ada pasangan suami istri yang berpisah karena anggapan sang suami tidak mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, dan sebagian lagi ada keluarga berpisah karena orang tuanya begitu ikut campur mengatur bahtera rumah tangga mereka. 

Jika melihat lebih jauh, perpisahan itu terjadi bukan karena faktor tersebut. Namun perpisahan itu terjadi karena hilangnya kendali diri dari suami atau istri, dan hilangnya harmoni serta kesepahaman didalam keluarga. Hilangnya beberapa hal ini menjadikan seorang suami atau istri tidak mampu bersikap secara tepat, tidak mampu mengerti kondisi satu sama lain, dan tidak memiliki daya tahan yang baik sebagai satu kesatuan keluarga. Dengan ikrar pernikahan seharusnya hal itu membuat masing-masing individu belajar untuk menyatu dalam segala situasi maupun kondisi.

Komitmen menjalani bahtera rumah tangga dimulai dengan ikrar suci pernikahan. Kemudian komitmen itu dilanjutkan dengan melihat segala kemungkinan yang timbul dalam rumah tangga serta mampu bersikap secara tepat terhadap semua kemungkinan yang terjadi nantinya. Untuk itu menjadi sangat penting bagi siapapun yang ingin mulai berumah tangga untuk berlatih menekan egonya masing-masing serta menempatkan diri pada posisi orang lain. 

Sukses tidaknya ikatan pernikahan yang dirajut dengan susah payah akan terlihat seiring waktu demi waktu yang dijalani sepasang suami istri dalam menjalani hari-harinya. Barangsiapa yang mampu menjalaninya penuh kearifan maka disitulah mereka menemukan indahnya berkeluarga.

Salam hangat,
Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun